"Mana si rumahnya gong?" Kiki terus mendesak Ara untuk menunjukkan rumah Ila, tapi apa daya Ara yang tak ingat?
"Bacot banget lo Ki! Untung gue kenal sama lo!" Ara malah balik memarahi Kiki yang sedari tadi memanasi kupingnya.
Pas di dekat gang, Ara langsung masuk dan ya benar ini adalah gang rumah Ila. Tak ragu lagi, Ara langsung sampai di depan rumah Ila, dan membuka gerbang sedikit untuk mengetuk pintu rumah sahabatnya.
"Misi, Ilaaa....." teriak Ara di depan pintu, terlihat rumah Ila yang tengah bersserakan akibat Ayahnya tadi.
Deon membuka pintu agak kesal, tadi ia tertidur belum cukup pulas, tetapi ada yang mengetuk membuat Kiki mencak - mencak tak karuan. Sesungguhnya, Deon tau siapa mereka berdua, yaitu adalah.........tukang cilok pinggir jalan -eh salah, tapi teman dekat Ila, ralat untuk Kiki, ia hanya teman.
Deon mengusap matanya masih mengantuk, "Cari siapa?"
"Ila, dia ada?" ujar Ara sopan, dan Kiki berlagak cuek -sebab ia tak suka pada Deon.
"Kakak gue lagi ngga bisa ketemu siapa - siapa, jadi mending kalian pulang" ucap Deon dan hendak menutup pintu, lalu dengan segera Kiki mencegahnya.
"Gue pacarnya, jadi lo bisa apa?" dan seketika Deon agak sedikit melotot.
Yang di ajak berbicara tak bergeming, dan langsung masuk ke dalam guna menemui Ila, jika di depan ada pacarnya. Cara satu - satunya adalah seperti ini untuk membuat Deon percaya, Ara pun terdiam dan menurut apa kata Kiki.
"Pacar lo ada di depan, gue suruh masuk ngga?" kata Deon, dan Ila membuka matanya perlahan.
Ia tak tidur, hanya memejamkan mata. "Ha? Siapa?"
"Waktu yang ngebelain lo sewaktu di club"
Ila tersentak kaget, itu pasti Kiki dan Ara yang datang kerumahnya. "Lo suruh dia pergi, gue ngga mau ketemu siapa - siapa dulu" dan Deon hanya menanggapi dengan cuek begitu saja.
"Dia lagi ngga mau ketemu siapa - siapa dulu, kalian jangan maksa, mending kalian pergi" kata Deon dan menutup pintu.
Kiki mengembuskan napas kasar, begitupun Ara, sahabatnya sedang di landa masalah dan ia hanya menanggung sendiri. Sekarang kedua orang itu berjalan keluar pagar sambil menyaruk aspal tanda kecewa.
***
"Yah si bangsat, kita tungguin dari jaman hukuman mati di Afrika, baru nongol sekarang" ucap Rizal dengan berlagak galak seperti Bibi Kiki.
Dengan malas ia merebahkan dirinya di atas kasur sambil mengusap kasar wajahnya, apa ia benar - benar ingin mengetahui gadis Queen Class itu?
Eki memetik senar gitar dan melanjutkan lagu yang di mainkan, sudah biasa jika ketiga temannya keluar masuk kamar Kiki. "Lo kenapa Ki, keliatan banget galaunya"
Devon menambahkan, "Colut lagi! Katanya mau banggain Paman sama Bibi lo? Mau jadi kebanggan Kakak lo! Tapi kenapa sikap lo banyak berubah? Main pulang seenaknya?! Ha!?" bentak Devon kencang. "Kenapa gak ngajak gue?! Gue juga pengen colut goblok!"
Ketiga temannya yang sudah takut akan sikap Devon pun langsung menyumpah serapahkan Devon.
"Kuingin berkata babi~"
"Dasar lo jenglot! Bikin gue kejang - kejang tau ga! Gue kira paan"
"Devon bloon, bikin jantung Eki jedak jeduk"
Kiki mendesah pelan dan beranjak dari tidurnya. "Entah kenapa gue mulai sedikit tertarik buat masuk dalam kehidupan orang lain"
"Maksut lo Ila?" tambah Rizal, dan Kiki mengangguk.
"Sosoan waktu itu ngga tertarik dasar jaran, sekarang mah gercep be ge te. Gakuadh dedex pake x" ucap Eki dengan nada menjijikan.
Devon mendecih. "Gila! Amit amit najis!"
"Ya Allah, tolong ampunilah teman - teman hamba" Rizal berdoa seraya mengangkat tangannya.
"Gue tau gue ganteng, ga usah minta lagi sama Allah, makasih ya sayanx" sahut Eki.
"Najisun banget ih, homo!" toyor Rizal pada Eki.
"Lo pada laper ngga? Bentar gue ambilin makanan" Kiki terkekeh pelan akan sikap temannya dan berdiri untuk mengambil makanan. Memang, ia tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan sampai sekarang hanya paman bibinya yang mengurus Kiki.
"Ngga daritadi lah bloon, gue laper juga" Devon memegang perutnya sambil berbaring di sofa"
"Niat banget lo Ki bikin kita mo mati rasanya, kaga peka banget, makanya jomblo" sahut Eki.
"Kaya lu punya pacar ae ah, muka pas - pasan tapi gaya kaya Justin Bieber, diketawain cacing boker lu" jangan heran, jika Rizal dan Eki suka beradu mulut tak jelas.
"Mending muka gua lah Zal, daripada elu, muka ganteng kagak tapi lagak kayak ketek anoa"
"Lah ape lu! Dasar jelangkung"
"Dih kaga jelas lu tai"
Rizal mendengus, "Lu dulu yang mulai bego, nyalahin gua lagi. Baperan lu kaya cewe"
"Eh apaan, Elu tuh baperan, dikit - dikit left grup. Baperan kaya mimi peri lu"
"Ngajak ribut lo anjing" tukas Rizal.
Eki mendengus. "Sesama anjing mah kaga usah ngatain, yakan bray?"
"Serasa gua pengen nyolok mata lu bangsadh"
"Biasa aja dong lu, nyolot amat" Eki mencak - mencak, memang matanya besar dibandingkan ketiga temannya yang lain. Devon yang melihat dan mendengar hanya menggeleng pasrah, memakai headset dan berharap agar Kiki dapat mendamaikan mereka berdua.
"Lu dulu yang nyolot!"
"Ape lu? Berani? Gua bilang mami gua tau rasa lo bangke" Eki semakin memanas bung...
"Cih dasar anak mami, lu di hasilin dari sperma siapa juga, kaga jelas" dan ini, Rizal semakin suka membuat Eki terpancing.
"Wah - wah dosa lu! Ngaca lo kampret!" tangannya sudah berada di pinggang untuk membalas perkataan Rizal selanjutnya.
Rizal memukul muka Eki dengan bantal. "Rasain noh! Bacot lu unfaedah"
Eki memiting kepala Rizal sambil tertawa akan sikapnya yang sudah terbalaskan. "Rasain juga noh! 1-1, gitu doang bangga"
"Bangke! Lepasin anjrit!" teriak Rizal sambil mencoba melepaskan tangan Eki.
"Kaga, enak aja, lu kira gua kaga sakit hati ape" tawa Eki kencang dan semakin mempereratnya.
"Baperan banget lo shit, lepasin kaga njing!" Rizal meraung - raung.
Dan seketika.....
"Lu ngga apa - apa Zal? Makanya jangan main aneh - aneh dong" kata Eki sambil mengusap kepala Rizal.
Kiki yang baru datang, melongo lebar, pasti sedang terjadi drama besar - besaran.
Rizal mendengus kesal, "Bangke lo sat, leher gue mo patah rasanya. Kiki dateng muka lo ada dua!" sambil memukul kepala Eki.
"Tangan lo celometan banget main mukul orang! Tar mami gue marah tau!" kata Eki mengusap kepalanya.
"Bacot banget berdua nih, mau makan ga lu pada, Devon ga tahan tuh sama sikap lu berdua" Kiki berhasil menengahi mereka yang sedang beradu mulut. Ya seperti itulan jika di depan Kiki, selalu berlagak baik padahal bangshit.
Rizal dan Eki hanya tersenyum tanpa rasa salah, Devon menggeram sambil menjambak rambutnya kesal. "Lo berdua bikin kepala gue nyut - nyutan, untung temen! Kalau engga gue bakal patahin kaki lo pada!
***
Daku bingung cerita ini mau dibawa kemana~
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Class [Completed]
Fiksi RemajaYang ada di bayangan kalian tentang 'Ratu Kelas' mungkin bisa membuat terheran - heran. Gadis cantik, pintar, bahagia dan di kelilingi orang yang dia sayang. Bisa saja dapat membalikkan fakta dan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Kisah percint...