DELAPAN BELAS

995 32 0
                                    

Aku yakin. Semua lelaki akan merasakan sakit dimana seseorang yang dicintainya juga pergi. Tak hanya perempuan, namun kedua belah pihak saling merasakan, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda. Jika perempuan sulit melupakan, namun lelaki mudah melupakan~QS


"Happy birthday Al! I hope you happy," Kiki tersenyum, sambil menyodorkan sebuah kue tart bertuliskan angka 14.

Alda tersenyum, sangat bahagia lebih dari biasanya. "Yay! Thank's Ki. Hope you too"

"Cie udah makin tua aja, ada harapan? Oh iya, make a wish dong"

"Eum,"

"Udah." lanjutnya lalu membuka mata.

"Apaan? Cepet amat euy" ujar Kiki.

Sebuah cafe tak jauh dari rumah Alda, mereka sudah menjalin hubungan kurang lebih satu tahun, memang masih terlalu dini, tetapi rasa itu tumbuh tak pandang umur. Seperti saat ini, Kiki sedang di buat mabuk cinta oleh Alda.

Alda adalah gadis biasa, penampilannya apa adanya, tak pernah senonoh, dan itu membuat Kiki tertarik. Rumah Alda tak begitu mewah, walau sebenarnya ayahnya adalah pengacara dan ibunya adalah psikolog. Tak beda jauh bukan? Seharusnya anak di usia dini sudah memakai fasilitas orang tuanya untuk berfoya – fota, tetapi Alda adalah sesosok yang berbeda dari siswi yang lain.

Sejak itu, sejak pagi hari yang penuh napas, kembali hadir. Dan saat itulah Kiki jatuh cinta pada seseorang, yaitu Alda. Gadis yang mempunyai pesona tersendiri di matanya.

"Besok pokoknya harus cantik, ngga mau tau. Aku jemput depan rumah ya, ngga pake lama" cerocos Kiki pada Alda.

Alda tersenyum, begitu bahagia memiliki Kiki di hidupnya. "Haha iya, kapan sih aku lama – lama kalau tau yang di depan rumah pasti kamu?"

"Jadi ceritanya gombal nih? Atau gimana?"

"Eh? Engga eh, siapa gombal? Apaan"

"Al, tau nggak? Terakhir kali aku kapan bahagia?"

Alda mengernyitkan dahinya. "Hah? Maksut kamu?"

"Iya, tau? Kapan terakhir kali aku bahagia?" senyum Kiki tipis.

"Enggalah?"

"Terakhir kali aku bahagia adalah kemarin, dan sekarang aku bahagia lagi karena selalu ada kamu"

Alda tersipu, pipinya memanas, gadis bermata cokelat nyala itu salah tingkah. Seperti, kali ini saja ia diperlakukan begitu oleh Kiki.

"Paan sih Ki, ngga banget bercandanya" Alda mengalihkan pandangannya.

Kiki tersenyum, terus meamandangi setiap inchi wajah gadis di depannya. Sungguh, ia bahagia untuk saat ini.

"Aku ngga akan nyesel ngedapetin kamu, bener, kamu cewe yang beda, dan aku suka"

"Ih! Udahan! Pulang hayu" logat sunda Alda keluar, seperti itulah jika sudah salah tingkah. Seperti, membuat lawan pusing akan arah pembicaraan.

"HAHAhaha, yaudah iya"

"Btw makasih ya, hidup aku jadi warna – warni gitu semenjak ada kamu."

"Lebay amat dah bocah" ucap Kiki sambil pergi setelah mencubit pipi Alda.

Kiki sudah siap akan setelan kaos putihnya, celana jeans dan jam tangan hitam yang melingkar, siapa yang tak kenal Kiki si jenius di sekolahnya. Alda keluar, dengan setelan bajunya yang pas, sama – sama berwarna putih dan bercelana jeans, rambut itu tergerai indah, matanya memancarkan sinar seolah ia adalah bidadari dunia.

"Hey, jadi ngga?" Alda memandang Kiki bingung.

"Eh?"

"Ayo, ngapa bengong?" celetuk Alda.

Kiki tersipu. "Jangan cantik – cantik, ntar aku mimisan"

Alda tersenyum, tersipu kesekian kalinya, dan lagi – lagi karena ulah Kiki.

Tujuannya adalah taman kota, Kiki tau bahwa Alda suka memandang yang hijau – hijau, matanya tak segan berbinar ketika ada kembang yang indah.

Alda tersenyum, menggamit tangan Kiki, berjalan bersama bak taman kota ini adalah miliknya. Alda ingin bilang, bahwa ia beruntung memiliki Kiki, lelaki yang selama ini rela beradu mulut hanya karena ulah bocah si Alda.

Alda berhenti di tengah air mancur taman, masih dengan menggenggam tangan Kiki dengan erat, bahkan ia lebih mengeratkannya, seakan tak ingin melepaskan.

"Ada apa Al? Erat banget pegangnya?" tanya Kiki di iringi tawa.

"Ngga papa, takut aja kamu di ambil cabe perempatan situ" matanya mengarah ke arah jalanan.

Kiki terkekeh."Kalau ada yang berlian, kenapa harus pilih tembaga?"

"Yah, kirain bakal ke goda gitu"

"Enggalah sayang, aku juga bakal tau mana baik mana buruk" tangan Kiki terulur untuk mengusap rambut hitam Alda.

"Yaudah baiknya kita udahan kali ya? Buruknya lupain kenangan?" Alda tersenyum.

"Maksut kamu? Jangan bercanda Al, aku ngga suka"

"Hehe, ngga ada kok Ki"

Alda menghela napas pelan sambil tersenyum, melepaskan genggaman dari tangan Kiki. "Thanks for all, you the best to me. Sampe sini ya Ki"

Kiki merepalkan tangannya erat, matanya memanas. "Kenapa? Jelasin bisa?"

"Aku mau ke London, ikut Tante disana" tunduk Alda lemas.

"Kenapa? Emang kita ga bisa LDR?"

Alda menggeleng lemah. "Jangan, nanti kamu ngga bebas, aku takut malah bikin kamu ke kekang. Mending kita sampe disini aja"

"Tapi Al..."

"Ki, ini yang terbaik. Alasan aku pindah juga bukan kemauan sendiri"

"Kenapa tante kamu ngga disini aja? Emang ngga bisa?" Kiki masih tak percaya, tangannya sempurna telah tertutup.

"Tante aku belum punya anak, dan aku dimintain tolong buat ngurus tante yang ngga boleh kerja berlebihan. Aku bakal balik kalau semuanya udah selesai" Alda menitikkan airmata."

"Terus? Dengan kamu balik? Perasaan ini tetap sama?"

Alda tersenyum lagi. "Usahain ya, aku juga bakal usaha. Tapi kalau kamu ngga kuat, ngga papa Ki. Btw, makasih buat sore ini, sangat berkesan"

Alda melangkah pergi, menunduk, di telan ramainya taman kota, meninggalkan Kiki seorang ditengah, yang tak bisa berbuat apa – apa. Dan begini rasanya sampai sekarang, ia sakit hati, sangat, telah diberikan secuil harapan kebahagiaan, lalu ditinggalkan dan harus memaksa melupakan.

Jadi, hari ini bukan hari yang terbahagia dengan bertambahnya umur Alda. Tetapi, hari ini hari yang sangat dibenci oleh Kiki karena perpisahan, betapa sakitnya dan betapa bencinya ia dengan masa lalu ini semua.

Cinta, memang begitu, sebegitu mengenaskan, sampai – sampai dibuat pusing akan patah hati. Brokenheart syndrom sudah menyertai Kiki. Ya, sebegitu patahnya ia akan hal ini. Ia mudah menjatuhkan hati, namun tak mudah melupakan hati. Jadi, dia harus bisa lebih lama untuk memahami.

Andai seseorang disana tahu, bahwa begitu hebatnya reaksi ini, dimana mabuk kepayang karena jatuh dan patah. Kita berdua sama, sama – sama memiliki hati yang rapuh dan patah.









TBC



















Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang