DUA PULUH SEMBILAN

972 41 0
                                    

Jika aku ini menjadi bagian pengisi ketika tokoh utama pergi, lalu apa artinya hari - hari yang sudah kita lewati?-QS


Ternyata benar, Ila telah merasakan perasaan ini semenjak cowok itu datang. Ibunya dan Alda sudah cukup membaik, tetapi satu hal –Kiki tak kunjung membaik. Sampai saat inpun, Ila hanya bisa memantaunya dari kejauhan, cowok itu bahkan lebihnnyaman dengan teman – temannya. Devon, jangan khawatirkan dia, keempat bocah itu sudah tertawa layaknya tak ada apa – apa. Namun, Ila merasa dirinyalah yang di jauhi oleh Kiki. Ila tahu ia salah, tetapi apa salahnya kembali menjadi teman sama seperti dulu?

Ara tahu akan perubahan Ila akhir – akhir ini, gadis itu berubah menjadi pendiam, matanya membentuk sebuah kantung panda, terkadang Ara pernah menemukan pil tidur di tas Ila. Sungguh, bagi Ara, itu pemandangan yang amat buruk. Dan saat ini Ara tak tahu akan berbuat apa, dirinya terlalu lemah dan minder dihadapan orang banyak, sekarang, hero-nya Ara sudah berubah. Dan, Ara tidak suka.

Devon datang ke cafe dimana tempat Ila bekerja. Gadis itu masih melakukan pekerjaan part-time, dan mau tak mau Devon harus bertemu Ila lagi, ditempat yang sama, yang pernah ia datangi ketika membuat persetujuan itu.

Ila menoleh ketika namanya dipanggil, ah itu Devon, ia meminta agar menunggunya dahulu agar bisa berbicara lama dan Devon menyanggupinya.

"Ada apa Dev? Tumben – tumbenan mau ketemu sama gue?" kata Ila sambil tersenyum dan merapikan bajunya lalu duduk dihadapan Devon.

Devon tahu, wajah Ila tak sebahagia dalamnya. "Gini La, sorry..."

"Sorry kenapa, elah, kaya sama siapa aja lo.." tawa Ila.

"Masalah Kiki.."

Ila berhenti tersenyum, hanya membuat garis tipis, "Kenapa Kiki?"

"Karena gue, karena permintaan konyol gue.."

"...lo jadi kaya gini, gue ngga tahu harus gimana sama sikap Kiki ke elo.." sangat terlihat bahwa Devon sangat menyesal, Ila memaklumi dan akan menanggung reesikonya sendiri.

"Well, gue ngga apa – apa. Lo ngga perlu mikirin perasaan gue Dev, yang gue butuhin sekarang adalah.."

"...Ibu gue dan Alda bisa membaik, Kiki bisa ketawa lagi sama kalian. Itu, udah cukup bagi gue Dev.."

"Sorry La, sebisa mungkin gue akan ngebuat Kiki balik sama lo lagi" ujar Devon dengan nada yakin, tetapi Ila tak seyakin itu.

"Dev, buat apa lo memaksakan seseorang yang perasaannya bukan buat gue? Itu, sia – sia, biar aja gue yang menikmati, tanpa menuntut balasan lebih.."

Ila meyakinkan Devon lagi. "Tenang aja Dev, gue bukan cewek yang lemah, gue bukan cewek yang menuntut hak seseorang. Biar aja Kiki terbang bebas kemana dia mau, selama itu baik buat dia, gue nggak akan kekang.."

"La, i'm sorry, i'm loser.." tunduknya dan mengembuskan napas berat.

"Nothing. Lo temen gue Dev, lo baik, lo ingin menjaga temen – temen lo dan gue bisa merasakan hal itu.."

"..btw makasih ya, udah jagain ibu gue. Sekedar kabar buat lo, ibu gue semakin membaik.."

Devon tersenyum tulus. "Sama – sama La, gue harap lo ngga akan dendam sama gue.."

"Eh haha enggalah.."

"..oh ya btw, Alda sekarang gimana?"

"Alda membaik, walau mungkin kurang memuaskan, tapi kami bersyukur. Dan ya, Sasa, dia sempet sedih, tapi dia bisa bangkit lagi demi ngeyakinin Kiki.." ujar Devon sejujurnya.

Ila paham, bahkan ada dua gadis cantik dan baik yang mengelilingi Kiki, dan dirinya tak ada apa – apanya dibandingkan mereka. Ila bahagia, Kiki sudah ada yang menjaga, setidaknya pikirannya tak terus tentang Kiki.

"Bagus deh, gue berharap Kiki terus bahagia.."

Sekarang, semuanya berkumpul di rooftop rumah Bibi Kiki, bibinya sedang berada di luar kota bersama pamannya untuk menghadiri acara Kakaknya. Dan disinilah mereka berbincang – bincang untuk sekedar melepas penat dan tertawa bersama. Kebetulan Rizal dan Eki sedang masuk untuk bermain PS di kamar Kiki, kedua anak itu selalu begitu, tak tahu malu dan asik dengan dunianya sendiri. Meski begitu, Devon bersyukur karena bisa memiliki waktu banyak untuk berbincang dengan Kiki.

"Bro, lo ngga ada niatan buat ngga nyuekin Ila lagi?" sahut Devon to the point.

Kiki menoleh sesaat, lalu tertuju kembali pada hitamnya langit. "Saat ini gue nggak mau berurusan sama dia.."

"Maksu..d lo?"

"Ya, gue merasa gue ini buruk di hadapannya. Gue, nggak berguna, gue begitu malu buat sekedar natap wajahnya.." ujar Kiki sambil tersenyum tipis.

Devon menepuk bahu Kiki. "Lo akan tahu semuanya Ki, dan gue yakin disitu lo bakal menjadi pengecut banget.."

"Kenapa bisa lo ngomong begitu?" tanya Kiki heran, dari waktu itu Devon terus mengatakan seperti itu tanpa ada tujuan yang jelas.

"Karena gue tahu kalau lo nggak akan melepas perasaan itu.."

"...lo terlalu berpikit pendek, tanpa melihat kedepannya.."

"Gue bingung sama perkataan lo Dev.." sahut Kiki bingung.

"Yang penting, mulai dari sekarang, lo harus siap – siap."

"Gue nggak paham, asli Dev"

Devon menepuk bahu Kiki kembali. "Udah, tunggu aja hal itu dateng.."

"Terus?"

"YA, gue harap lo bisa berpikir dewasa Ki.."

"Jangan banyak basa – basi Dev, gue nggak suka" ujar Kiki tegas.

"Ini bukan basa – basi, tapi ini pernyataan.."

"Bangsat lo Dev.." kata Kiki emosi.

Devon hanya bisa tersenyum kembali. "Ketika lo tahu yang sebenarnya, lo lebih bangsat Ki"

"...dan gue ingetin satu hal. Jangan lo remehin beberapa hari yang yang sudah lo jalani.." kata Devon lalu melengang pergi.

Menyisakan Kiki yang hanya bisa berpikir terus – menerus, perkataan Devon begitu ambigu untuknya. Sebenarnya, untuk apa Devon berkata begitu? Apa tujuannya? Ada urusan apa Devon dengan Alda? Lagi – lagi Alda, entah mengapa akhir – akhir ini Kiki susah untuk tidak memikirkan gadis yang sedang sakit itu.

Untuk sekarang, tujuan pertamanya adalah Alda.











//

Saya disini ngga butuh ucapan pujian atas cerita saya atau lainnya, jujur saja, saya menulis itu untuk kesenangan dan hobby saya, dan saya juga ingin menyalurkan ide saya lewat cerita. Tapi, satu hal yang perlu kalian tahu, coba kalian hargai setiap karya orang lain. Jika diri kita tidak menghargai, apakah kita akan dapat penghargaan kembali?

Jadi tolong, hargai saya dengan kritikan atau komentar demi cerita inii dan yang lainnya. Saya butuh perubahan, entah itu luar atau dalam. Semoga kalian suka, saya tidak pernah menuntut hal lebih untuk vote, chat ataupun yang lainnya. Saya hanya butuh perubahan dengan kritikan kalian, akan saya terima, apa saja.

sorry, about that.

WithLOve

-Ichaa



Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang