DUA PULUH LIMA

921 30 3
                                    

Yang aku tahu hanya perasaanku saja, kita sama - sama menanggung perbedaan perasaaan. Jika nanti kita tidak bersama, kumohon jangan membuangnya, biarkan, aku akan mengurus segala manis dan pahitnya-QS



Ila mengusap tangan ibunya, menciumnya berulang kali, mengelus dahinya yang pernah penuh dengan keringat lelah, pagi hari yang mampu membuat Ila melupakan dunia sejenak adalah ibunya. Karena, alasan dunia ini ada, adalah ibunya. Ila tersenyum, Devon dan kawan – kawannya menepati janji, mereka selalu datang kemari, sekarang yang terpenting adalah ibunya, yang paling perlu ia ingat adalah ibunya. Ila, hanya seorang diri, mencoba menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri.

Kemudian, Kiki datang, mengubah sedikit kehidupan gadis itu, tetapi Ila tak tahu kehidupan Kiki sebaliknya. Apakah, lelaki itu bahagia atau tidak. Intinya, jika mereka sama – sama bahagia, Ila sudah merasa cukup. Biar, ini menjadi urusan perasaan yang semu, selebihnya hanya Tuhan yang tahu. Entah Kiki atau Ila, di antara keduanya, memiliki perasaan yang nyata dan semu.

"Lo dimana tong?"

"Oh, yaudah oke, gue jemput. Tunggu, jangan kemana – mana, jangan kecentilan. Gue percaya sama lo, dan.."

Tutt.. sambungan terputus. Mampus.

"Bawel banget dah bocah." ucap Ila sambil memandang layar handphone-nya, tak terasa lekukan garis itu membentuk dengan sendirinya.

Setelah pamit, Ila keluar rumah sakit, ia yakin bahwa tempat ini adalah tempat terbaik bagi ibunya. Deon, jangan pikirkan dia, anak itu menghabiskan seluruh hidupnya dengan hal tidak jelas, Ila tidak mau tahu. Bukan tidak lagi sayang dan peduli, tetapi cukup, ia sudah lelah, toh Deon meminta sendiri pada Ila untuk tidak mencarinya.

"Jalan ke taman pelangi gini enak ya, apalagi berduaan sama pacar.." ujar Kiki melirik Ila. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

"Ngimpi banget lo bisa pacaran sama park shin hye, ewh"

Kiki menolah, tanda curiga, yakali aduh. "What what? Lo bilang apa?"

Ila geram. "Iya, Park shin hye, napa?"

"Darimana park shin hye bisa jadi kutil badak gini, hah?"

"Apaan banget lo anjir! Kemarin lo kata gue kaya park shin hye, nah sekarang lo katain gue kutil badak!" Ila menginjak kaki Kiki, sambil mengutuk Kiki dalam hati.

"Woy woy tungguin kali." susul Kiki di samping Ila.

"Cuy et. Itu kan kemarin, beda sama sekarang. Kalau sekarang, lo kutil badak! Ye enak aja park shin hye!" goda Kiki pada Ila. Wanita itu bertambah geram.

"Heh, dengerin ya kikil sapi, elu seganteng apa coba? Masih mending juga gue, ada yang mau" jutek Ila.

Kalau udah gini, bisa denger orang – orang, bahwa mereka ga pacaran tapi musuhan. Hellaw, ni banyak orang, Kiki sama Ila malah berantem sambil jalan kaki, ya mbok duduk dulu terus berantem. Malu – maluin banget yak kan, untung comel coba kalau kaga, udah di sawat bunga bangke kali ya.

Cowok itu terkaget di panggil kikil sapi, namanya bagus, Kiki, nah di plesetin sama kucing garong satu ini. "Hah? Kikil sapi lo kata? Heh dasar kutil, gue ini ganteng, banyak yang antri, ada dua cewek diluar yang masih nunggu gue.."

Ila terdiam. Nah lo, cewe jutek bawel diem, kan gajah makan kawat. Alias gawat.

"Tuh kan, lo skak. Yaudah, emang gue ganteng kaya lee jong suk, ngaku deh gue, harusnya lo bangga" ujar Kiki besar kepala.

"Dua cewek? Nunggu lo?!" hatinya, sedikit bergejolak.

"Eh?" nah ya, Kiki tercyduk sambil garuk – garuk kepala yang ketombean segede jerapah.

"Maksud lo? Lo ngebuat dua cewek nunggu lo?" tanya Ila penasaran, untuk saat ini mungkin dia memasang wajah marah karena ia merasakan bagaimana rasanya. Tetapi, mungkin suatu hari nanti alasannya bisa berbeda. Apa mungkin cemburu?

Kiki menyengir sedikit, apa ini saatnya?

Jadi begitu. Ila sudah paham, di mulai dari Sasa dan Alda. Kedua perempuan itu masih memiliki peran di kehidupan Kiki. Ila tak marah, justru ia malah membantu Kiki menyelesaikan masalah hatinya. Ya, Ila tahu bahwa cowok di sampingnya ini masih mempunyai perasaan pada mantan kekasihnya dahulu. Lalu, apa yang terjadi?

"Oh, ini Ila ya? Kenalin, aku Sasa, temennya Kiki" gadis putih itu tersenyum, mengulurkan tangan hendak menyalami Ila.

"Sahabat." tepat Kiki membenarkan.

"Ish apaan sih kamu Ki" pelotot Sasa tajam mengisyaratkan Kiki untuk diam.

Ila menjabat balik tangan Sasa, gadis itu cantik, mengapa Kiki harus membuat syarat seperti ini? Salah, ia sudah terjebak kedalam permainan Kiki. "Hai, gue Ila, temennya Kiki"

"Pacar." tepat Kiki membenarkan lagi.

Kemudian Ila berganti memelototinya. "Apaan sih!"

Kiki mendesah. "Yang kenal siapa, yang lebih akrab siapa, eh malah gue di cuekkin. Gini nih, kalau cewek udah ketemu, telepatinya selalu tepat"

"GA jelas deh kamu Ki"

"Yaudah yu Ila masuk. Kiki anggurin aja, ntar diem sendiri kalau udah bosen, kalau lagi girang ya kaya beo, nyicit mulu" senyum Sasa sangat manis.

Kamu- seketika Ila merasa sedikit berapi. Apa haknya?

Bahkan, Sasa sudah mengetahui apa kebiasaan Kiki. Mengapa cemburu? Siapa yang lebih lama, pasti lebih tau.











TBC

Annyeong, konnichiwa, hola. 5part lagi done. So, ada yang mau kasih kritik di kolom komentar? atau votenya? atau pengen cerita ke saya? gimana tentang cerita ini?

Boleh - boleh. 082336752015 , siapa tau kita bisa temenan, ya nggak hahahak.

Untuk cerita ini, saya lebih fokus ke peran utama ya. Apa ada yang mau sequel-nya? HAhaha ga, bercanda doang. Ngebet banget pengen nyelesaiin, soalnya udah di ujung tanduk sibuknya hiks. Ini aja update -nya setiap hari libur, kalau engga ya jangan harap :')

Segitu dulu deh.

withlove,

ICha



Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang