SEPULUH

1.3K 53 0
                                    

Ila masuk kelas dengan keadaan biasa dan selalu tersenyum, bisnya memang kebagian berangkat pagi. Sebenarnya tak apa jika tidak memakai bis sekolah, tetapi apa daya Ila yang pas – pasan akan kehidupannya. Ia teringat jika belum mempersiapkan apapun untuk persiapan lomba di sekolah orang, hari ini jadwal dirinya berangkat, pasti sekolah akan mempulangkan murid yang ikut lomba. Varo mendadak tak ikut karena ia harus pergi ke Jerman untuk menemani Ibunya operasi, akhirnya sekolah memilih Dio sebagai penggantinya.

"La..." yang dipanggil menoleh ke sumber suara, ah itu Kiki.

"Eh? Napa?" ketus Ila. Kelas Kiki adalah MIA-4, lumayan dekat dari kelas Ila.

"Lo sakit?"

"Apaan? Lo doain gue sakit? Biar kaga ikut lomba?" Ila sengaja memelesetkan pembicaraan.

"Kaga lah, ya gila aja gue sejahat itu. Tapi kenapa lo ga masuk kemarin?" Kiki masih terdiam di ambang pintu sambil menatap Ila tajam.

Ila menggeleng, "Ngga papa, ga usah kepo"

"Yaudah si, ga penting juga, bay" ucapnya sambil melengang pergi.

Seketika, Agnen yang berganti untuk masuk kelas Ila, ya –Agnen MIA-1, cukup dekat juga kan kelasnya? Malah saling berdempet.

"La, nanti kita dipulangin jam 8 pagi. Lo udah siap – siap?" ujar Agnen berdiri di ambang pintu juga.

Ila menoleh lagi, kepada orang yang berbeda. "Eh belom Nen, kenapa?"

"Yaudah kebetulan, pulang bareng gue aja sekalian nemenin gue belanja, ntar kita belanja bareng. Oke?" kata Agnen sambil tersenyum manis, membuat Ila sedikit terdesir hatinya.

Ila mengangguk lantas, "Iya deh gapapa"

"Oke, gue tunggu di parkiran ya La. See u Queen Class!" ucap Agnen dan tersenyum tipis pada Ila.

Seketika, jantung Ila berdegup dengan tempo yang tidak seperti biasanya.

"Gila! Dia punya Ara, La! Lo jangan sampe naksir" ucapnya sendiri dan menggeleng cepat.

Jam sudah membolehkan yang mengikuti lomba untuk pulang, begitu juga dengan Ila yang sudah keluar kelas untuk menghampiri Agnen dan belanja keperluan lomba bersama, tak terasa Ila menunjukkan lesung pipitnya untuk tersenyum tipis.

"Woy, lo mau kemana La?" ucap Kiki yang tak sengaja berpapasan dengan Ila.

"Kepo bege sama urusan orang lo" ketus Ila.

"Pulang bareng gue kuy," tawar Kiki, dan ia gercep untuk masalah ini.

"Sorry ya, najis banget pulang sama lo, bay" Ila langsung pergi dan menuju parkiran.

Kiki terdiam, "Ngapa dia ke parkiran? Bareng siapa dia?"

"Oh ternyata bareng Agnen, pantes gue dikacang" lanjutnya sambil mencelos.

Ila memakai helm yang disodorkan Agnen, sebenarnya teman macam apa dia? Yang rela menikung temannya sendiri?. Ila sudah membentang benteng anti suka sama Agnen, tapi apa daya Agnen yang terus membuat jantungnya jedak – jeduk tak karuan.

"Ey ngelamun, ayok berangkat" senyum itu lagi, yang membuat Ila tak bosan melihatnya.

Ila menggenggam pinggang Agnen kuat, ya karena Agnen lah yang menyuruh, tanpa terasa lagi mereka sudah sampai di toko peralatan tulis. Ila melepas helmnya, eh malah keduluan Agnen yang sudah memegang helm Ila.

"Fuh..." tiup Agnen pada mata Ila, sebab daritadi Ila memandang dirinya begitu lekat.

"Aduh..." Ila mengedipkan matanya dan merasa malu.

Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang