ENAM BELAS

1.1K 41 4
                                    

Bukan aku yang memilih untuk pergi, namun seakan hati ini tahu kepada siapa ia pantas berlabuh~QS

"Sudah pulang sayang?" ujar Bibi kepada Kiki, ia hanyalah keluarga yang dimiliki oleh Kiki saat ini.

"Sudah bu, Kiki balik ke apartemen besok ya. Lagi kangen masakannya Ibu hehe" cengir Kiki seperti biasa.

Pamannya datang, ikut nimbrung "Sukses ya, Ayah bangga sama kamu Ki" dan di balas senyuman oleh keduanya.

Kiki masuk ke kamarnya, ia memang tinggal bersama paman, bibi dan kakaknya. Ibunya pergi disaat ia masih kecil, ayahnya meninggalkan dirinya juga sewaktu kecil. Keluarga yang di cintainya hancur berantakan, rasa sayang keduanya tak membekas sampai sekarang.

Dahulu, ibunya pernah berjanji untuk kembali, namun itu hanyalah ilusi yang sampai saat ini selalu di kenang Kiki. Untung saja paman, bibi dan kakaknya baik, dan sudah menganggap Kiki sebagai anak sendiri. Perlu di ketahui bahwa paman dan bibinya bekerja sebagai apoteker dan kakaknya bekerja sebagai dokter. Itulah biografi Kiki, sedikit yang kalian tahu tentangnya. Bahkan sampai saat ini dia lelah mencari cara untuk menyelidiki ibunya yang berada di Negeri orang.

Dibalik keluarga Kiki yang begitu hancur, ia selalu menampangkan wajah seakan tak terjadi apa – apa. Bukan hanya Ila yang merasakan perihnya keluarga yang hancur, namun dirinya sendiri bahkan lebih hancur dari apa yang kalian tidak ketahui.

Drrtt...

1 Line from lemak curut.

Kikii_98 : Letongg...

ZellaLav : Ape ?

Kikii_98 : Jalan kuy

ZellaLav : Males banget gw.

Kikii_98 : Yu ah. Bete banget anying.

ZellaLav : Gw lg busy. Bacot

Kikii_98 : Gegaya ni bocah, gue jemput jam 7. GA NERIMA PENOLAKAN

ZellaLav : Apaa apaan lu woy!

[read]

Ila mendengus kesal, melempar hangphone-nya dan mengacak rambut. Dengan memakai celana jeans dan sweater putih, lalu mengucir rambutnya, ia keluar rumah.

Dan, terdapat Kiki sudah siap di depan sana.

"Hae" cengir Kiki sambil mengedipkan mata.

Ila geleng – geleng. "Mau apa lo ngajakin gue jalan, kesambet apa?"

"Sewot amat lu tong. Kasih sambutan gue kek."

"Jadi jalan ngga? Kalau engga ya gue masuk lagi" Ila berbalik, lalu tangan Kiki segera menahannya.

"Suka marah sih bu boss. Bercanda ey"

Ila hanya mendekap pinggang Kiki saat angin berhembus kencang menghantam motor yang dikendarai manusia setan ini. Ila hanya bingung, mau dibawa kemana coba dirinya. Tolong ya, kalau mau nyulik ya jangan terang – terangan dong.

Mesin motor Kiki perlahan menurun, pertanda sudah sampai tujuan. Yah dikirain kemana, eh jebulnya rooftop tak berpenghuni. Sampe Kiki macem – macem, Ila bakal depak ampe jupiter ya.

"Gue lagi suntuk" ujar Kiki dan duduk di pinggiran rooftop, disusul oleh Ila.

"Hm? Kenawhy?" Ila mudah bosan sejujurnya, mungkin kalau sama Kiki yaa lumayan lah wakaka.

"Mau tau banget lo?"

"Ngga juga, buat apa gue tau urusan lo."

"Seriusan?"

Ila hanya bergeming sembari menikmati angin malam. Sepertinya, malam ini dirinya harus lagi meminum obat itu.

Settt...

"Jangan lo kucir, nanti gue hilang kendali" lirihnya.

"Hah?"

"Bego banget jadi orang. Kesel ngomong sama lo"

"Gue risih tau ngga ih," dengus Ila sambil meminta kuciran itu ke Kiki.

"Yaudah kalo gitu gue aja yang kucirin, diem ya lo" Kiki membalikkan tubuh Ila, lalu menguncir rambut itu dibawah.

"Nah udah, gitu aja. Jangan di keatasin kucirannya. Gue ngga mau cowok bangsat liat leher lo" ucap Kiki cuek.

"Sebenernya tujuan lo apa ngajakin gue kesini?"

"Cuma pengen liat wajah lo aja" tatap Kiki ke Ila.

E buset, jantung gue napa gini amat woy elah, alay.

"Hah?" Ila salah tingkah tak karuan.

Kiki tertawa keras. "Hahaha! Ngakak gue!"

"Jahat banget lo mainin hati cewe!" Ila dibuat kesal.

Seketika Kiki menyenderkan kepalanya ke bahu Ila. Ila hanya diam tak bergeming.

"Bercanda, jangan di ambil serius. Jangan suka marah, nanti kalau gue tambah jatuh cinta gimana? Lo mau nanggung?"

"Jantung lo degupnya kenceng banget tong, lo juga suka sama gue?" tambahnya.

"Eh, ekhem..."

"Pulang yuk, tau gini gue nonton oppa dirumah" Ila mencoba melepaskan senderan Kiki.

Namun, Kiki malah menahan tubuh Ila dengan tangannya.

"Di sini aja dulu. Gue lagi kangen sama orang tua gue"

"Hng?"

"Orang tua lo kan dirumah? Kalo kangen ya peluk mereka, kenapa lo malah ke sini?"

Kiki menyengir. "Haha, kliatan cupu banget gue di depan lo"

~~

Seakan tau siapa yang datang, Ila langsung beranjak dari tidurnya untuk memastikan bahwa Ayah tak lagi datang.

Syukurlah, itu Deon.

"Yon? Tumben dateng?" ucap Ila sambil menggelung rambutnya.

"Gue mau tidur." jawabnya singkat.

Sesampai di sekolah, Ila tersenyum lebar mendapati Agnen berjalan di samping dirinya.

"Et Ila."

"Ha?"

"Masuk bareng kuy. Bete banget gue hari ini"

Ila menoleh. "Kenapa?"

"Gue kalah main ML sama Varo. Kurang kampret gimana coba tuh bocah"

"Yeila, lo curhat Nen?"

"Ga juga sih. Oh ya, nanti istirahat gue ke kelas lo ya, kita mabar"

Ila tambah bingung. "Gue kaga bisa maen ML woe"

"Orang makan bareng, bukan main bareng" jawab Agnen mengacak kuciran Ila.

Ila hanya tersenyum. Tak tau di belakang ada apa.

***



tbc

Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang