DUA PULUH EMPAT

941 38 2
                                    

Yang terpenting dari sebuah hubungan adalah kepercayaan, sesulit apapun kepercayaan itu, jika kamu melanggarnya. Maka bagaikan paku yang ditusuk ke sebuah papan, sesudah dicabut akan membekas, sekuat apapun kamu menyembuhkan, maka akan tetap sama. Luka itu, terus meninggalkan bekas-QS


Kiki tersenyum di seberang sana, pasalnya Ila terus menggerutu tak jelas, ajakan mendadak Kiki membuat Ila kesal setengah mati. Sesudah jadwal padatnya di cafe, Ila harus menuruti bocah tengil satu itu, siapa dia? Kalau bukan tikus curut pura – puranya. Ya, kata pacar di telinga Ila membuatnya merasa geli, Kiki terus membuat pipinya memanas, hatinya berdegup tak karuan, apa ia sudah menjatuhkan hati pada pemilik aslinya?

"Lo pikir?!" bentak Ila meremas handphonenya.

"Yaudah si, gue kangen pengen ketemu. Salah emang? Ketemu sama pacar sendiri?" jawab Kiki dengan muka jahil, yang ditujukan pada Ila.

Sejahil apapun muka Kiki, Ila tetap tidak melihat, ya karena terpaut jauh karena jarak. "Terus? Gue peduli gitu?"

"Harus dong, gue mau buat pacar gue bahagia. Salah?"

Ila bergumam. "Hng, apaan sih lo! Gue ngantuk! Capek! Besok sekolah!"

Dengan senyumnya yang simpul, Kiki bisa menebak bahwa Ila sudah jatuh hati padanya, atau mungkin hanya perasaan baik yang hanya menetap sementara?

"Kangen La, gue kangen, pengen ketemu."

"Gak"

"Terserah lo, yang penting.."

"Yang penting apa!?" bentak Ila keras yang ditujukan pada Kiki.

"Gue ada di depan sekarang, jadi tolong buka, lo ga mau kan? Pacar lo yang ganteng kaya jungkook ini mati masuk angin?"

Dengan sekejap, matanya berubah menjadi bulatan telur puyuh, lla terkaget, menganga lebar, tangannya terkepal dengan kuat, lengkap sudah penderitaannya untuk tidak bertemu Kiki tetapi akhirnya terjadi.

"DEMI apa lo dasar kecoa rebus!!!"

"Bacot ah, buka ga?! Atau gue terobos dan bertindak macam – macam?"

Sedetik kemudian, panggilan terputus.

Setelah merayu panjang lebar, Ila tersenyum sedikit, hanya sedikit, tidak menampakkan lesung pipinya, Kiki terlalu membuatnya marah dan kesal bukan main. Apa yang terjadi? Ternyata, Kiki cuma kibul, omdo, bullshit, dia ga ada di depan rumah Ila, tapi dia ada di depan rumahnya sendiri karena mau otw rumahnya Ila. Dengan perasaan yang berguncang amarah, Ila membanting pintu, masuk ke dalam rumah, waktu Kiki datang, Ila sengaja tak membukakan pintu.

Ya, karena alasannya, dia kena kibul dan malu sendiri. Untung ya pacar, coba kalau mantan, paling kepala sama tangan udah pisah dari badan. Hehe, Ila ga sekejam itu kok, percaya deh, soalnya mungkin dia udah jatuh hati sama kecoa rebus. Dia itu ngeselin, bikin marah mulu, tapi dia loyal jadi bikin siapapun mudah menjatuhkan hati ke dia.

"Udah dong marahnya" ucap Kiki memelas pada Ila. Awalnya cowok itu hanya iseng, eh malah membuat Ila marah beneran dan kesal padanya.

"Air mancurnya bagus, taman kota juga ramai, masih marah?" Kiki bergumam sambil memainkan rambut Ila yang tak sengaja mengenai tangannya.

Ila tetap diam sambil memainkan game, cowok itu terus mengganggunya dan membuatnya ingin tertawa sekarang juga, bagaimana tidak? Kiki terus berkata omong kosong. Tetapi, gengsi tetaplah gengsi girls. Bagi perempuan-

Tar dulu. Emang air mancur, taman kota, cewe ngambek ada hubungannya? Hiks Ki, nape elu malah jadi ga waras(?)

"Ila pacar aku yang cantik kaya park shin hye, jangan ngambek mulu, ga kasian sama oppa yang ganteng ini?" melas Kiki, siapa yang ga jijik deh mb,mz.

Tuh kan, kurang gila gimana si Kiki ketularan virus Korea-nya Eki.

Ila jago acting juga ternyata, bagos bagos hahahak.

"Ya ampun sayangku, cintaku, ngambek mulu dah kaya cewe."

Emang cewe adu maz, kalau ga cewe nape elu pacarin syi. Hikz

Merasa tak di respons, Kiki merebut handphone Ila, membuat wanita itu menoleh terkejut.

"Cantik. Malam ini cantik, jangan marah mulu ya?" ujar Kiki yang terlihat tulus, Ila cantik malam ini, ya wanita selalu cantik, tetapi Ila memiliki ciri yang berbeda.

"AAAAAA. Kok di cubit sih? Aish, sakit tau ya allah sayang..."

Tuwaga. Pipi Ila memerah, speechless, ada yang tau rasanya? Yaudah, biar Ila aja yang tau, kalian jangan, masih bocah hehe.

Kiki mendesah kesakitan, "Sakit tau, aku salah apa sih ya rabb... Bener cantik, suer tekewer – kewer dah"

Ila tertawa, mengusap pipi yang di cubitkan ke Kiki tadi, tangannya terulur untuk menarik kembali rasa sakit itu. Perasaannya, tak bisa di bohongi, bahwa Ila mulai memasuki zona nyaman Kiki. Semoga saja, akan berakhir seperti apa yang ia harapkan.

"Kok? Ketawa? Lucu?"

"HAHAHAHA... yaahh, habis wajah lo melas banget" tawa itu, terlihat lepas dari wajah Ila. Kiki, terlihat bahagia atas pemandangan sederhana ini.

"Sakit tau sayangg..."

"HAH? Sayang? Rambut nenek lo pirang?!" teriak Ila sambil menoyor Kiki lagi.

"Arghhhh. Ya allah apa salah aku sih? Salah mulu, kapan aku bener di mata cewek"

"Aku? Sok romantis bener lo" cuek Ila mengalihkan pandangannya.

Kiki menyengir kuda. "Hehe, lagi belajar jadi romantis, siapa tau banyak yang naksir"

"Leh? Yang mau sama lo juga sape dah"

"Nah? Oneng? Buktinya lo mau sama gue kan?!" balas Kiki tak terima.

"P-U-R-A P-U-R-A!" eja Ila satu – persatu.

Seketika, Kiki geram, tetapi mencoba menahannya. Disaat ia mulai perlahan menjatuhkan hati, namun lawannya memulai untuk meretakkan hati.

"Yaudah, penting aku udah punya hak marah kalau kamu di deketin sama yang lain"

"Terserah elo dah kecoa. Gue mah ngikut,"

"Ngikut mulu, tar naksir bingung"

Ila membelalakkan mata lagi, menatap Kiki penuh curiga. "ELU? Ganteng juga kaga, mancung juga kaga, rambut keren juga yang ada lepek kaya serbet, naksir ama elu? Yang ada... LO naksir sama gue"

"Kalau gue, mulai naksir lo gimana?"

"HAH?" Ila menelan ludahnya, gawat, jantungnya ga karuan coy.

"Kenapa?"

"YA hm. Apa sih ga jelas deh lo Ki" malu banget deh jadi Ila, pipinya udah merah - merah gitu.

"Ih? Pipi lo kok merah tong?" canda KIki dan tertawa.

"Argh! Nyebelin lo Ki! Tau ah!" Ila ngambek, menundukkan kepala, ga nangis, cuma melas aja.

Dari samping, Kiki memeluk Ila, dengan perasaan yang campur aduk dan bimbang. Kiki yakin, Ila juga nyaman, namun, apa KIki harus bertanggung jawab atas permainan ini?

"Malam ini dingin, biar gue yang peluk lo-"

Ila terdiam, menurut. "Udah ga aku kamu lagi?"

Kiki tersenyum dan mengusap rambut Ila perlahan, dihirupnya aroma itu, entah Kiki tak bisa menebak aromanya. "Kalau lo ga suka, gue ga bakal ngelakuin. Lo milik gue, dan gue milik lo. Kita harus memporsikan sebaik mungkin dan menjalani senyaman mungkin"

"Kenapa?"

"Simple sih. Dua orang yang saling mencintai, pasti ingin merasa pasangannya merasa baik, makanya gue berusaha bersikap baik sama lo." sekedar kata, namun mampu membuat Ila tersentuh.










TBC.

Mau chat? sharing?

WA: 082336752015

Selalu terbuka untuk kalian. Terimakasih supportnya!

Give me a vote and comment!

Arigatou!

Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang