Akan aku buat kau jatuh cinta padaku dan tak mengingatnya lagi.
Vean tidak berhenti tersenyum. Dia berharap hari pertamanya akan jadi hal yang sangat menyenangkan.
"Pagi Ma Pa." sapanya pada ayah dan ibunya yang sedang sarapan di meja makan.
Kedua orang tua Vean membalasanya dengan tersenyum dan anggukan.
"Sayang?" Ucap Tina
"Kenapa ma?"
"Kamu habis dapat undian?"
"Bukan undian lagi ma tapi doorprise." sahut Vean dengan bahagia lalu pamit pergi.
Kedua orang vean menatap heran keadaan anaknya yang begitu semangat hari ini. Padahal ini adalah hari senin dan biasanya vean selalu mengeluh malas upacara.
Derum motor membuat semua pasang mata menoleh kearah Dave yang baru saja datang.
"Sini-sini kamu," Pak Jaya melambaikan tangannya ke arah Dave yang baru saja turun dari motor ninja merahnya.
Dengan malas Dave menghampiri gino dan alex yang ikut dihukum juga karena terlambat.
"Kenapa pak?"
"Kenapa kamu bilang, ini udah jam 8 dan kamu baru datang. Kamu pikir ini sekolah nenek moyang kamu apa?"
"Ya bukanlah pak nenek moyang saya udah meninggal."
"Berani kamu jawab omongan saya?"
Dave menghela napas gusar, "Gini ya Pak, kalau saya gak jawab nanti disuruh jawab sama Bapak tapi pas saya jawab Bapak marah, kalau gini salah siapa Pak?" Dave menekan pangkal hidungnya berpura-pura pusing.
"Saya pikir otak kamu aja yang nol ternyata akhlak kamu juga nol."
"Hus Pak, jangan kayak gitu nanti anaknya kayak saya loh." Dave ingat kalau Bu Nisya sedang hamil dan dia adalah istri Pak Jaya.
"Amit-amit anak saya kayak kamu, udah sekarang kalian bertiga berdiri di lapangan sampai jam pelajaran pertama selesai."
"Nah gitu dong pak, dari tadi kek." Alex tersenyum semanis mungkin ke Pak Jaya.
Vean mencoba memfokuskan pikirannya ke pelajaran matematika yang di ajar Bu Nisya, tapi rasanya tidak bisa karena hari ini dia terlalu senang.
"Ve ini gimana sih gue gak ngerti?" tanya Brina yang memang duduk sebangku dengan Vean sedangkan rossi, dia duduk dengan Nina.
"Coba liat." Vean menarik buku Brina untuk membaca soal yang Brina tanyakan, "Pertanyaan geje Brin"
"Geje gimana sih Ve?"
"Lo pikir aja mana ada buah jeruk lebih mahal dari apel." Brina menggeleng sepertinya dia salah orang.
"Ros" baru saja Brina ingin bertanya ke Rossi tapi ia urungkan melihat arah pandang Rossi bukan ke Bu Nisya tapi ke lapangan.
"Lo liatin apa sih?"
"Ngeliatin cogan."
Vean menoleh kebelakang karena mendengar perkataan Rossi barusan.
"Siapa?"
"Tuh." tunjuk Rossi dengan dagunya.
"Apaan sih? cowok bandel kayak mereka mah dibuang ke laut aja." tambah Brina kesal melihat kedua sahabatnya yang masih menoleh ke lapangan.
"Ati-ati Brin kemakan omongan entar lo." ucap Rossi asal.
"Eheem lagi liatin apa?"
"Udah tau lagi liatin cogan pake nanya." tambah Vean.
"Oh mau gabung gak?"
"Maulah." ucap Vean dan Rossi bersamaan.
"Kalau begitu kalian bertiga keluar dari kelas saya!" usir Bu Nisya kasar.
"Loh kok bertiga Bu? Saya gak ikutan." sanggah Brina kesal.
"Kamu emang gak ikut ngeliatin tapi kamu ikut mengobrol jadi kalian bertiga keluar sekarang."
Brina masih kesal dengan kedua sahabatnya bagaimana bisa sekarang dia ikut dihukum juga padahal dia tidak ikut-ikut melihat ketiga cowok itu.
"Udahlah Brin, Bu Nisya lagi sensi gara-gara hamil." Rossi tersenyum.
"Tau ah gue masih bete sama lo berdua."
"Jangan lama-lama Brin ngambeknya nanti gue sedih lagi." Vean mengerucutkan bibirnya berharap Brina akan luluh padanya.
"Gak usah sok jelek udah jelek juga." Brina tertawa melihat aksi Vean.
"Eh bentar ya gue mau ke lapangan." ucap Vean berlari meninggalkan kedua sahabatnya.
Brina dan Rossi yang baru menyadari kalau Vean ingin menyusul Dave langsung ikut berlari. Mereka takut Vean akan dipermalukan lagi oleh Dave.
"Hai."
"Hai." ucap Alex dan Gino bersamaan.
"Ngapain lo? Dihukum juga?" Tanya Dave singkat.
"Ya gitu deh." Vean berjalan ke arah Dave untuk mengusap keringat Dave yang sudah bercucuran.
Sedangkan Gino, Alex, Brina,dan Rossi hanya menatap bingung melihat Dave tidak menolak sama sekali perlakuan Vean.
"Dave nanti aku ikut pulang boleh?"
Dave yang melihat perilaku vean ingin sekali mengusirnya sekarang tapi dia ingat tentang tantangan yang sudah di setujuinya setidaknya hanya satu bulan gadis itu akan mengganggunya.
"Nanti gue cariin taksi." ucapnya asal.
"Kok taksi kamu kan bawa motor, aku sama kamu aja," Vean tersenyum menunggu jawaban dave berharap dave akan mengiyakan karena tantangannya di UKS kemarin.
"Terserah,"
"Kayaknya panas membawa hawa positif nih Lex." celutak Gino sambil mengipas-ngipaskan tangannya.
"Sabrina sayang kipasin Abang dong" pinta Alex manja.
"Lo mau dimana? mata lagi apa yang lain?" Alex menggelang mengingat minggu lalu matanya bengkak akibat ulah Brina yang memang jago karate.
"Ya ampun jadi lo yang buat mata sahabat gue bengkak Brin? Gila parah lo, seharusnya lo adil dong jangan cuma satu doang."
"Anjir, gue kira lo mau belain gue ternyata sama aja."
"Sahabat itu ngebantu kalau jatuh nah untuk ngebantu lo gue harus jatuhin lo dulu Lex" Gino meringis menatap Alex yang mulai kesal karena semua menertawakannya termasuk Dave.
***
Baca juga ya SEGREDO.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaVean (Completed)
Teen FictionVeana Josephine gadis periang yang mencintai Dave Alredyo dan selalu menyatakan cintanya secara terang-terang. Tapi ketika waktu memberinya kesempatan dia malah menjahui Dave. Rahasia (Sesuatu yang disembunyikan demi kebaikan atau keburukan)