08 Gino dan Rossi

16.4K 1K 27
                                    

Apa kamu pikir semua ini lucu? Tentang perasaanku ketika membaca pesanmu itu apa kau pikir itu juga lucu?

Suasana kantin sangat ramai karena ini jam istirahat pertama. Seperti biasanya Kano dan teman-teman sedang santai menertawakan topik yang sebenarnya tidak penting. Mulai dari kenapa Bu Nisya tidak cuti padahal sedang hamil, lalu kenapa Alex menolak Caca yang terkenal karena bodynya yang seperti model. Tawa mereka berhenti ketika melihat Vean, Brina,dan Rossi yang sedang berjalan ke meja mereka.

Dave menoleh malas melihat Vean yang langsung duduk di samping. Dia heran apa tidak bisa Vean membiarkannya tenang sebentar saja.

"Apa lagi?" tanya Dave malas.

"Aku ada perlu sama Kano," jawab Vean melihat Kano di depannya. Sontak membuat Dave, Gino, dan Alex bingung karena biasa Vean hanya akan mengganggu dave tapi sekarang dia malah mencari Kano.

"Gue kan udah bilang kalau lo baper gue males tanggung jawab," jawab Kano acuh tetap menyeruput es teh miliknya.

"Aku cuma mau ngajak pulang bareng mau gak?" Vean ingin mengumpat sekarang melihat kedua temannya tersenyum dengan kemenangan.

"Pulang bareng ya? Ok." jawab Kano enteng dia bisa melihat Dave yang berada di samping Vean sudah mengepalkan tangannya.

Sekarang giliran Brina yang harus mempertaruhkan harga dirinya karena dia menyempil duduk diantara Alex dan Gino.

"Gue mau ngomong," Brina memulai percakapannya menoleh ke Alex yang masih bingung, "Lo cuma perlu jawab nggak buat pertanyaan gue ini, ngerti?" Alex mengangguk menunggu brina menyelesaikan ucapannya, "Lo mau gak jadi pacar gue?" Brina mengucapkannya dengan enteng dia berharap Alex mengerti dengan semua yang dia ucapkan barusan.

Semua orang di meja itu menatap bingung ke arah Brina yang masih menunggu jawaban Alex.

"Gue mau." jawab Alex yang membuat Brina menoyor kepala Alex kesal karena bukan itu jawaban yang dia harapkan sekarang. "Lo budeg ya? gue bilangkan jawab nggak bukan mau."

Alex meringis memegang kepalanya, "Sama pacar gak boleh jahat-jahat," ucapnya sambil mengerlingkan mata. Sedangkan teman-teman Alex masih heran memikirkan suasana apa yang dibuat ketiga perempuan di depan mereka sekarang.

Gino beranjak dari kursi dia paham sekarang apa yang dilakukan Vean, Rossi, dan Brina.

Gino menoleh sebentar kearah Rossi yang masih menunduk tak berani menatapnya "ikut gue."

Rasanya sesak ketika Rossi mendengar Gino bicara dengannya untuk yang pertama kali tapi bukan nada itu yang dia harapkan sekarang. Nada penuh penekanan yang menunjukan dia sedang emosi.

"Sebenernya ini kenapa sih?" Dave menggembrak mejanya kesal. "Kalau ini cuma permainan, gak lucu!" tunjuk Dave tepat di depan wajah Vean yang ketakutan. Saat Dave ingin ingin beralih pergi tangannya di hadang oleh seseorang.

"Minta maaf!" Kano berdiri mencegah Dave yang ingin pergi meninggalkan kantin lalu menatap Vean yang tertunduk.

"Kalau gue minta maaf sama dia, apa bisa Amel balik?" Dave menghempaskan tangan Kano kasar.

***
Rossi diam menunggu Gino membuka percakapan. Takut itulah perasaan rossi saat ini, dia takut kalau langkah yang diambilnya salah, dia takut kalau Gino akan meninggalkannya, dia takut kalau memang hubungannya dengan Gino tidak pernah bisa lebih dari orang asing yang tidak pernah bertegur sapa.

"Maksudnya yang kemarin apa?" tanya Gino to the point.

"Ituuu...."

"Kalau itu cuma bagian dari permainan lo sama temen-temen lo itu, gak lucu Ros."

"Bukan gitu maksudnya."

"Terus apa? Lo tiba-tiba ngeline gue kayak gitu terus tadi Brina nembak Alex, Vean ngajak Kano, lo pikir gue bodoh apa?"

"Emang itu cuma dare tapi itu juga kenyataan."

Gino tertawa mendengar jawaban Rossi, "Lo pikir gue bakalan percaya, basi tau gak Ros." ucapnya Gino meninggalkan Rossi yang masih diam tak bersuara.

Rossi diam terpaku mendengar perkataan Gino, rasa sesak, sakit, gemetar, semuanya seperti merasuk dalam tubuhnya. Ia berpikir kenapa tuhan tidak adil padanya setelah sekian lama gino berbicara padanya tapi disaat itu juga tuhan menegaskan bahwa memang dia tidak bisa menjadi bagian kecil dalam kehidupan Gino. Air matanya mulai menetes memikirkan bagaimana dia selalu bersembunyi hanya demi melihat senyum dari bibir Gino.

***
Mampir juga ke SEGREDO.

DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang