06 hujan

19.1K 1K 32
                                    

Jangan pertanyakan semua sikapku selama ini kau hanya perlu merasakan seberapa berharga jika aku pergi nanti.

Vean termenung memikirkan semua hal yang terjadi padanya. Apa dia terlalu tolol karena cinta? Cinta hal paling indah sekaligus berbahaya di dunia, membuat semua orang keluar dari zonanya hanya untuk memperjuangkan sesuatu yang tak pasti dan akan pergi nanti.

Lamunan Vean buyar saat ia mendengar ponselnya berdering tanda ada pesan masuk.

Dave: keluar!

Ya, inilah cinta yang akan membuatmu tersenyum seperti malaikat dan menangis seperti tersiksa di api neraka.

Vean bercermin lagi untuk memastikan tidak ada yang kurang. Dres bermotif bunga selutut, rambutnya dia biarkan terurai serta kalung hati yang menambah kesan elegannya. Meskipun dia masih tidak ingat dengan kalung hati di lehernya sekarang tapi dia dapat merasakan kalau benda itu adalah hal yang penting dalam hidupnya.

"Aku pergi dulu ya." pamitnya pada foto seseorang yang penting baginya meski semua kenangannya sudah terlupakan.

"Lo gak bisa cepatan dikit apa?" Tanya lelaki di depannya dengan kesal.

Perempuan itu hanya tersenyum menanggapi cibiran lelaki di depannya.

"Kamu pesen apa?"

"Terserah."

Waiter itu mencatat semua pesanan yang di sebutkan vean dengan cepat lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kalau sama aku jangan main hp." perempuan itu merebut hp lelaki itu dan meletakannya di meja

"Lo gak punya hak."

"Inget perjanjian." ucap wanita itu singkat lalu kembali tersenyum.

Dave menatap malas wanita di depannya. Ini baru hari kedua dan dia sudah sangat menderita karena semua kendali dipegang oleh wanita itu.

Suara gemericik air hujan terdengar merdu di telinga Vean. Dia suka hujan meski tidak tau alasannya kenapa.

"Hujan itu baik ya, padahal dia selalu jatuh, dimaki orang-orang, tapi dia terus datang lagi"

Lelaki itu hanya menatap gadis yang berjongkok menikmati setiap air yang menyentuh telapak tangannya.

"Hujan itu bencana buat gue." lelaki itu menjawab datar.

Perempuan itu berbalik melihat setiap inci dari lelaki di depannya. Dia merasa banyak sekali masalah dalam hidup lelaki itu. Namun dia enggan bertanya takut lelaki itu akan memarahinya lagi.

"Lo gak tau seberapa banyak yang udah di rampas hujan dari hidup gue," lanjut dave menatap vean yang ternyata sudah duduk di sampingnya.

"Aku tau terkadang buat cerita masalah kita ke orang lain itu gak bisa nyelesaikan semuanya tapi dengan cerita kamu bisa meringankan beban di sini." Vean menunjuk hatinya dengan tersenyum.

Dave merasakan getaran aneh dalam tubuhnya. Getaran yang tidak pernah dia inginkan untuk perempuan lain selain Amel.

"Kenapa lo suka gue? Gue itu gak kayak yang lo bayangin."

Vean dapat merasakan ada duka yang sangat mendalam dalam diri Dave saat ini.

"Kamu itu kayak gelap dave dan aku ingin jadi pelita yang menuntun kamu keluar."

Dave kembali memusatkan pandangannya ke arah jalan. Dia tidak mau vean tau lebih jauh tentang dirinya. Dirinya yang dulu sudah mati baginya karena kejadian itu tapi dia juga tidak memungkiri masalalunya masih terus mengikuti.

Vean hanya menuruti semua perkataan Dave. Dia tau dave tidak pernah mengijinkan siapapun masuk dalam dunianya.

"Gue cabut,"

"makasih,"

"Hm." ucap Dave singkat

Vean menatap motor dave yang mulai menjauh dari pandangannya. Kejadian di halte bus membuatnya ingin mengenal dave lebih jauh lagi. Dia ingin namanya tercatat dalam dunia Dave meskipun hanya sebagai pengganggu.

Suara bising kendaraan dan beberapa orang yang mengucapkan sumpah serapah dapat di dengar Dave dengan jelas.

Vean gadis itu telah berhasil masuk dalam kehidupan dave secara tidak sengaja dan dia tidak yakin kalau vean bisa keluar dari hidupnya dengan mudah.

***
Baca juga SEGREDO.

DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang