Lalu apa yang harus aku lakukan? Jika kau sama sekali tak mengingat tentang kita.
Parkiran tempat yang akan ramai ketika bel pulang dibunyikan. Bunyi klakson memenuhi telinga Vean yang sedang menunggu Kano di depan mobilnya. Sudah hampir 15 menit dia berdiri disitu tapi batang hidung Kano dan teman-temannya belum juga kelihatan.
Kano kaget melihat Vean menunggunya. Dia pikir Vean hanya bercanda ketika mengajaknya pulang bersama tadi ternyata tidak.
"Masuk." perintah Kano datar.
"Kok lama?"
"Ada urusan tadi sama anak OSIS."
Vean mengangguk mendengar alasan Kano. Dia memasang sabuk pengamannya lalu beralih ke radio untuk mendengarkan siaran kesukaannya.
Kano membiarkan Vean menyetel radio karena dia tahu jam segini adalah siaran kesukaannya.
"Lo masih nyimpen kalung waktu itu?"
"Masih."
"Katanya bukan barang lo kok masih disimpen." tanya Kano yang masih fokus ke memegang kemudinya.
"Iyasih, tapi gue ngerasa itu barang penting."
Citttttttt
Kano mengerem mobilnya asal mendengar jawaban Vean. Dia merasa mulai ada setitik harapan untuknya.
"Eh lo dapat SIM di warteg ya?"
"Sorry sorry gue kaget denger jawaban lo."
"Aneh." cibir Vean kembali fokus mendengarkan siaran radio. Dia tidak menyadari kalau Kano masih menatapnya lekat.
"Mau jalan gak?" ucap Vean membuyarkan lamunan Kano.
Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan untuk Kano contohnya bagaimana Kano bisa tau rumahnya waktu itu, Padahal dia belum menyebutkan alamatnya pada Kano. Dan kenapa dia selalu merasa nyaman di dekat Kano yang baru dikenalnya.
"Mampir yuk." ajak Vean sebelum turun dari mobil Kano
"Boleh."
Kano memasuki rumah Vean dengan ragu. Terlalu banyak kenangan di rumah ini dia takut kalau saat Vean mengingatnya semuanya sudah terlambat dan berbeda. Karena dunia memang tidak pernah sama bukan?
"Kamu pulang sama siapa Ve?" Tina menjatuhkan gelas dari tangannya karena melihat Kano ada di depannya sekarang. "Kano?"
Vean bingung kenapa mamanya kaget sekali saat melihat Kano di depannya.
"Apa kabar Tan?" Kano mencoba tersenyum.
"Baik, kamu sendiri?"
"Tunggu kok mama kenal sama Kano?" tanya Vean heran.
Kano dan Tina bingung harus menjawab apa sekarang. Waktu belum berpihak pada mereka.
Krringg krringg
"Sayang kayaknya papa kamu telepon Mama angkat dulu ya."
memang waktu tak berpihak pada Kano dan Tina tapi tuhan masih memberinya kesempatan.
"Lo gak mau ngasih gue minum?"
"Eh iya lupa, duduk deh." Vean meninggalkan Kano di ruang tamu.
"Kasih tau gue ve apa yang harus gue lakuin sekarang? Apa gue harus ngikhlasin lo?" ucap Kano sambil memegang foto yang menampakkan dua orang anak kecil sedang berpelukan di atas kasur.
"Dia kakak gue cantikkan?" Vean menghampiri Kano dengan nampan di tangannya, "Tapi sayang gue gak inget tentang dia sama sekali," tambahnya ikut duduk disamping Kano.
Hati Kano terasa teriris melihat air mata vean mulai keluar. Mata yang dulu selalu menampakkan kebahagiaan, mata yang dulu menjadi alasannya untuknya hidup, mata yang dulu menjadi sumber senyumnya. Tapi kini mata itu hanya berisi duka.
"Heh kok lo nangis gue gak mau ya dikira ngapa-ngapain lo," Kano mencoba sekuat tenaga menahan hatinya. Ingin rasanya dia mendekap perempuan di depannya sekarang, menghapus semua duka yang dia rasakan, tapi belum saatnya. Sekarang dia hanya bisa berjanji saat hari itu tiba dia tidak akan melepaskan gadis di depannya itu.
"Sorry gue baper," Vean menghapus air matanya yang selalu menetes tiap kali mengingat kakaknya yang sudah berada di dunia lain. Hatinya selalu bertanya apa yang terjadi dengan Kakaknya lalu kenapa dia tidak bisa mengingat semua kenangannya dulu.
Masalalu itu menyakitkan saat kamu berusaha mengingatnya tapi hanya air mata yang kamu dapat. Lalu saat kamu mencoba melupakannya dia datang dengan beribu belati yang siap menancap pada setiap inci tubuhmu.
Mereka bilang semakin kamu menginginkan sesuatu maka apa yang kamu inginkan semakin jauh di depan mata.
***
Hy pembacacuh baca juga ya SEGREDO.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaVean (Completed)
Fiksi RemajaVeana Josephine gadis periang yang mencintai Dave Alredyo dan selalu menyatakan cintanya secara terang-terang. Tapi ketika waktu memberinya kesempatan dia malah menjahui Dave. Rahasia (Sesuatu yang disembunyikan demi kebaikan atau keburukan)