22 pengakuan kano

14.4K 828 24
                                    

Lo tau gue bakalan selalu ada dibelakang lo

Mata Vean membulat sempurna saat melihat Kano sudah ada di ruang tamunya, untuk apa Kano ke rumahnya? Sebenarnya tidak masalah bagi Vean hanya saja dia takut kalau Kano bilang ke Mamanya hari ini dia tidak sekolah.

Dengan langkah ragu Vean berjalan ke arah Kano dan Mamanya, tangannya mencengkram roknya erat, dia takut kalau Kano sudah bilang semuanya pada Mamanya,

cengkraman tangannya semakin erat saat Kano menoleh ke arahnya dengan senyum penuh arti.

"Sayang kok pulangnya telat? Kano udah nunggu dari tadi." Tina tersenyum beranjak dari sofa, "Yaudah Tante tinggal dulu ya?" pamit Tina.

"Iya Tan."

Senyum itu, ah Vean membencinya.

"Ngapain kesini?"

"Tadinya gue mau jenguk, gue kira lo sakit tapi nyokap lo bilang lo sekolah, lo bolos?"

Pertanyaan itu.

Vean menggigit bibirnya lalu tersenyum menampak semua gigi putihnya

"Tadinya sih gak niat bolos."

"Terus kenapa bolos?"

"Dave bilang tadi waktunya Pak Jaya."

"Dave ngajak lo kemana?"

Kano menahan amarahnya.

"Ke danau."

Aneh, seharusnya dia senang melihat Kano yang sekarang, Kano yang berbeda dari sebelumnya

"Lo seneng?"

Jawaban apa yang harus Vean berikan sekarang, Kano menatapnya sayu.

"Kenapa lo nanya-nya gitu?"

"Jangan balik nanya." titah Kano.

"Ok, dia temen gue sama kayak lo ya gue seneng."

Benar, dia dan Dave tidak memiliki status selain teman.

"Gue suka sama lo,"

Apa-apaan ini? Permainan apa lagi yang dimainkan tuhan untuk hatinya.

"Gue tau lo gak akan percaya, tapi gue beneran sayang sama lo." tambah Kano.

Sebentar apa Vean pernah memberikan harapan pada Kano?

"Kalau lo lagi bercanda ini gak lucu," Vean berdecak kesal dia masih tidak paham dengan semua kecanggungan ini.

Kano tersenyum menghampiri Vean untuk memisahkan jarak diantara mereka.

"Ve gue gak bercanda," ucap Kano serius, "Lo gak harus jawab Ve karena ini belum waktunya dan maafin gue."

Maaf? Kenapa Kano selalu membuatnya bingung dengan bicara penuh teka-teki.

"Bentar deh lo ngomong apa sih No? Gue gak paham."

Benar kata orang ketika kita berpikir semua akan baik-baik saja pasti ada saja masalah yang datang.

"Udah, gak usah dibahas lagi."

Tidak usah dibahas katanya? Tidak mungkin Vean sudah sangat penasaran.

"Gak, gue mau bahas, sejak kapan lo suka gue?"

Deg, pertanyaan itu membuat Kano bisu, tidak mungkin Kano menjawab jujur karena itu akan berefek pada kesehatan Vean.

"Sejak kapan gak penting, sekarang gue yang nanya sama lo,"

sedari tadi Kano juga sudah banyak bertanya.

"Lo sayang sama Dave?"

Vean hanya mengangguk sebagai tanda jawabannya.

"Lo tau Dave gak suka sama lo?"

Untuk apa Kano bertanya lagi tentang itu, dia selalu tau kalau Vean memberi coklat ataupun kue pada Dave.

"Gue tau sejak awal dia emang susah diraih tapi gue tetep bertahan."

Sakit, Kano merasakannya,

bertahan pada sesuatu hal yang sudah jauh di depan mata.

"Dia cinta sama Amel,"

Vean terdiam menatap Kano, dia tau itu tapi dia selalu mengelaknya.

"Gue tau." kata Vean getir.

"Amel cinta sama gue,"

Ini yang tidak Vean tau, dia hanya menunggu Kano melanjutkan perkataannya.

"Gue sama Dave temenan dari kecil kita selalu suka hal yang sama cuma satu yang beda, gue gak suka sama Amel."

Sekarang Vean tau kenapa dave sangat membenci Kano.

"Kenapa lo gak suka sama Amel?" Tanya Vean ragu.

"Gue udah punya seseorang di hati gue, tapi Dave gak terima itu dia mau Amel bahagia."

"Tapi lo suka sama gue?"

Apa Vean salah bertanya? Penyakit blak-blakannya harus dihilangkan.

"Gue gak mau kalau lo cuma jadi pelariannya Dave"

kano mengalihkan pembicaraan semua pertanyaan Vean menjebak, dia tidak mau salah jawab.

Vean juga tidak mau jadi pelariannya Amel

"Lo cuma perlu lihat kebelakang Ve, disana ada gue."

Bagaimana bisa Vean menoleh kebelakang saat ada tembok yang menghalanginya.

Permainan hati memang susah ditebak.

Vean tersenyum mengangguk dia tidak mau jika menyakiti Kano dengan bilang tidak, tapi dia juga tidak mau Kano terlalu berharap padanya karena Vean sudah merasakan semua sakit itu.

"Gue bakal pulang ke lo, tapi gue gak bisa janji untuk tinggal."

Tuhan bilang manusia selalu memiliki pasangan dalam hidupnya,

jadi dia percaya Kano juga akan memiliki seseorang yang lebih baik daripada dirinya.

Tuhan itu adil tapi pemikiran manusia yang terlalu dangkal sehingga banyak presepsi yang membuat mereka melenceng mencari jalannya sendiri.


DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang