40 rumah Kano

12K 579 16
                                    

Budayakan vote dan komen, jgn jadi siders saja 😊. Silakan kalian nikmati kisah DaVean yang menjulang bak menara tanpa penyanggah. Salam

Baca juga ya SEGREDO.

Perjuanganku belum berhenti saat melihatmu juga berjuang untuk orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjuanganku belum berhenti saat melihatmu juga berjuang untuk orang lain.

Vean duduk lemas di kasur. Matanya masih tertutup mengumpulkan nyawanya. Ini semua gara-gara Rossi dan Brina yang mengajaknya chatan sampai sepertiga malam. Vean beranjak tanpa melihat jam di dinding yang jelas dia sudah siang, dia berniat turun ke dapur mengambil air putih.

Dengan malas Vean menuruni tangga rumahnya. Matanya masih sipit karena kurang tidur.

"Sayang?" teriak Tina yang melihat anaknya baru turun dengan keadaan acak-acakan.

"Ma, Papa mana? Udah berangkat ya?" Vean terus berjalan ke dapur mengabaikan hal lain di ruang tamu,

"Ehhmmm Papa kamu baru aja berangkat," Tina memelankan suaranya, "Mendingan kamu masuk terus mandi."

"Kenapa sih Ma? Lagian ini juga hari minggu."

"Gak baik anak cewek baru bangun jam segini apa lagi ada cowok yang nungguin."

Vean terbatuk-batuk, dia mengedarkan pandangannya ke arah sofa ruang tamu. Sudah ada Kano disana. Bukan malu lagi yang Vean dapatkan sekarang. Dengan cepat Vean lari menaiki tangga.

Suara tawa terdengar riuh tapi masa bodoh Vean sudah terlanjur malu hanya untuk menyapa Kano.

"Maaf ya kamu tau sendiri kan Vean gimana." ucap Tina sungkan.

"Gapapa kok Tan bukan pertama kalinya."

Kano menahan tawanya melihat wajah Vean yang tanpa dosa saat menuruni tangga tadi, apa gadis itu tidak melihatnya yang duduk di sofa. Dasar pemalas, bagaimana bisa dia baru bangun.

Setengah jam Kano menunggu Vean mandi. Mungkin Vean sudah selesai hanya saja dia masih malu. Kano mulai bosan karena Mama Vean sendiri sudah pergi untuk acara kumpul-kumpul dengan teman-temannya.

"Abaikan kejadian tadi." Ucap Vean menunjuk-nunjuk wajah Kano dan ikut duduk di sofa.

Vean terlihat sederhana dengan dres hitam di atas lutut. Rambutnya dikuncir satu menambah kesan tomboy. Kano suka semua hal yang berhubungan dengan Vean dari dulu ataupun sekarang.

"Kemana?"

Kano tidak menjawab, dia membukan pintu mobil untuk Vean. Vean menurut mengikuti perintah Kano.

"Ngambil oleh-oleh." jawab Kano saat sabuk pengamannya sudah terpasang.

"Kenapa gak sekalian dibawa aja tadi."

"Nanti gue gak punya alasan buat ngajak lo ke rumah gue dong." Kano tersenyum menggoda.

Pipi Vean merona hanya untuk hal sepele seperti sekarang.

DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang