32 Bus

13.9K 772 21
                                    

Budayakan vote dan komen ya silakan nikmati kisah DaVean 😊

Jika aku bisa, aku ingin menjadi laut yang bisa menenggelamkanmu ke dasar yang paling dalam agar kau hanya menjadi milikku.

Dave mengerjapkan matanya mencoba menjernihkan kepalanya yang masih sakit efek terlalu banyak minum, seingat Gino mengantar pulang dengan taxi setelah itu dia tidak ingat lagi.

Suara ketukan pintu terdengar nyaring padahal masih pagi tapi bi ijah sudah mengganggu.

"Den aden bibi masuk ya?" Bi Ijah langsung menyelonong masuk ke kamar Dave.

"Astagfirulloh bi buat aku kaget aja." Dave mengelus dadanya meredakan jantungnya yang berpacu kencang.

Bagaimana tidak dia baru saja keluar kamar mandi tapi matanya langsung disuguhkan bi Ijah yang berdiri menatapnya datar hampir mirip hantu nenek-nenek yang ada di film horor.

Dave berjalan santai ke lemarinya meskipun hanya memakai boxer dan kaos putih tipis, tidak ada rasa sungkan lagi diantara dirinya dan Bi Ijah karena Bi Ijah sudah seperti Ibu kandungnya sendiri. Disaat mamanya lebih mementingkan model-model cantiknya Bi Ijah lah yang memandikan, memasak, menemaninya tidur, dia adalah sosok ibu yang sempurna bagi Dave.

"Aden tadi malam minum berapa gelas?" tanya Bi Ijah menyodorkan susu di tangannya.

"Sekitar 7 gelas Bi." Bi Ijah tau semuanya tentang Dave tak heran Bi Ijah selalu bertanya langsung jika melihat Dave minum.

"Masyaallah den, Aden mau buat bibi jantungan ya tiap malam nungguin aden pulang."

Dave dapat melihat kekhawatiran dari wajah wanita paruh baya itu. Andai saja Bi Ijah adalah orang tua kandungnya mungkin hidupnya tidak akan berantakan. Dave meraih bahu Bi Ijah dan mendudukannya di kasur king sizenya.

"Bibi tenang aja Dave gapapa kok lagian Dave juga pulang bareng temen kan tadi malam."

Senyuman itu, ada apa dengan senyum Bi Ijah yang terlihat seperti mengejeknya.

"Iya bibi tau tapi tetep aja bibi khawatir den apalagi nyonya sama bapak lagi gak ada di rumah."

Kedua orang tua Dave memang tidak ada di rumah karena harus berkunjung ke rumah paman dan bibinya yang baru saja melaksanakan pernikahan kakak sepupunya.

"Bibi gak usah khawatirin aku, mendingan bi Ijah buatin aku nasi goreng aja."

Setelah bi Ijah keluar dari kamarnya, Dave langsung memakai seragamnya karena jam sudah menjukkan pukul tujuh kurang. Moodnya sedang baik hari ini jadi dia tidak mau mendapatkan ceramahan dari Pak Jaya.

Dave mengambil jaket yang dikenakannya tadi malam tapi saat Dave ingin memakainya sebuah plester jatuh. Plester itu sama persis dengan plester yang didapatkannya dari Vean hanya warnanya yang berbeda kalau yang waktu itu berwarna merah muda sedangkan yang sekarang berwarna biru.

Pikiran Dave mendorongnya mengecek saku jaket miliknya mungkin saja ada sesuatu yang bisa menjelaskan semuanya. Dan benar ada notes disana.

Dave membaca setiap kalimat dalam notes itu, singkat tapi memiliki arti yang dalam.

Mungkin plester ini tidak bisa menyembuhkan luka hatimu tapi  dia bisa mengobati luka fisik di kakimu.

Maaf

Dave semakin bingung sudah jelas ini tulisan tangan Vean karena Dave juga masih menyimpan surat waktu itu jadi dia hapal betul tulisan ini. Hanya ada satu pertanyaan dalam otaknya kapan Vean memberikan notes ini?

DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang