Tanpa kamu ketahui kamu sudah masuk dalam hidupku.
Dave membanting tasnya kesal dia tidak tau kenapa Vean bisa membuatnya seperti sekarang. Padahal seharusnya Dave senang Vean lebih memilih Kano karena dengan begitu tidak ada pengganggu dihidupnya.
Tapi hati dan otak memang selalu tidak sejalan.
Dave meraih ponselnya malas tidak ada notif sama sekali biasanya gadis itu akan mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang sudah jelas jawabannya.
Tok tok
"Aden dipanggil Nyonya sama Tuan." Dave menoleh malas ke Bi Ijah, pembantu yang sudah seperti orang tua baginya karena kedua orang tuanya selalu sibuk dengan bisnis mereka masing-masing.
Ibunya adalah seorang desainer terkenal sedangkan ayahnya adalah CEO perusahaan properti. Tapi apa gunanya semua itu jika dia tidak bahagia. Memang benar kata orang kebahagiaan tidak dipandang dari materi tapi dari kasih sayang. Sayangnya orang yang selalu memberi kebahagian untuknya sudah pergi darinya padahal belum sempat dia menyatakan perasaannya pada gadis itu.
Hening hanya itu suasana yang ada di rumahnya selama ini.
"Apa lagi ini Dave?" Papanya melemparkan kertas ke meja.
"Papa bisa baca kan itu surat panggilan, kenapa masih nanya?"
"Dave yang sopan sama orang tua." Mama Dave berteriak melihat anaknya tidak memiliki sopan santun pada mereka.
"Orang yang seharusnya ngajarin Dave sopan santun udah mati buat Dave."
"Dave jaga omongan kamu," ucap lelaki itu ingin menampar pipi Dave.
"Kenapa berhenti Pa, pukul Dave pukul sampek mati juga gapapa" ucap Dave meraih tangan Papanya yang masih di udara.
"Sayang maafin Mama sama Papa tapi ini semua juga demi kebaikan kamu."
"Kebaikan apa Ma? Apa Mama pikir Dave cuma butuh uang? Gak Ma Dave juga butuh kalian." ucap Dave pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berada di ruang keluarga.
Dave tidak tau harus kemana, sudah berjam-jam dia duduk di taman hanya demi mendapatkan ketenangan. Pikirannya bergelut mengingat Amel gadis yang sukses membuat senyumnya hilang.
"Dave?" Dave menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya.
"Kamu ngapain disini?" tanya gadis itu ikut duduk.
"Lo sendiri ngapain disini?"
"Lagi nyoba nginget masa lalu." Dave mengernyitkan alisnya dia tidak paham apa yang dimaksud Vean.
"Maksud lo?"
"Iya nginget masa lalu, kata Mama waktu kecil aku sering main disini tapi aku gak inget sama sekali."
"Lo amnesia?" Dave tertawa mendengar perkataan Vean "kenapa ?"
"Aku seneng liat kamu ketawa lebih ganteng."
"Basi tau gak, jadi kenapa lo bisa sampek amnesia? Gue kira penyakit gituan cuma ada di ftv indosiar doang."
"Katanya Mama sih aku jatuh dari tangga terus ya gitu deh," Vean menjawab acuh mengedikkan bahunya, "Terus kamu sendiri ngapain disini ?" Tanya Vean kembali menoleh ke Dave.
"Lagi banyak pikiran."
"Kalau punya masalah cerita aja aku gak ember kok." Vean tersenyum menaruh jari telunjuk di depan mulutnya sebagai tanda dia akan merahasiakan masalah Dave.
"Gue bertengkar sama nyokap bokap,"
Vean mengangguk mengerti, "Aku gak tau ya masalah kamu apa tapi menurut aku apa yang dilakuin sama orang tua kamu itu pasti demi kebaikan kamu juga, dan kalau kamu punya masalah itu jangan lari tapi diomongin baik-baik."
"Gue laper denger ceramah lo." ucap Dave menarik tangan Vean asal.
"Kita makan disini?" tanya Vean ragu melihat Dave yang sudah duduk dan memesan dua mie ayam dan es jeruk.
"Kenapa lo gak biasa makan di tempat kayak gini?"
"Bukan aku kayak kamu deh."
"Kok gue?"
"Kata Brina sama Rossi kamu anak orang kaya jadi aku mikirnya ka___"
"Suka makan di kafe atau restoran? Gak juga kali gue mah orangnya bebas," Vean tersenyum mendengar jawaban Dave.
"Oh iya nanti lo yang bayar ya." ucap Dave melahap mie ayam di depannya.
"Kok aku? Kamu kan cowok."
"Yaelah besok gue ganti, gue gak bawa dompet."
Vean hanya mengerucutkan bibirnya. Untung saja dia membawa dompet kalau tidak mungkin mereka sudah di suruh cuci piring sekarang.
Kamu tidak tau seberapa bahagia aku ketika kita berbagi meja makan bersama.
***
Baca juga SEGREDO.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaVean (Completed)
Teen FictionVeana Josephine gadis periang yang mencintai Dave Alredyo dan selalu menyatakan cintanya secara terang-terang. Tapi ketika waktu memberinya kesempatan dia malah menjahui Dave. Rahasia (Sesuatu yang disembunyikan demi kebaikan atau keburukan)