Hai guys budayakan vote dan komen ya 😉 silakan membaca segelintir kisah Dave dan Vean.
Takdir telah mempermainkan setiap luka dihati.
Senin adalah hari yang paling dibenci Vean karena dia akan dijemur di bawah terik matahari yang bisa membuat kulitnya hitam, sebenarnya bukan itu masalahnya, dari dulu Vean tidak pernah bisa bertahan di bawah terik matahari karena kulitnya akan langsung bentol-bentol kemerahan.
Tapi lain hari ini seperti dewi fortuna berpihak padanya karena tidak ada upacara ataupun pelajaran sekarang, sekolahan kedatangan tamu dari menteri pendidikan yang membuat semua guru sibuk.
Vean berjalan santai sepanjang koridor, dia bertekad menemui Dave hari ini untuk memberikan sesuatu dan mungkin itu akan menjadi barang terakhir yang dia berikan pada Dave.
Beberapa bisikan terdengar dari mulut siswa-siswi yang melihatnya.
"Eh dia yang kemarin nembak Dave kan?"
"Iya yang kemarin berlutut sambil nangis itu"
"Gila muka tembok banget ya, kalau gue sih udah minta pindah"
"Tapi katanya dia juga lagi deket sama Kano loh"
"Ah masa? Beruntung banget tuh anak"
Vean mencengkram roknya kuat ketika ada tiga orang siswi yang menghadangnya. Dia kenal betul ketiga orang itu, dia adalah Mona gadis yang menyukai Dave sama sepertinya hanya saja Mona lebih licik.
"Baru sebulan gue di skors dan lo udah berani ngedeketin Dave." Mona terus maju hingga Vean terpepet di tembok tapi saat dia ingin menyentuh pipi Vean kedua teman di belakangnya menarik roknya untuk melihat kedatangan seseorang.
Mona tertegun melihat Dave berjalan santai menatap dirinya tajam, Mona tau tatapan itu tatapan yang seakan-akan mengusirnya.
Vean hanya menunduk melirik Mona yang sudah berlalu pergi meninggalkannya, jantungnya berpacu dengan cepat ketika Dave melewatinya begitu saja.
Dengan ragu vean meraih lengan Dave menelan salivanya susah payah, dibutuh banyak keberanian untuk menatap Dave yang sudah berbalik menatapnya.
Tatapan dingin tak ada rasa sesal sama sekali di iris mata itu.
Apa dia begitu membenci Vean? Hingga matanya pun tak bisa berbohong.
Tangan Vean melepaskan lengan Dave. Merogoh sakunya memberikan sepucuk surat untuk Dave.
Dave benci perasaan ini. Kenapa Vean membuatnya semakin terjepit, seperti ada perasaan bersalah dalam dirinya. Kenapa Vean masih bertahan setelah semua yang dia lakukan? Dave tidak pernah memikirkan perkataan orang lain tapi tatapan mata Vean sudah membuatnya terhanyut merasakan sakit yang merasuk pada setiap inci tubuhnya.
Vean tersenyum meraih tangan Dave memberikan suratnya dan pergi begitu saja. Karena dia harus segera ke kantin menemui kedua sahabatnya.
Sebenarnya bukan itu saja alasannya, Vean tidak mau kembali berbuat hal konyol yang akan menjatuhkan harga dirinya lagi. Sudah cukup sampai disini saja. Semuanya tidak lagi abu-abu tapi sudah kelam hitam tak berwarna.
***
Angin menembus masuk menari-nari menyentuh kulit Dave yang sedang duduk di atap memegang surat beramplop biru.
Kata demi kata mungkin tak akan bisa mengibaratkan perasaannya sekarang, ada pilu setiap kali menatap kertas yang terlipat di tangannya sekarang.
Dave menghela napasnya membuka tekukan kertas itu, membaca setiap kata yang tertulis.
Teruntuk
Dave AlredyoRelung jiwaku tecekat
Napasku membelenggu
Setiap kali aku memandangmu
Berharap ada setitik cahaya
Yang menyentuh hatimu. Mungkin kamu masih ingat dengan setiap kata yang terucap, saatku ingin menjadi pelitamu menjaga setiap duka yang akan datang menghampiri.
Tapi aku sadar impian memang hanya mimpi yang bersarang dalam kalbu.
Aku ingin bisa memilih takdir meminta tuhan memberi rasa benci saja. Ah, sepertinya jangan karena benci dan cinta hanya dibatasi kulit ari bukan?
Seperti bulan dan matahari akan sulit untuk kita bersama karena mereka dijarak oleh siang dan malam.
Kamu tau cintaku tak pernah memudar selayaknya waktu cintaku berjalan mengambil setiap langkah agar bersejajar denganmu tapi percuma karena kamu tak berniat berhenti atau menoleh, kamu berlari mengejar dirinya yang sama tak pasti.Setiap kata telah kupikirkan dan hanya ada satu keputusan. Aku masih mencintaimu dengan setiap kepingan-kepingan hati yang tersebar.
Kamu memaksaku menjauh tapi sepertinya aku tak bisa.
aku juga tidak bisa membenci karena setiap kali kutatap iris mata hitammu, aku akan kembali jatuh tersungkur.
Mungkin ini sudah takdirku yang mencintai sendirian dan tak akan terbalaskan.
Kini hanya kata maaf yang bisa kulontarkan melalui surat ini kusampaikan setiap rindu,cinta,dan sayang yang akan kulepaskan detik ini juga.Jika kamu bersedia terimalah salam pertemananku sebagai tanda akhir perjuangan ini.
Veana Josephine
Mengapa Vean membuatnya susah. Ini pertama kalinya Dave menyesal telah mengambil keputusan.
Setiap kata yang tertulis dalam surat itu penuh dengan bercak tangisan. Hatinya rapuh teringat senyum yang dia dapatkan dari sudut bibir Vean. Mengapa Vean masih bisa tersenyum setelah semua yang dia lakukan selama ini. Setelah semua luka yang tergores padanya. Setelah semua kata yang menusuk perasaannya.
Kenapa tuhan mempermainkan hatinya sekarang?
Kenapa tuhan mendatangkan Vean disaat yang tidak tepat ?Takdir memang tidak bisa diketahui setelah sekian lama hatinya menanti Amel tiba-tiba Vean hadir secara paksa masuk kedalam kehidupannya.
Kebohongan tidak akan pernah bisa mengalahkan kebenaran, mungkin sementara kita bisa menipu dunia. Tapi cinta selalu punya waktunya untuk terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaVean (Completed)
Teen FictionVeana Josephine gadis periang yang mencintai Dave Alredyo dan selalu menyatakan cintanya secara terang-terang. Tapi ketika waktu memberinya kesempatan dia malah menjahui Dave. Rahasia (Sesuatu yang disembunyikan demi kebaikan atau keburukan)