27 sahabat

14.8K 742 16
                                    

Mulmed itu Rossi ya guys 😊
Budayakan vote dan komen ya😊 ini hanya segelintir kisah remaja tentang Dave si Cold Devil dan Vean yang lugu 👫.

Gue bakal bunuh mereka kalau nyakitin lo lagi- Brina.

Kring kring kring

Alarm terus saja berbunyi tapi ketiga gadis itu enggan membuka matanya. Ini hari minggu waktunya bersantai ria.

Tok tok tok

Suara alarm belum berhenti dan sekarang suara ketukan pintu. Ah menyebalkan.

"Sayang bangun, ini udah jam sembilan loh." teriak Tina dibalik pintu,

sudah lima kali dia datang untuk membangunkan ketiga gadis itu, akhirnya Tina membuka pintu kamar Vean, dia takut terjadi apa-apa karena tadi malam dia mendengar suara orang menangis.

Tina mematikan alarm dan membuka gorden agar cahaya matahari dapat masuk. Dia menggeleng tersenyum menatap ketiga gadis yang masih tidur pulas dengan selimut yang menutupi setengah badan mereka.

Suara geliatan Vean terdengar serak.

"Mama kira kamu mau jadi Aurora versi nyata."

Vean menatap Mamanya lalu tersenyum, dia bersyukur memiliki Mama seperti Tina atau Papa seperti Josep. Hidupnya masih kelewat beruntung dibandingkan Dave yang memiliki kedua orang tua tapi seperti tidak memilikinya.

Tunggu kenapa dia masih kepikiran dengan Dave, tidak Vean tidak, dia harus move on.

"Ma ini jam berapa?" tanya Vean yang masih terduduk lesuh di kasur.

"Jam sembilan." Vean terbelalak dia ingat kalau kemarin Rossi dan Brina bilang ada janji dengan Gino dan Alex. Dengan cepat Vean menggoncangkan kedua tubuh sahabatnya itu.

Apa mereka selalu bangun kesiangan seperti ini?

"Ih apaan sih Ve, gue masih ngantuk tau." ucap Brina.

Tina yang melihat itu tersenyum berlalu pergi meninggalkan ketiga anak gadisnya itu. Iya, Tina sudah menganggap Rossi dan Brina sebagai bagian dari keluarganya sehingga mereka berdua tidak pernah sungkan untuk sekedar berkunjung bahkan menginap.

"Yaudah gue telepon Gino sama Alex bilang janjinya dibatalin."

1 2 3
Mereka berdua masih belum sadar dengan penuturan Vean. Mereka masih terlelap membenarkan selimutnya.

"Anjir gue baru ngeh," Vean tertawa otak Rossi memang belum terkumpul penuh, "Gue gak bawa baju Ve, gue pinjem baju lo ya?" dengan tergesa-gesa Rossi memasuki kamar mandi sedangkan Brina masih tetap membaringkan tubuhnya di kasur menatap Vean lekat-lekat.

"Ve," Brina tersenyum saat Vean menoleh ke arahnya, "Lo gimana?"

"Gue udah gapapa kok santai aja."

Kali ini Brina merasakan senyum yang berbeda. Entah itu senyum melepaskan atau senyum luka, tidak ada yang tau.

Suara dentuman yang berasal dari garpu dan sendok menari di atas piring, suasananya benar-benar hening tidak ada yang mau mengawali pembicaraan termasuk Papa dan Mamanya.

Deheman dari Josep membuat keempat orang yang duduk di meja makan menoleh kearahnya, "Sekolah kamu gimana?"

Vean tersenyum Papanya memang orang yang sangat pengertian meskipun dia jarang ada di rumah karena pekerjaannya.

"Baik kok pa,"

"Om tenang aja kalau ada yang ganggu Vean biar Brina hajar."

Josep yang mendengar itu tersenyum, dia senang Vean memiliki dua orang sahabat yang baik seperti Rossi dan Brina. Setidaknya dia tidak perlu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi.

DaVean (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang