Brina&alex
Aku harus bagaimana? Berdiam menunggumu? Maaf waktuku terlalu berharga jika harus dibuang sia-sia.
Dave membuang tasnya asal, dia sangat kesal memikirkan bagaimana bisa Vean meninggalkannya padahal dia sudah mengeline dirinya kalau dia yang akan menjemputnya hari ini tapi Vean malah berangkat duluan.
"Kenapa sih?" tanya Gino yang melihat raut wajah Dave yang ditekuk.
"Masalah Vean."
"Kenapa Vean? Perasaan lo baru datang masa tuh anak udah ganggu aja?" tambah Alex.
"Dia ninggalin gue, padahal gue udah bilang kalau gue yang bakal antar jemput dia."
Gino dan Alex hanya bisa tertawa mendengar penjelasan Dave, seorang Dave yang selalu terganggu dengan kedatangan Vean selama setahun ini tiba-tiba kemakan omongannya sendiri. Terkadang cinta memang luar biasa, dia bisa mengubah segalanya yang ada di dunia ini termasuk hati.
"kenapa lo tiba-tiba deketin vean?" tanya Kano to the point.
Dave menyeringai mendengar pertanyaan Kano "Ya mau aja."
Kano beranjak dari kursinya menarik kerah seragam Dave, dia tidak tau apa yang akan Dave rencanakan tapi dia tidak mau kalau Vean sampai tersakiti, sudah cukup Vean tersakiti karena kesalahpahamannya dulu.
"Kalau lo sampek buat dia nangis lo bakalan tanggung akibatnya," tunjuk Kano dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih mencengkram kerah seragam Dave.
"Wesshhh sabar dulu, ini kenapa sih?" ucap Gino dan Alex mencoba melerai kedua sahabatnya.
Dave merapihkan bajunya lalu tersenyum, seperti dugaannya Kano memang menyukai Vean selama ini. Lalu kenapa dia berpura-pura cuek dengan kehadiran Vean selama setahun ini apa karena ada Dave, tapi untuk apa dia menjaga perasaan Dave karena setahunya Kano hanya bisa mematahkan hati seseorang saja.
"Lo berdua sama aja, gak Amel gak Vean, selera kalian selalu aja sama," cibir Alex santai.
"Jangan samain selera gue sama dia," ucap Dave menunjuk wajah Kano.
Atap adalah tempat paling istimewa bagi Dave karena disini dia bisa meluapkan semua amarahnya tanpa ada seorangpun yang tau, dari dulu sampai sekarang Dave masih membenci Kano, dia benci kenapa dulu Amel lebih memilih Kano yang sama sekali tidak baik untuknya.
"Kamu ngerokok?"
Dave gelagapan membuang rokoknya asal karena mendengar suara perempuan.
"Tenang aja aku gak akan bilang ke BK." lanjut wanita itu ikut duduk bersama Dave.
Entah kenapa Dave selalu merasa kalau senyum Vean adalah benteng yang sengaja di buatnya untuk menutupi segala kesedihannya. Dave memejamkan mata sebentar sebelum menajawab pertanyaan Vean.
"Lo bilang ke BK juga gak masalah buat gue."
"Kamu cari perhatian?"
Vean tersenyum dia tau semua yang dilakukan Dave selama ini hanyalah demi mendapatkan perhatian dari orang tuanya hanya saja caranya yang salah.
"Ngerokok, tawuran, bolos, kamu ngelakuin itu cuma biar orang tua kamu sadar kan sama kehadiran kamu?"
Dave memijat pangkal hidungnya untuk menghilangkan penat di kepalanya. Semua perkataan Vean memang benar tapi bukan hanya itu alasannya dia tidak peduli dengan orang tuanya karena baginya mereka memang sudah tidak ada. Tapi Dave selalu teringat kesalahan yang pernah dia buat dulu, kesalahan yang membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap orang lain karena takut jika mereka akan pergi dari hidupnya setelah mengetahui semua.
"Terserah kata lo gue gak peduli, yang mau gue tanyain kenapa lo gak nungguin gue?"
"Nungguin? Oh itu Rossi minta aku datang pagi, lagian kamu telat juga jemputnya."
"Gue cuma telat 7 menit aja."
"7 menit itu waktu yang berharga Dave, kamu gak taukan kapan kematian akan datang, jadi aku gak mau buang-buang waktu aku,"
Dave hanya menggeleng mendengar perkataan Vean.
"Lo tau gak, gak semua bisa selesai dengan kata-kata bijak lo itu."
"Dan gak semua bisa tau kalau kamu cuma diem,"
Vean kembali tersenyum, dia tidak tau bagaimana mana tuhan bisa membuat kehidupan manusia serumit ini. Mereka terus mengalami siklus yang sama tapi mereka juga selalu saja mengeluh dalam menghadapinya.
"Lo gak masuk kelas?"
"Nggak, guru-guru rapat."
Dave hanya mengangguk mengerti, berbicara dengan Vean tidak bisa meringankan beban yang dia tanggung selama ini mungkin benar kata orang kita tidak akan pernah bisa lari dari masalah atau kenyataan, karena mereka seperti bayangan yang akan selalu berdiri di depan atau di belakang kita.
"Lo masih suka sama gue?"
"Masih, kenapa?"
"Lo denger baik-baik gue gak punya jalan keluar jadi kalau lo udah masuk gue gak akan biarin lo lepas gitu aja," ucap Dave datar, "Tapi lo bisa mundur sekarang sebelum itu terjadi."
"Aku gak akan mundur Dave, kalau kamu ngambil satu langkah maju aku akan ambil dua langkah buat bisa beriringan sama kamu."
"Terserah, pokoknya gue udah peringatin." ucap Dave kembali melihat ke arah lapangan.
***
Hai baca juga ya SEGREDO
KAMU SEDANG MEMBACA
DaVean (Completed)
Teen FictionVeana Josephine gadis periang yang mencintai Dave Alredyo dan selalu menyatakan cintanya secara terang-terang. Tapi ketika waktu memberinya kesempatan dia malah menjahui Dave. Rahasia (Sesuatu yang disembunyikan demi kebaikan atau keburukan)