11. It's Hurts.

1.8K 97 90
                                    

Happy reading😘

What?! Apa kata Kak Galang tadi? Gu-gue nggak lagi mimpi kan? Itu beneran es batu?  Beneran Abang ice cube yang bilang? Huah… elo harus pastiin kalau ini bukan cuma ilusi lo doang, Kim! Ayo, tabok pipi lo Kim! Sekarang! Segera!

Plakk!

"ADAW!" See? Sakit coy! Ternyata gue nggak mimpi.

"Lo ngapain nabok pipi sendiri? Bego lu ye? Terlalu seneng gue bilangin kayak tadi?" tanya Galang bertubi-tubi, sembari mengelus pipi Kimmy yang sedikit memerah.

Baper tapi kesel euy! Why? Gue harus suka sama cowok yang narsisnya tingkat internasional begini. Kimmy masih bermonolog, matanya menatap lurus ke bola mata Galang. Sedangkan di mata Galang, gadis itu terlihat sangat bodoh sekarang.

"Woy! Sadar Kismis!" Galang menepuk-nepuk pelan pipi Kimmy, agar perempuan itu segera tersadar.

"Eh, i-iya apa Kak?" akhirnya gadis itu sadar, setelah mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Nggak."

"Oh," Kimmy tersenyum salah tingkah, gadis itu menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang sudah seperti kepiting rebus.

"Pulang sama gue!" ucap Galang, yang lebih terdengar seperti perintah itu.

"Ta--tapi Kak, gimana sama Kee--"

"Biar gue yang bilang," potong Galang cepat. "Udah ya, gue mau main lagi. Bye," Galang beranjak dari tempat duduknya, ia mengacak-acak rambut Kimmy gemas, sebelum akhirnya berjalan menuju lapangan.

Kimmy hanya bisa terpaku, menatap kepergian Galang. Tetapi, senyuman manis terbit di bibirnya yang mungil.

"Kim, ngapain senyum-senyum?" tanya sebuah suara, setelah menepuk pundak gadis itu pelan.

Kimmy segera tersadar dari lamunannya, ia menengok ke samping, telah ada Keenath dengan memasang wajah heran.

Kimmy menggeleng singkat, sebelum akhirnya berucap. "Nggak papa, Nath."

•••

Pukul 20.30, akhirnya permainan mereka selesai. Masing-masing dari mereka berjalan menuju ruang ganti, Kimmy sendiri menunggu dengan sabar. Ia harus meminta maaf pada Keenath jika Galang benar-benar mengajaknya, ralat--memaksanya pulang bersama.

"Ayo Kim, kita pulang!" ajak Keenath, yang tahu-tahu sudah ada di hadapannya. Keenath ini seperti hantu di film-film, suka muncul tiba-tiba. Untung saja Kimmy tidak punya penyakit jantung.

"Setan atau manusia sih, Nath? Muncul tiba-tiba mulu! Spot jantung mulu gue," dumel Kimmy, yang dibalas tawa renyah oleh Keenath.

"Udah, yuk pulang!" Keenath mengulurkan tangan, bermaksud membantu Kimmy berdiri.

Kimmy menyambut uluran tangan itu dengan ragu, matanya melirik ke pintu ruang ganti yang terbuka. Di sana, Galang berjalan hendak menghampiri mereka berdua.

"Pulang, Kim!" seru Galang singkat di belakang tubuh Keenath, tubuh Kimmy sudah panas dingin ketika Keenath menatapnya meminta penjelasan.

"Nath, gu-gue… gue… a-anu Nath, hm…," Kimmy gelagapan, lidahnya kelu seketika, apalagi ketika matanya bertubrukan dengan mata Keenath, terlihat jelas sorot kekecewaan yang Keenath rasakan.

"Apa Kim? Lo mau pulang sama dia? Lo--lo mau jalan sama dia? Oh, ya udah, gue nggak papa." Keenath mengulas senyum pahit, ia segera membereskan peralatan yang ia bawa ke dalam tas ranselnya, setelah menyampirkan tas itu ke pundak, ia menghampiri Kimmy. "Jangan pulang larut malam, Kim. Entar Kakak lo khawatir. Lo pake aja jaket gue kalau udara di luar masih dingin."

The Coldest GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang