Happy reading.
"Kamu dari mana aja, dek?" tanya Rio, yang sudah berkacak pinggang. Kimmy yang hendak naik ke lantai dua dengan terpaksa menghentikan langkahnya.
Please, ini masih pagi dan Kimmy sedang malas untuk berdebat dengan Durio.
"Rumah sakit," jawabnya singkat tanpa berbalik, ia hendak meneruskan langkahnya yang tertunda.
Durio melangkah mendekati Kimmy, "Siapa yang sakit? Nggak bisa apa telepon kakak dulu biar kakak nggak khawatir? Kenapa ditelepon nggak di angkat?" Rio bertanya tanpa jeda, seketika rasa pusing kembali menyerang Kimmy.
"Kak Durio Em Fordio yang teramat tampan please deh ya, ini masih pagi dan Kimmy lagi nggak ada mood buat ngeladenin kebawelan kakak. Jangankan mood, tenaga Kimmy aja udah tinggal sisa-sisanya doang ini. Kimmy capek, badan pegel semua, dan Kimmy mau istirahat," tukas Kimmy cepat.
"Nanti dulu Kim, kakak belum selesai ngomong!" ujar Rio, ia berjalan cepat menyusul langkah Kimmy. Lalu mencekal lengan gadis itu.
"ADUH! SAKIT!" pekik Kimmy, refleks menepis kasar tangan Rio.
"Kakak mah! Sakit tau," kesalnya menatap tajam Rio, ia mengelus-elus bekas suntikan donor darah tadi malam.
Durio yang melihat itu seketika membelalak kaget, "Lengan kamu kenapa? Kamu habis ngapain, dek?"
"Bukan urusan kakak! Lagian kalo bukan karena kakak yang pukulin kak Galang aku nggak akan begini, nggak akan donorin darah buat nyelametin nyawa dia. Jadi semua ini salah kakak!" tuduh Kimmy dengan nada sarkas.
"Kamu gila!" hardik Rio cepat, "Kamu ngapain donorin darah buat dia?! Kalo terjadi apa-apa sama kamu gimana, hah?!" Emosi Rio langsung memuncak terlihat dari rahangnya yang mengeras.
Kimmy menatap Rio tersinggung, "Kakak yang gila! Lagian kakak ngapain pukulin kak Galang?! Kakak tau gara-gara kakak dia hampir kehilangan nyawanya, coba kalo Kimmy nggak ikutin kakak, mu-mungkin sekarang, sekarang..."
Kimmy tidak meneruskan ucapannya, raut wajah Kimmy berubah ketakutan. Tubuhnya gemetar seketika. Rasa pusing semakin menyerang kapalanya. Pandangan gadis itu mulai berkunang-kunang. Sebelum semuanya gelap Kimmy merasa Rio meneriaki namanya sambil menangkap tubuhnya.
•••
Kimmy mengerjap-ngerjapkan matanya, ia menyesuaikan cahaya yang berhasil ditangkap retinanya. Setelah dirasa cukup, Kimmy memandang sekeliling ruangan. Ia di kamarnya? Memangnya jam berapa ini?
Di lihat dari gorden kamarnya yang telah terbuka sepertinya hari sudah beranjak siang.
Itu artinya ia tidak sekolah.
Sekolah?
"AA, JAM BERAPA INI?!" pekiknya dengan suara serak, ia segera duduk tanpa aba-aba sehingga menyebabkan lengannya kembali berdenyut.
"Ugh...," rintihnya tertahan, ia mengusap pelan lengannya yang berdenyut.
"Mana yang sakit, dek?" Durio masuk ke kamar Kimmy dengan raut panik, teriakan adiknya terdengar sampai lantai bawah. Ia mendekat sambil memeriksa sekujur tubuh Kimmy.
"Apaan sih?" ketus Kimmy, ia masih kesal dengan tindakan Rio yang menyebabkan Galang tertabrak mobil.
"Ngomong sama kakak dek mana yang sakit?" ulang Rio, kali ini ia menatap wajah Kimmy yang tertekuk kesal.
"Sakit apa? Nggak ada," jawab Kimmy acuh, "Pergi sana! Kimmy masih marah sama kakak."
Kimmy langsung membelakangi tubuh Rio, ia melipat tangan di depan dada, jangan harap kakaknya itu akan dimaafkan dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Guy
Teen FictionPrivate random. [Completed] [Twelsone School Series 1] Jika Galang membenci Kimmy, maka Kimmy sebaliknya. Jika Kimmy tersenyum karena Keenath, maka Galang akan merasa benci. Copyright © 2017 by valendafs Cover by : horxans 05-06-2017 (Start) 25-01-2...