29. Done

1.3K 62 63
                                    

Happy reading.

Teman-teman Galang menjadi saksi bagaimana pertengkaran hebat itu terjadi, bahkan Meylu sudah meringkuk ketakutan seraya memeluk tubuh Yoga dengan erat.

"Yo, gue takut... pisahin mereka," gumam gadis itu terdengar serak, pelukannya semakin erat saja.

Yoga mengelus surai rambut Meylu bermaksud menenangkan, "Udah, biarin mereka menyelesaikan masalah mereka."

Meylu mendongak untuk menatap Yoga, "Ta-tapi kan Yo kasian Galang, dia baru pulang lho dari rumah sakit."

"Lo harus percaya sama Galang, dia udah dewasa, sudah saatnya dia menyelesaikan masalah pribadinya sendiri. Lagian, ada Alex dan Rivaldi kalau Giska sampai nekat," jelas laki-laki itu yang cukup ampuh untuk menenangkan Meylu.

Sementara itu Alex dan Rivaldi yang ditugasi melerai Galang dan Giska sampai kelelahan karena menarik Giska yang sedari tadi mengamuk di kamar Alex.

"Lo nggak bisa putusin gue gitu aja, Lang. Apa salah gue?" pekik Giska histeris.

"Bisa, buktinya sekarang kita putus," balas Galang acuh, katakan Galang jahat karena selain brengsek adalah nama tengahnya, jahat juga merupakan nama belakang Galang.

"Ya, apa alasannya?" tanya Giska membentak, ia sudah maju untuk menghampiri Galang jika saja tidak ditarik oleh Alex.

"Lepasin gue, sialan!" bentak Giska sarkas.

Alex menggeleng, "Nggak, lo itu sakit jiwa, bahaya."

Giska melotot, tidak terima dikatakan sakit jiwa, "Enak aja. Gue waras! Gue nggak gila!" pekiknya yang semakin menjadi-jadi.

"Diem kalau nggak gila!" ucap Alex tak kalah kesal, laki-laki itu sebal sekali karena kamarnya jadi berantakan ulah Giska. Bersyukur Giska perempuan. Jika tidak, mungkin sudah dari tadi Alex ajak jambak-jambakan.

Eh salah, tinju-tinjuan maksudnya. Kenapa jadi jambak-jambakan sih?

"Lepasin aja, biar gue yang ngomong sama dia," kata Galang kemudian melihat Alex kesusahan menenangkan Giska yang sedari tadi memberontak.

"Lo sama Rivaldi keluar dulu bisa? Gue mau ngomong penting sama dia," lanjut Galang dengan nada yang tidak bisa dibantah. Alex mendengus, walaupun kemudian ia dan Rivaldi menurut keluar, diikuti oleh Meylu dan Yoga.

Giska yang melihat mereka semua telah keluar langsung menghampiri Galang dengan langkah cepat, perempuan itu menampar Galang dengan penuh kekuatan.

"GUE NGGAK MAU PUTUS!" pekikan penuh protesan itu hanya ditanggapi senyum miring oleh Galang.

"Jawab gue Lang, kita nggak putus kan?" tanya Giska seraya mengguncang tubuh Galang dengan membabi buta.

Dengan gaya santainya Galang menepis pelan kedua tangan Giska yang bertengger di bahunya, "Bisa baca kan? Apakah perlu gue konfirmasi? Bukannya pesan gue udah jelas kalo hubungan kita selesai."

"Brengsek, apa salah gue?" Giska mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Lo bener-bener mirip orang gila," komentar Galang sinis begitu melihat kelakuan Giska, "Kimmy aja yang gue putusin nggak sefrustasi elo kok," katanya lagi lalu kembali memainkan ponselnya.

"Gue bukan Kimmy yang diem aja lo putusin, gue sayang sama lo Galang! Nggak peduli lo sayang sama gue atau nggak," Napas gadis itu menggebu-gebu, ia semakin geram karena Galang yang terlihat biasa saja.

Galang menghela napas berat, setelah meletakkan ponselnya di atas nakas cowok itu berdiri, "Kita putus. Apakah itu kurang jelas? Alasannya? Ya nggak ada, gue pengen putus aja dari lo," kata tidak jelas yang keluar dari mulut Galang itu semakin membuat amarah Giska mendidih. Cukup sudah, jika memang Galang ingin putus maka Giska akan mengiyakan.

The Coldest GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang