Happy reading.😘
"Penolakan terpahit itu, masih sering bertatap muka, tetapi seolah dianggap tak ada."
•••
Galang menatap perempuan dihadapannya dengan bosan, rasanya ia malas sekali bertemu perempuan ini jika saja wanita ini tidak mengatakan bahwa yang ingin dibicarakan adalah hal penting.
Galang mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja, memilih bungkam. Menunggu perempuan dihadapannya ini saja yang lebih dulu memulai pembicaraan.
Beberapa menit terlewat terasa berjam-jam untuk Galang, ini weekend dan seharusnya bisa Galang pergunakan untuk mengistirahatkan diri dari penatnya bersekolah selama enam hari.
"Ga," panggil perempuan itu akhirnya, setelah sekian menit yang dilakukannya hanya menunduk. Mungkin berusaha untuk merangkai kata yang tepat agar tidak membuat Galang semakin membencinya.
"Hm." Galang hanya berdehem, tatapan tajam nan dingin yang Galang berikan membuat perempuan dihadapannya menggigit bibir gugup.
Menghela napas berat, karena ternyata susah sekali untuk tenang. Perempuan itu menyadari bahwa Galang yang ada dihadapannya ini bukanlah Galang yang dulu dia kenal, Galang-nya yang hangat, yang selalu menatapnya dengan penuh cinta, yang tidak pernah marah padanya, yang selalu mengalah untuknya.
Ah, mengapa ia jadi melankolis begini? Tidak, tidak, ia harus menguatkan hatinya, ia harus ingat tujuan awalnya untuk bertemu Galang.
Dan, apa itu Galang-nya? Haha, dia merasa dirinya sudah sinting.
"Ga, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar perempuan itu pelan.
"Apa?" tanya Galang singkat.
"Jangan sakitin Kimmy!" ucap perempuan itu to the point.
Galang berdecih sinis, "Kalau gue nggak mau?" tantangnya, membuat perempuan dihadapannya mendelik sebal.
"Jangan kayak anak kecil! Kimmy nggak ada sangkut pautnya sama masa lalu kita," suaranya naik beberapa oktaf, untung saja kafe ini belum terlalu ramai sehingga mereka berdua tidak menjadi sorotan pengunjung.
"Kita?" Galang tersenyum mengejek, "Dalam hidup gue nggak pernah ada kata 'kita' setelah pengkhianatan yang elo lakukan, Nay."
Wajah Nadya mendadak pias, ia sangat membenci sikap Galang yang kekanakan seperti ini, "Oke, kalau itu yang lo mau. Teruslah jadi Galang yang kekanakan seperti ini, gue kecewa sama lo, gue pikir perpisahan kita bisa bikin diri lo jadi dewasa. Satu tahun kita pisah, dan lo masih Galang yang sama, kekanakan."
"Yeah, satu tahun kita pisah, dan lo masih jadi Nadya yang sama, pengkhianat!" balas Galang membalikan ucapan Nadya.
"Shut up! Kita lagi bahas Kimmy, dan lo sendiri kan yang bilang nggak pernah ada kata 'kita'?" Nadya tersenyum angkuh.
"Kenapa lo mau capek-capek belain dia?" tanya Galang mengalihkan, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue rasa apapun alasan gue nggak ada urusannya sama lo," balas Nadya, "Gue cuma minta buat nggak nyakitin Kimmy, apa itu susah?"
"Nggak, itu mudah buat gue. Tapi, gue seneng ngeliat dia tersakiti. Gimana?" Galang tersenyum jahat setelahnya.
"Sakit lo!" maki Nadya emosi, "Dia nggak ada salah apa-apa, Ga."
"Salahnya dia kenapa harus jadi adeknya Rio," balas Galang enteng.
"Lo kok segitu dendamnya sama Rio? Itu cuma masa lalu, Ga. Bukannya lo udah bahagia sama Giska? Seenggaknya kalau memang lo nggak ada feeling ke Kimmy jangan nyakitin," Nadya menghembuskan napas dalam-dalam, menahan keinginannya untuk menampar wajah Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Guy
Novela JuvenilPrivate random. [Completed] [Twelsone School Series 1] Jika Galang membenci Kimmy, maka Kimmy sebaliknya. Jika Kimmy tersenyum karena Keenath, maka Galang akan merasa benci. Copyright © 2017 by valendafs Cover by : horxans 05-06-2017 (Start) 25-01-2...