Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.Dibelahan Indonesia yang lain tengah terjadi perdiskusian antara kedua paruh baya tersebut. Mereka sebenarnya sangat cemas dengan apa yang akan dilakukan oleh putranya. Ia sejak tadi tidak tenang, ia berharap putranya telah sampai dengan selamat
"Kamu kenapa?" Ia yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap heran istrinya yang terus saja mondar-mandir. Dengan handuk yang masih bertengger di kepala karena ia gunakan mengeringkan rambut. Ia menghampiri sangat istri yang dilihat dari raut wajahnya saja tergambar jelas jejak kecemasan.
"Aku cemas mikirin Ghazy Mas, anakku itu sampai dengan selamat tidak ya. Abi sama Umi juga belum ngabarin sama sekali. Aku takut terjadi apa-apa dengan anak itu. Walau dia nakal, dan suka melanggar perintah, aku tuh sayang banget sama Ghazy."
"Iya Ma, Ghazy pasti baik-baik aja. Anak kita itu udah dewasa, bisa mandiri kok. Biarkan dia mandiri, biarkan dia belajar bertanggung jawab walau itu dengan dirinya sendiri dulu." Ia meraih tubuh istrinya untuk masuk kedalam pelukan. Agar istrinya ini tenang, Riska itu tipe orang tua yang smangat sulit berpisah dengan anak-anak. Ini baru Ghazy, terlebih si kembar tak identik. Ia lebih sulit lagi, tapi mau bagaimanapun mereka sudah pergi meraih cita-cita mereka. Melanjutkan pendidikan sesuai keinginan mereka.
"Tapi Pa, aku belum tenang ini loh."
"Kalau gitu kita telpon Abi sama Umi ya. Biar kamu lega." Riska mengangguk antusias.
"Ok, kamu tenang dulu kalau gitu. Biar aku telpon Abi." Ia meraih ponsel yang ada diatas nakas. Baru di deringan pertama sudah diangkat oleh sang Abi.
"Halo, assalamu'alaikum Abi." Ia melihat Riska menatapnya berbinar.
"Wa'alaikumussalam Bang, ada apa toh Le?"
"Nggak pa-pa Abi. Gimana kabar Abi sama Umi?"
"Hum, pasti ada apa-apanya ini. Alhamdulillah kami semuanya sehat."
"Ha ha, Abi bisa aja. Masa aku nelpon karena ada maunya sih. Nggak boleh aku kangen sama orang tua sendiri." Ia terkekeh pelan membuat Riska geram, suaminya ini terlalu banyak basa-basi.
"Aduh! Kok dicubit sih Sayang." Ia melihat istrinya yang menatapnya garang sambil tangan satunya mengusap perut yang baru saja dicubit.
"Kenapa Ren?" tanya sang Abi yang mendengar keributan dari arah seberang.
"Nggak kok Bi, hanya gangguan kecil dari Riska."
"Kalian ini, sudah tua tapi masih saja suka bertengkar."
"Namanya juga pasangan harmonis Bi, biar udah tua juga harus tetap romantis. " Ucapan Rendra itu mengundang tawa sang Abi. Ia sudah melihat kode dari istrinya untuk mulai menanyakan sang putra.
"iya, iya yang paling romantis."
"Abi bisa aja, oh ya Bi. Aku mau nanya kabar Ghazy. Dia udah sampai belum? Ini sudah sejak tadi Riska khawatir takutnya anak itu tidak sampai sana." Riska mengangguk.
"Oh Fian. Sudah sampai pagi tadi sekitar jam sepuluh-an. Alhamdulillah sehat dan selamat." Mereka menghela napas lega. Ternyata putra mereka tak sampai kelayapan terlebih dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ghazy ✔
SonstigesTakdir yang mempertemukan, takdir pula yang memisahkan. Tanpa ketaatan maka akan tersesat dijalan. "Kamu dan luka itu sama, terlalu menyakitkan." »»--⍟--«« Start : 05/08/2022 Finish : 31/01/2023 Copyright ©...