22. Alya

13.4K 479 216
                                    

Bismilahirrahmanirrahim

.

.

.

"Loh, Alya?" Ghazy yang terkejut saat tiba-tiba tubuhnya dipeluk bahkan sempat menerima tamparan pada bahunya.

"Kamu kapan datangnya?" ia berusaha untuk menarik tubuh gadis yang tengah mendekapnya erat itu. Fia yang melihat adegan itu mengeryit heran, siapa sebenarnya gaddis yang tiba-tiba saja datang memeluk suaminya. Bahkan tubuhnya bergetar, yang tentu saja sudah dipastikan bahwa ia sedang menangis.

Kamu?

Hei, dengan dirinya saja hingga saat ini Ghazy selalu menyebut dirinya lo? Siapa sebenarnya gadis asing ini?

Fia melihat dari kaki hingga kepala ia terus menilai gadis itu namun ternyata ia tak menemukan cela apapun, gadis itu terlihat sangat sempurna. Cocok bersanding dengan Ghazy.

Ah, ternyata dirinya bisa insecure juga. Fia bahkan bisa melihat jika gadis ini bertalenta bahkan bisa dibilang cerdas, ia sempurna dari segi fisik, ilmu dan tentu saja materi. Fia bisa melihat dari pakaian yang dikenakan gadis itu walah gaamis yang terlihat senada dengan khimarnya namun tentu saja itu barang branded. Pakaian itu harganya setara dengan uang jajanya selama dua bulan.

"Hei, udah dong lagian aku gak pa-pa. Kayak baru tahu aku luka aja, bahkan aku pernah luka lebih dari ini kan?" Ghazy berusaha menghapus air mata gadis itu dengan lembut. Bahkan tak segan mengelus kepalanya yang tertutup jilbab.

Fia sudah tak tahan melihat drama yang tengah disuguhkan di depannya tersebut. Ia memilih menyingkir saja. Sebelum penyakit hati menggerogoti dirinya. Entah kenapa ada perasaan aneh yang menyusup dadanya. Di dalam sana tengah bergejolak entah penyebabnya, namun saat melihat bagaimana laki-laki yang berstatus suaminya itu memberikan perhatian kepada wanita lain selain dirinya, ada rasa tak terima.

"Makanya itu, karena kamu udah sering luka. Kenapa harus terluka karena nolongin orang. Aku denger kamu kritis aja rasanya mau pingsan. Cuma karena cuaca buruk dan tiket kesini terbatas aku datangnya terlambat." Ia kembali memeluk tubuh orang yang sangat berarti untuknya.

"Sstt, udah. Jadi sama siapa kesininya?" kini Ghazy tak lagi berusaha melepas pelukan itu. Ia membalas pelukan itu dan mengelus punggunya lembut.

"Sama Kak Alva."

"Tumben banget tuh bocah mau balik, katanya Turki lebih baik dari Indonesia." Ghazy terkekeh pelan. Ia sangat paham dengan watak orang yang baru saja disebutkan oleh Alya.

"Ish, itu aja aku bujuknya mau seminggu baru dia setuju. Kalau aja aku nggak ngancem buat balik sendiri kesini. Dia nggak bakalan mau balik. Katanya, kamu itu kuat, nggak akan mati secepat itu. Ngeselin banget kan?" wajah yang merengut kesal saat menceritakan perilaku Alva itu mau tak mau membuat Ghazy lagi-lagi terkekeh.

"Lagian bener kok yang diucapkan sama Alva. Aku kan kuat, aku nggak bakalan meninggoy cuma karena di dera lima puluh kali."

"Yakin? Kok bisa sampai kritis?" gadis itu mengangkat alisnya tak percaya dengan persyataan Ghazy barusan.

"Itu kebetulan aja, tubuhnya lagi nggak fit karena abis hujan-hujanan tengah malam."

"Halah, bilang aja udah tua."

"Sembarangan, baru juga mau dua-dua udah dibilang tua."

"Tentu saja, aku kan baru mau delapan belas tahun, Mas."

"Dibilang jangan manggil, Mas. Nggak cocok sama mukaku. Aku kan awet muda."

"Pret!" Alya mencibir.

"Udah deh, sini aku kenalin sama istriku dulu." Ghazy mengedarkan pandangan ke segala penjuru dapur namun tak menemukan batang hidung Fia.

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang