18. Pengakuan

17.4K 614 102
                                        

Bismillahirrahmanirrahin

.

.

.

Matahari sore yang kini menyorot lembut diiringi teriakan-teriakan kebahagiaan oleh anak-anak. Orang tua yang memperingatkan dengan nada khawatir juga menatap sedih akan kenyataan pahit yang tengah putra maupun putrinya alami. Pemandangan itu menjadi latar kedua anak-cucu Adam yang enggan memecahkan keheningan yang telah terjadi cukup lama semenjak mereka duduk di taman rumah sakit untuk menikmati udara sore.

"Kak—"

"Fi."

Ucapan mereka yang bersamaan membuat mereka menoleh, sempat bertemu tatap sejenak sebelum terkekeh pelan. "Kakak duluan."

"Nggak pa-pa, lo aja dulu." Menghela napas Fia meyakinkan hatinya.

"Aku mau minta maaf, karena aku Kak Ghazy harus berada ditempat ini. Karena aku yang keras kepala dan nggak mau dengerin apa nasihat Kakak. Kalau aja aku mau dengerin waktu itu semuanya nggak akan seperti ini. Kak Ghazy nggak akan masuk rumah sakit apalagi dicap buruk sama penduduk pesantren." Mendengar itu Ghazy menatap Fia lekat yang kini meremas tangannya sebagai pengalihan gugup. Entah mengapa ia takut jika Ghazy akan marah padanya.

Melihat bangaimana tegangnya Fia dan suaranya yang seakan ditekan Ghazy berinisiatif mengulurkan tangannya untuk mengenggam tangan tersebut. Namun, baru saja menyentuhnya Fia lebih cepat menarik tangannya.

"Maaf." Sesalnya kemudian.

"Nggak, pa-pa lo belum biasa semua yang terjadi." Ghazy kembali menampilkan senyum terbaiknya yang tentu saja membuat Fia kesusahan bernapas. "Tapi, gue nggak suka kalau lo ngerasa bersalah gini. Ini keinginan gue lo nggak ada sangkut pautnya. Kalau kita ketahuan dan berakhir mendapat hukuman rajam, itu karena gue ceroboh karena panik liat lo kejang-kejang gue lupa buat kunci pintu kamar. Jadi, ya gitu deh." Ghazy membalas ucapan Fia seakan itu bukan masalah besar. Padahal gadis itu sudah sangat merasa bersalah. Ia bahkan pernah memaki Ghazy dengan ucapan yang mungkin saja menyakitinya.

"Ta—pi Kak Ghazy masuk rumah sakit."

"Ini mah bukan apa-apa, gue juga heran bisa-bisanya gue nggak sadar. Padahal biasanya luka ginian mah kecil buat gue. Besok palingan sembuh." Jawaban enteng itu membuat Fia mengeryit. Menurut Fia ini sudah sangat berat apalagi Ghazy sempat kritis karena banyaknya darah yang keluar dan juga sempat muntah darah. Tapi, laki-laki itu mengatakan ini tidak ada apa-apanya. Jadi sakit yang bagaimana yang Ghazy maksud berat?

"Lagian gue bersyukur sih karena kita keciduk. Gue nggak perlu lagi tutupin status gue di depan lo. Berpura-pura seakan nggak saling kenal, dan menjaga jarak sama istri sendiri itu berat." Matanya menatap kedepan pada gerombolan anak-anak dan orang yang berlalu lalang di depannya. Pikirannya menerawang mengenang kembali bagaimana pertemuan-pertemuan dari awal mereka bertemu hingga sekarang. Semuanya terasa lucu jika diingat kembali.

"Istri?" Ghazy menoleh pada Fia yang terdengar mengucapkan kata istri itu dengan lirih.

"Lo pasti bingung ya, gue awalnya juga nggak paham sama apa yang terjadi. Semuanya terjadi gitu aja. Awalnya gue nentang keputusan yang Papa ambil seenaknya dan itu ngorbanin masa depan gue. Gue memberontak nggak terima karena gue merasa belum siap dengan yang namanya pernikahan. Ini terlalu dini, gue masih pengen enjoy jalanin hidup tanpa beban, masih pengen main sama temen-teman tanpa kenal waktu. Tapi, Papa maksa sampai blokir semua fasilitas gue. Dan lo tau, gue nggak bisa ngapa-ngapain kalau itu terjadi."

"Jadi, kamu terpaksa?"

"Awalnya, karena gue merasa ini cara Papa yang baru ngehukum gue. Karena selama ini kalau gue bandel Papa bakal hukum dengan ngirim gue ke pesantren. Gue bahkan benci pernikahan ini, karena gue rasa ini akan menjerat gue lebih dalam. Tapi, pas ngucapin akad hati gue bergetar pas nyebut nama lo. Apalagi pas Ayah nunjukin foto orang yang baru aja gue nikahi. Disitu gue langsung yakin bahwa ini jodoh gue, bukan beban namun sebuah anugrah yang dikirim Allah buat melengkapi hidup gue yang udah hancur." Ghazy menatap Fia lekat yang entah sejak kapan Fia juga ikut menatapnya.

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang