Chapter 17 : Sang Pemenang, Awal Kehancuran

16 3 0
                                    

Sudah berminggu-minggu siswa-siswi XI IPA-B latihan seharian. Semula tidak semua yang niat mengikutinya, namun lama-kelamaan, semua siswa ikut ambil andil dalam setiap olahraga. Dengan semangat menggebu-gebu mereka terus memperjuangkan persiapan demi kemenangan di medan pertandingan. Meskipun mereka hampir selalu membersihkan lapangan karena ulah Jack Rose, tidak membuat mereka lengah dan menyerah.

Junex yang dipilih menjadi pemimpin latihan selalu menerapkan semangat kepada setiap tim. Ia juga mengatur tim-tim yang akan bermain dalam setiap olahraga.

"Nampak sibuk sekali, Pelatih," kata Joe saat tiba-tiba muncul di samping Junex.

"Pak Bro," sahut Junex tidak percaya. Ia tersenyum penuh. "Mengejutkan sekali tiba-tiba bapak hadir."

Joe mendengus kesal. "Maaf selama ini tidak bisa menemani kalian semua."

Junex menepuk-nepuk punggung Joe. "Tenang saja, Pak. Selama bapak percaya kepada kami, semua akan baik-baik saja. Dan, aku tahu bapak pasti sangat sibuk sehingga tidak bisa menemani kami."

Junex merasa untuk pertama kalinya ia memerhatikan wajah Joe begitu dekat. Lelaki itu tidak nampak kaku seperti biasanya. Sesungguhnya ia sangat tampan jika diperhatikan begitu dekat. Wajahnya masih sangat muda dan segar.

"Ada apa?" tanya Joe saat ia merasa diperhatikan Junex.

"Nggak apa-apa," kilah Junex buru-buru.

"Jangan-jangan kamu..."

"Berhenti berpikir macam-macam," seru Junex sambil menumbuk punggung Joe dengan kuat.

Tiba waktunya pertandingan Pesta Olahraga Ke-IX yang diselenggarakan di Sayon. Setiap kelas sudah bersiap-siap dengan matang. Semua akan menampilkan kehebatan dan kemampuan masing-masing demi meraih kemenangan.

Sistem penilaian ajang lomba ini berbeda dengan lomba pada umumnya. Penilaian bergantung pada poin yang diraih dari olahraga yang dimenangi kelas tertentu. Pasangan adu ditentukan oleh panitia pada setiap pertandingan. Apabila salah satu kelas memenangi salah satu cabang olahraga–dengan kata lain, juara pertama—akan mendapatkan satu poin. Pertandingan ini sama sekali tidak mengenal peringkat kedua, ketiga, dan seterusnya. Jadi, kelas yang kalah tidak memiliki kesempatan kedua. Namun masih punya kesempatan untuk meraih poin dari cabang olahraga yang lainnya.

Ada dua puluh cabang olahraga yang diperlombakan. Itu artinya ada dua puluh poin yang harus diraih oleh setiap regu kelas untuk memenangi pentas olahraga. Tapi, apabila suatu kelas sudah memenangi pertandingan namun poin belum mencukupi. Pertandingan akan berlanjut dengan mengadu pasangan lawannya yang memiliki poin tinggi juga. Dan... yang berhasil memenuhi poin tersebut menjadi pemenang dari semua pertandingan.

"Bersedia... Siap... Mulai!"

Junex melesat dengan gesitnya. Ia memang unggul kalau soal lari-lari. Tidak heran kalau ia sering berhasil melarikan diri apabila Tommi mengejar-ngejarnya. Ia melejit dengan kencangnya dan lebih unggul dari yang lain, hingga menembus pita kemenangan. Satu poin untuk kelas XI IPA-B dari olahraga Lari sprint. Kemenangan disambut keriuhan seluruh siswa.

"Aku kira yang lari tadi adalah setan," gurau Elid sambil tertawa.

"Memang setan," kata Junex tersenyum setelah meneguk air.

Di hari pertama poin unggulan diraih oleh kelas XI IPA-A yang mengantongi poin sebanyak empat, lalu XII IPA-A yang memilki tiga poin, XI IPS-A berhasil mendapatkan dua poin, dan kelas XII IPS-A memiliki poin yang sama. Dan... semuanya itu adalah kelas Jack Rose. Sementara kelas XI IPA-B masih mendapat dua poin setelah tim yang diketuai Rulli memenangi baseball. Di samping itu, tidak ada satu pun kelas X yang berhasil mendapatkan poin.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang