Camp-Day biasanya sangat rutin dilakukan tiap tahun oleh siswa Sayon. Biasanya acara ini dilakukan sekali setahun di tempat yang ideal untuk melakukan perkemahan. Dari tahun ke tahun, acara ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Sibolangit, tepatnya di kota Bandar Baru. Dari Berastagi, hanya butuh waktu lebih kurang satu setengah jam dengan menggunakan bus.
Sekitar dua menit kemudian mereka tiba di tujuan. Tentunya, begitu masuk gerbang, mereka tidak langsung berhenti. Butuh beberapa menit lagi masuk ke dalam dan mengikut jalan berkelok-kelok dan tiba akhinya di tempat perkemahan. Mereka langsung disambut udara sejuk dan menyegarkan siang itu.
Pandangan pertama Junex langsung mencintai tempat ini. Selain sejuk dan menyegarkan, tempat ini juga begitu indah. Ia langsung menyukai meskipun ini pertama kalinya ia mengikuti acara kemah di tempat ini.
Semua peserta acara kemah langsung berbaris di lapangan tempat didirikannya kemah. Pembimbing, salah satu guru di Sayon, tengah memberi pengarahan dan semacamnya.
Junex melihat sekitarnya, mencoba mengetahui siapa saja yang mungkin dikenalnya mengikuti acara ini. Matanya berhenti pada seseorang. Keanu? Astaga, ia juga ikut. Ia menepuk kepalanya dengan spontan. Kenapa ia tidak sadar bahwa Boy dan Daniel adalah anak kelas Jack Rose? Seandainya ia tahu dan sadar sebelumnya, ia tidak akan mau ikut Camp-Day ini.
Elid mendekatkan kepalanya kepada Junex di depannya. "Kamu sadar satu hal?" bisiknya pelan.
Junex mengangguk. Ia mengerti dan paham. Ia tahu hanya sedikit siswa yang berasal dari kelas reguler. Ini artinya, semua pesertanya kebanyakan dari kelas Jack Rose. Dan satu lagi. Tahu apa artinya ini? Ini artinya mereka sedang mencoba-coba masuk ke dalam lubang musuhnya. Dengan kata lain, mereka mencoba bunuh diri.
Junex bisa melihat Lea—di barisan perempuan di sana—mengacungkan kepalan tangan yang bermakna "awas kau, kuhajar kamu nanti".
Pembimbing selesai memberi pengarahan, lalu digantikan oleh Daniel, ketua panitia. Ia berkata bahwa sebelum membuat kemah, ia akan membagi kelompok dalam acara ini.
Apa? Kelompok? Ini artinya mereka—Junex, Elid, Sacquin, Lea dan Tobi—akan terpisah? Oh, tidak! Junex menjadi gelisah sendiri.
"Kelompok A. Dian, Gina, Tia.." sebut Daniel. Nama yang disebutnya berjumlah sepuluh begitu menyebutkan, "Tobi."
Ini artinya... Aku tidak bersama Tobi, pikir Junex. Aduh, gawat nih.
"Kelompok B. Elid, Lea, Rina, Doni..."
Sebut namaku. Sebut namaku, aku mohon.
"Dan Marwan."
Sial! Aku gagal bersama Elid dan Lea.
"Kelompok C. Rhea, Mondi, Daniel—saya sendiri, Tuti...." sebut Daniel lagi. "Dan Soni."
Lagi-lagi tidak bersama sahabatku. Junex menunduk lesu.
"Kelompok berikutnya. Jesika, Rijal..."
Aku tidak mengenal mereka seorangpun. Jangan sebut namaku.
"Sacquin."
Oh, tidak. Aku sama siapa?
"Kelompok berikutnya. Keanu, Boy, Cintya...."
Demi Tuhan, jangan sebut namaku...
Jangan coba-coba...
Aku mohon. Apa kamu mau setelah acara ini, kami semua akan menjadi mayat karena saling membunuh satu sama lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydream*
Roman pour AdolescentsMenjadi transformasi paling berbeda di keluarga bukanlah hal yang mudah bagi Junex. Ayahnya, Antonio adalah polisi. Ibunya, Cecilia adalah polwan. Kakaknya, Tommi adalah polisi muda. Adiknya, Ria, bercita-cita menjadi polwan, serta adik bungsunya, D...