Chapter 02 : Kelas Khusus Jack Rose

65 9 1
                                    

Musim yang dingin menyelimuti kota Berastagi. Angin bertiup kencang pagi ini. Setelah keluar dari taksi, Junex menarik tas ranselnya mendekat ke panggungnya supaya lebih hangat sementara ia bergegas menyusuri trotoar mengarah ke sekolah. Ia menggigil karena rasa dingin mulai menembus seragam SMA-nya. Kemudian ia menarik napas dalam-dalam. Merasa sedikit jenuh, ia memasang earphone ke telinga, kemudian berjalan menuju gerbang sekolah barunya.

Ia berhenti dan menengadah, melihat papan nama besar yang melingkar di atas gerbang. Sayon Highschool.

Begitu banyak cerita yang ia dengar tentang sekolah ini. Dominan yang ia dengar sejauh ini adalah pujian serta anjungan-anjungan orang lain. Sekolah ini cukup terkenal di banyak kalangan.

Dulu sekolah ini tidak sebagus yang sekarang. Lima tahun lalu sekolah ini diperbaharui sehingga kondisi fisik sekolah ini jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang setara lainnya di kota ini. Bangunannya menjadi besar dan lapangannya meluas. Setiap tahunnya, secara rutin bangunan yang rusak direnovasi. Banyak yang bilang, fasilitasnya juga dilengkapi, mulai dari Wi-fi bebas di dalam kelas, fasilitas laboratorium lengkap, dan gedung olahraga yang besar, lengkap dengan gedung-gedung pendukung lainnya. Dan terakhir yang ia dengar sekolah ini sebentar lagi akan menjadi rintisan sekolah internasional.

Melihat semua kondisi itu, pantas saja Sayon Highschool menjadi pusat perhatian kota ini. Nama Sayon High School pun sekejap meroket dan menjadi sasaran SMA favorit di Berastagi, bahkan megahnya nama sekolah itu sampai tercium ke berbagai kota, termasuk ibu kota provinsi.

"Jun. Junex!" seru seseorang dari belakang serta merta memukul punggungnya.

Junex berbalik dan matanya membelalak begitu mendapati seorang cowok yang muncul—entah dari mana datangnya. Cowok di depannya itu berseragam SMA namun dibalut hoodie yang tipis. Cowok itu bernama Elid Rodeno.

Secara fisik cowok itu cukup ideal. Tubuhnya jangkung, ramping, dan lebih tinggi dari Junex. Wajahnya rupawan. Ciri khasnya tahi lalat di dagunya. Tidak salah kalau banyak cewek yang pernah menyukainya. Tapi sayang, sama halnya Junex, cowok ini tidak terlalu nyentrik dan peka mengenai perasaan. Selain itu ia memang radar kurang nyambung kalau ngomong. Suka menertawai yang tidak lucu. Aneh, pokoknya!

Elid sebenarnya anak keluarga kaya. Ayahnya salah satu pengusaha terkenal yang memegang beberapa hotel dan apartemen terkenal di kota itu. Ayahnya juga punya bisnis yang sama di luar kota lainnya seperti di Jakarta, Bandung dan Bogor. Meski anak tunggal Elid termasuk orang mandiri dan tidak manja. Meski hidup di keluarga kaya, Elid tidak nampak demikian. Ia cenderung lebih sederhana. Hal itu lah yang disukai Junex apabila bersamanya.

Namun ada hal yang tidak ia sukai dari cowok itu...

"JUUUNEEEXX..." seru Elid dengan berlebihan sambil merentangkan tangannya ingin memeluk cowok kecil di depannya.

"Bletak!"

Junex segera memberi sebuah tinju pamungkas andalannya untuk menghalau tindakan sexual harassment yang akan dilakukan Elid.

Elid mengerang sambil meraba-raba pipinya. "Jadi gini sambutan pagi kepada seorang sahabat? Jadi ini yang aku terima setelah bertahun-tahun bersamamu?" cercahnya berdramatis.

Junex mengacak pinggang, lalu tangan kanannya menunjuk ke arah muka Elid. "Kamu punya hutang sebanyak sepuluh ribu semenjak kelas satu SMP. Kapan kamu akan membayarnya?" celotehnya sembarang.

Elid mencebilkan bibir. "Jun, bukankah kita bersahabat sejak TK, masa hutangku yang sudah lama itu masih kamu ingat. Lupakan saja, ya?" rayunya sambil merapat ke Junex. Ia mencoba memeluk Junex.

"Yang namanya hutang, tetap hutang sampai kapanpun," sergah Junex menghindari Elid dari tindakan mesum yang akan ia lakukan.

Elid dan Junex adalah pasangan sahabat yang sangat karib semenjak TK. Meskipun berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, mereka langsung merintis persahabatan pada saat itu, dan hubungan keluarga pun terjalin perlahan-lahan sejak hari pertama mereka bertemu. Seperti ditakdirkan, keluarga Elid yang baru pindah menuju Berastagi, bertempat tinggal di sebelah rumah keluarga Junex.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang