Dear Folk
Cerita Daydream telah sampai di penghujung episodenya. Terima kasih yang sudah setia membaca. Daydream adalah tulisan favoritku sejak dulu, sehingga aku memberinya kesempatan istimewa untuk menjadi sebuah buku. Daydream telah dicetak secara indie. Adakah bedanya? Tentunya ada. Baik secara inti, penulisan, dan lainnya, yang tentunya sudah diedit sedemikian rupa oleh editor. Esensi cerita mungkin hanya sedikit berubah.
Bagi Teman-teman yang tertarik, bisa langsung ke situs di ini ya www.bukuindie/p/daydream/
Terima kasih telah mengapresiasi tulisan saya selama ini di masa sibuk tengah belantara selama ini. Saya sangat berterima kasih. Ini lah dia episode terakhir "Daydream"
Junex mencoba menembus kerumunan yang menyerang papan pengumuman di samping kantor guru. Informasi-informasi akademik biasanya ditempel di situ. Siswa-siswa yang tidak menyadari kehadirannya sempat berkata tentang pemenang olimpiade nasional itu. Tidak sedikit juga yang mengungkit kejadian saat-saat Sayon memenangkan olimpiade tingkat regional dan masih banyak lagi perkataan yang didengar Junex dan membuatnya ingin menuju ke papan pengumuman.
Begitu melihat yang terjadi, ia kecewa. Sangat kecewa besar. Beberapa orang yang sudah menyadari kehadirannya lantas berbisik-bisik. Junex tahu mereka pasti membicarakan ini.
"Bagaimana?"
Elid meluncurkan pertanyaan Junex masih menunduk di depannya. Perhatian sahabatnya yang lain juga merujuk kepada Junex yang lesu.
Karena tidak sabar menunggu jawaban Junex, Lea dan Tobi langsung menyerbu ke bagian pengumuman.
"Aku kalah, Lid," kata Junex seperti tidak sadar. "Aku kalah."
Elid memeluk kepala Junex. "Tenang saja. Kamu sudah melakukan yang benar."
Bel berbunyi, tanda untuk semua siswa agar melakukan upacara bendera.
Setelah upacara hari senin selesai, Pak Jack yang menjadi penasehat sekolah pagi ini mengambil kesempatannya. Wajahnya ceria dan senang seperti biasa. Ia memang sosok yang bisa tampak sempurna di depan semua siswa, tapi di belakang siswa ia adalah makhluk busuk.
"Sungguh sangat mengecewakan kita tidak mendapatkan kesempatan dalam olimpiade ini. Kita gagal menuju perjuangan yang kita dambakan selama ini. Tapi tidak apa-apa, tapi ini menjadi pelajaran untuk kita agar melakukan yang terbaik lagi." Katanya dengan nada sedikit sinis. "Kami dari pihak Sayon akan lebih memperhatikan siswa yang akan menjadi perwakilan Sayon dalam setiap perlombaan yang ada."
Junex diam terpaku. Elid memegang bahunya, menunjukkan perhatiannya.
"Sejujurnya kami memilih perwakilan yang salah. Kami memilih siswa yang terkolot yang pernah ada di sekolah ini. Padahal seharusnya kami memilih Jack Rose yang sudah pasti menjamin kemenangan mutlak di tangan."
Pernyataan itu sengak di hati Junex.
"Oleh karena itu, mulai saat ini dan seterusnya, yang wajib mengikuti olimpiade nasional dan kegiatan perlombaan lainnya itu wajib kesempatan buat Kelas Khusus, bukan regular," kata Jack dengan sangat sinis. "Kita tidak akan mengulang kesalahan yang sama dengan mengirimkan siswa yang sok tahu, sok hebat, sok kuat dan sok bersemangat untuk melakukan semua ini. Sangat disayangkan kita harus merelakan ini."
Hati Junex hancur.
Pak Jack mengucapkan sesuatu yang membuat Junex merasa hatinya benar-benar pecah, "Dan orang melakukan kesalahan dan kegagalan harus menerima konsekuensinya," katanya dengan nada ketus dan tegas. Setelah itu ia menutup pidatonya dan membubarkan semua siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydream*
Teen FictionMenjadi transformasi paling berbeda di keluarga bukanlah hal yang mudah bagi Junex. Ayahnya, Antonio adalah polisi. Ibunya, Cecilia adalah polwan. Kakaknya, Tommi adalah polisi muda. Adiknya, Ria, bercita-cita menjadi polwan, serta adik bungsunya, D...