Chapter 19 : Pelaku Teror?

17 1 0
                                    


"Kami tidak terlambat, Pak Bro. Hari ini ada ulangan," kata Junex saat meluncur dengan skate-board dan mendarat di depan Joe.

"Aku keren kan, Pak," kata Elid angkuh sambil menunjukkan kemampuannya bermain skate-board di depan Joe.

Joe meleguh tenang. Untuk hari ini ia bisa santai dan bebas dari stres. Ulangan hari ini seperti menyelamatkan hidupnya sementara. Namun besok, ia akan kembali menghadapi kelima pemberontak itu.

Joe mengamati kedua cowok itu. Hampir selalu mereka bersama. Kali ini ketiga temannya yang lain sudah lebih dahulu datang dibandingkan mereka.

"Ya, aku senang kalau kalian hari ini tidak terlambat," kata Joe pelan, lalu nadanya berangsur-angsur menguat seraya berkata, "Tapi.. menggunakan skate-board ke sekolah, itu dilarang."

"Peraturan macam apa itu?" seru Junex protes.

"Masa nggak bisa pakai skate-board?" Elid tidak kalah protes.

Joe geram. Dasar murid tidak sopan, pikirnya. "Terserah kalian mau bilang apa. Tapi skate-board-nya aku tahan."

Begitu Joe memegang kedua skate-board dengan kedua tangannya, Junex dan Elid memberenggut. Mereka berdua saling berbisik dan melakukan drama.

"Kalau skate-board-mu ditahan, apa yang akan kamu lakukan, Elid?" kata Junex dramatis kepada Elid. Wajahnya sengaja dibuat polos.

"Oh, aku tidak tahu, Junex. Bagaimana denganmu?"

"Kalau aku sih akan terlambat terus, meskipun di saat ujian," kata Junex dramatis. Ia sekilas melihat Joe yang nampak geram, lalu memulai aktingnya lagi.

"Aku tidak akan biarkan kalian melakukan itu," sergah Joe marah. Tapi ia tidak diperdulikan oleh mereka.

"Oh, begitu ya. Kalau begitu aku juga melakukan hal yang sama. Oh, ngomong-ngomong kamu mendengar sesuatu?"

Junex pura-pura tidak melihat Joe, seakan tidak ada seorang pun di sekelilingnya. "Iya. Aku seperti mendengar suara orang aneh. Tapi tidak ada siapa-siapa."

"Siapa yang kamu sebut aneh!?" kata Joe dengan marah yang total. Ia mendekat sambil mengacak pinggang.

"Tuh kan, suaranya makin keras. Aku jadi takut kalau itu suara setan atau apa. Sebaiknya kita pergi saja," sahut Elid dengan wajah pura-pura polos.

Junex manggut dan wajahnya jauh lebih polos. "Iya, aku juga jadi takut. Ayo kita pergi."

"Dasar anak badung," celoteh Joe karena lagi-lagi ia diabaikan.

Sumpah, Joe benar-benar gemas melihat mereka berakting dengan berpura-pura sok polos dan wajah tidak berdosa. Apalagi melihat kedua anak itu malah cekikikan saat pergi bersama, kepalanya terasa benar-benar terbakar.

☆☆☆

"Pak Joe menyebalkan."

Lea tersentak. "Kamu kenapa sih marah-marah nggak jelas siang-siang bolong begini," katanya saat menjitak kepala Junex lalu kembali menikmati nasi gorengnya. Cowok itu meringis kesakitan.

"Pak Joe menahan skate-board kami. Menyebalkan sekali kan?" sambung Elid yang nampak begitu kesal. Tapi ekspresinya berubah, begitu nasi gorengnya tiba.

"Lagipula kenapa kalian membawa skate-board ke sekolah?" kata Sacquin sambil menatap Elid. "Apa Elid tidak tahu kalau memakai itu dilarang di sekolah?"

"Sayangnya kami tidak tahu," sahut Junex dan Elid serentak.

"Jadi, skate-board-nya lenyap deh," kata Mondi setelah menjulurkan makanan yang sudah dipesan sahabatnya ke depan pemiliknya masing-masing. Ia sengaja mengambil pesanan duluan karena pelayan cafeteria tidak kunjung datang. Mungkin penatnya suasana cafeteria saat ini membuat kerja mereka sedikit terhambat.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang