Chapter 24 : Junex dan Keanu

8 0 0
                                    

Keanu mengerjap-erjapkan matanya untuk menghilangkan warna abu-abu samar di matanya. Dengan upaya itu, ia bisa melihat dengan jelas dan titik fokusnya pertama, yaitu langit. Langit sudah mendung. Ia mengerang sendiri saat bangkit. Kepalanya masih pusing. Telinganya terasa berdengung-dengung.

Keanu mulai memperhatikan dirinya. Ia bertelanjang dada dan diselimuti oleh kemeja kotak-kotak. Ini seperti milik...?

Ia langsung memeriksa sekitarnya dan kepalanya berhenti bergerak begitu melihat sosok Junex sedang menyalakan api tidak jauh di sampingnya.

"Aku di mana?"

Junex menoleh dan mendengar jelas kata-kata itu. Ia menatap dengan sinis.

"Aku di mana... Kamu bilang? Bukankah kamu sangat mengenal tempat ini? Kurasa tidak perlu berbasa-basi seolah kamu hilang ingatan," kata cowok itu dengan sinis.

"Sebenarnya aku juga tidak tahu kita di mana sekarang?" kata Keanu. Tapi kali ini nadanya berbeda. Tidak dingin seperti biasanya.

Junex mendekat dengan kepala panas. "Apa? Kamu nggak tahu ini di mana? Jangan bilang..." Ia berpikir sejenak. Keanu tidak tahu berada ini di mana padahal mereka masih di tempat semula, masih di tepi sungai. Kemudian ia berpikir kembali bahwa kemungkinan jalan yang mereka lalui selama ini salah. "Jangan bilang kita tersesat," kata Junex setelah pikir panjang.

"Kurasa begitu," sahut Keanu singkat.

"Kurasa begitu, katamu? Kenapa kamu semudah itu mengatakannya? Apa kamu tidak tahu kalau kita sekarang ter-se-sat," kata Junex mulai marah, lalu melanjutkan, "Sebelumnya aku juga merasa bahwa jalan kita salah karena tidak ada tanda-tanda yang mencolok. Tapi kamu malah sombong dengan kemampuanmu. Aku memang tidak tahu apa-apa dengan tempat ini. Tapi aku tahu, sebaik apa pun kita mengenal tempat, tidak mungkin kita tidak pernah tersesat."

Keanu diam saja, tidak merespon apa-apa. Bahkan ia terlihat tidak merasa bersalah sedikitpun.

Melihat sikapnya yang super cuek itu, membuat Junex gemas sendiri. "Terserahlah," kata Junex seolah melepas kepasrahannya. Ia kembali membalikkan ubi kayu yang dibakarnya.

"Darimana ubi itu?" tanya Keanu.

"Aku bawa dari rumah," sahut Junex datar.

Junex merasa sikap Keanu berubah. Tidak begitu dingin seperti semula, tapi masih cuek. Sikap cowok itu menjadi lebih biasa. Cowok itu juga sudah banyak berbicara. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, apabila mereka bertemu dan mulai cekcok, bahasanya pasti singkat, padat, jelas dan menyakitkan, tentunya.

"Ada apa? Kenapa kamu melihatku?"

Cepat-cepat Junex buang muka, lalu kembali fokus kepada api unggun kecilnya.

"Kamu sedang apa?" Keanu mendekat dan berjongkok di samping Junex. Ini tidak wajar, Saudara-saudara.

"Aku... aku... sedang membakar ubi yang aku bawa dari rumah. Ya... ubi," kata Junex gugup, bukan karena apa, tapi karena melihat sikap Keanu seratus delapan puluh derajat berbeda dari semula. Jangan-jangan ia kerasukan hantu hutan keramat atau apa. Hih, ngeri!

"Aku mau," kata Keanu singkat.

Junex menoleh ke samping, menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Astaga, ia semakin aneh.

Sesuatu bergerak di sekitar mereka. Bunyi kertak ranting yang dipijak. Suara itu cukup membuat mereka berdua mencari-cari sumbernya, tapi sayang hari sudah sangat gelap.

"Sebaiknya kita pergi besok pagi saja," kata Keanu menganjurkan.

Junex tidak peduli apa yang dikatakan Keanu. Ia hanya fokus pada ubi yang dibakarnya. Apalagi ia benar-benar lapar. Begitu salah satu ubi yang dibakarnya sudah matang, ia melepaskannya dari naungan api dan bara.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang