Chapter 22 : Liburan Keluarga

4 0 0
                                    

Kali ini keluarga polisi menghabiskan waktu liburan ke pantai, tepatnya di pantai Cermin, Deli Serdang. Liburan ini disambut meriah oleh Junex dan saudara-saudaranya. Tidak lupa ia juga membagi kemeriahan dengan mengajak semua sahabat-sahabatnya untuk ikut dalam liburan keluarga ini.

"Ayo, kita lomba membuat istana dari pasir secepat mungkin." Aba-aba Lea itu langsung membuat Junex, Elid, David, Mondi dan Sacquin cepat-cepat membuat istana. Mereka nampak begitu semangat meskipun siang semakin terik, membakar kulit. Mungkin panasnya bukan membakar kulit, melainkan membakar semangat mereka menjadi sangat berapi-api.

Junex begitu cepat dan lihai melakukannya. Ia melirik lawannya dan tampaknya hanya miliknya yang benar-benar akan selesai. Oh, aku memang hebat, serunya menyombong dalam hati.

"Kamu tidak akan bisa melampaui kemampuanku, Elid," katanya angkuh.

Elid buang muka, tidak peduli akan apa yang dikatakan Junex. Ia melihat cowok itu memang lebih unggul saat ini. Meskipun demikian, itu takkan membuatnya lengah.

Tinggal sedikit lagi. Junex telah membuat istana versi istana dalam dongeng, lebih khasnya pasti bangunan yang berbentuk kastil. Pada ujung istananya ia akan menampatkan batu kecil. Dan... tinggal sedikit lagi... Maka aku akan menjadi...

BLETOK!

Sesuatu mengenai kepala Junex dan itu membuat kepala Junex menabrak istananya yang ia buat sendiri. Sialnya! Semua peserta lomba itu terbahak-bahak.

"Istanaku," kata Junex meringis sambil memeluk sisa-sisa kastilnya. Semua hancur begitu saja. Ini pasti ulah orang yang melemparku, pikir Junex. Secepatnya ia mencari sesuatu yang mengenai kepalanya. Ternyata ada sebuah freesbie merana di sampingnya. Pasti ini penyebabnya. Dan siapa pemiliknya, sebab itulah sumber penyebabnya.

"Maaf, itu milik saya..."

Oh, ini ia orangnya. Junex langsung berbalik dengan cepat. Wajahnya yang semula geram berubah menjadi bingung. Astaga, kenapa ia ada di sini? Kenapa Boy ada di sini?

"Kamu!" seru kedua cowok itu sambil menunjuk satu sama lain.

"Oh, kamu berusaha memata-mataiku ya," kata Junex melipat tangan dan menyampaikan pandangan curiga.

Boy nampaknya sengaja mencondongkan tubuhnya. Tubuhnya memang kekar dan ramping. "Kamu berbicara seakan aku tidak punya kerjaan."

"Jadi, sedang apa kamu di sini?"

"Memangnya pantai ini milik nenek moyangmu, sehingga kalau aku mau liburan, aku harus minta izin kepadamu," sergah Boy membentak, lalu menarik freesbie di tangan Junex dengan lancang.

"Ini, aku tahan," kata Junex tidak terima dan langsung menarik benda itu lagi.

"Itu milikku. Apa hakmu menahannya?" Boy langsung berusaha menarik benda itu, tapi Junex meronta-ronta, menghindarinya. Lalu tanpa diduga, Junex memukul kepala Boy.

"Sakit, Kecil Sialan," ringis Boy.

"Itulah yang aku alami, Muka Arab," kata Junex sambil mencibir, lalu berlari begitu sadar Boy ingin mengangkapnya.

"Barbeque-nya sudah matang, Anak-anak," seru Cecilia dari pondok di bawah pohon waru. Seketika semua berbondong-bondong lari ke situ tanpa memperdulikan apa pun lagi.

"Ayam bakarnya sudah matang," kata Junex berhenti, dan Boy langsung menerkamnya. Mereka berdua jatuh ke pasir.

"Sekarang kamu mau apa, hah?" kata Boy mengancam sambil menekan-nekan muka Junex.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang