"Apa ini?" kata Junex heran begitu melihat meja dan bangkunya hancur sekeping-kepingnya.
Di atas serpihan sisa kehancuran itu tercecer sebuah kertas putih. Junex kira ini adalah surat ancaman. Tapi firasatnya salah, ternyata hanya sebuah kertas putih dan ditengahnya terdapat gambar bunga mawar merah, lalu terdapat tulisan "Jack Rose". Sekejap melihatnya bulu kuduknya bergidik, seakan-akan seperti ada aroma yang tidak wajar menghampirinya, seperti aroma ketakutan.
"Apa kamu tahu siapa yang melakukan ini?" tanya Junex kepada Rulli yang berada di sampingnya.
Rulli mendesah lesu, menunjukkan rasa dukanya. "Seperti biasa aku pasti datang paling awal, dan begitu aku datang pun, kondisinya sudah seperti ini."
Apa lagi yang terjadi, pikir Junex. Aku tahu, ini ulah Jack Rose lagi, pikir Junex simpul. Kenapa mereka tidak ada habis-habisnya? Lalu ia melihat meja dan bangku Elid, Lea, Sacquin, dan Mondi. Keadaannya baik-baik saja. Ada apa ini, pikir Junex semakin tidak mengerti. Apabila Jack Rose ingin meneror Daydream, kenapa hanya aku yang diserang? Mungkinkah mereka hanya mengetahui meja-bangkuku, atau ada maksud lain? Ia semakin tidak mengerti.
"Di sini kamu rupanya." Elid tergopoh-gopoh menghampiri Junex. Ia hanya fokus pada kondisi Junex, bukan bangku dan mejanya yang hancur. "Kamu baik-baik saja," katanya dengan perhatian sebelum berkata lagi, "Aku hari ini tidak ikut aksi terlambat kita. Aku datang lebih pagi, dan aku mendapati semuanya seperti ini."
"Aku semakin tidak mengerti," kata Junex dengan pandangan menerawang dan tidak memikirkan saat Elid tidak ikut aksi terlambat hari ini. Memang terasa janggal tapi yang jelas ia tidak memikirkan itu. "Mereka memulai menerorku." Ia menjulurkan sehelai kertas bergambar mawar itu kepada Elid.
"Ini tidak bisa dibiarkan," kata Elid gemas lalu segera beranjak, namun lengannya berhasil ditanggul Junex.
"Biarkan mereka melakukannya sepuasnya. Mereka pikir aku menyerah hanya karena ancaman ini?" kata Junex.
Lea, Tobi, Sacquin, dan Mondi muncul bersamaan. Mereka langsung bergegas menghampiri Junex dan Elid yang nampak begitu gelisah.
"Ada apa ini?" kata Lea. Dan begitu melihat bangku dan meja Junex, ia langsung terkejut. "Siapa yang melakukan ini?"
Elid memaparkan sehelai kertas itu ke depan keempat sahabatnya, lalu disambut keterkejutan mereka. "Aku rasa mereka memiliki maksud tertentu. Buktinya, mereka hanya menyerang Junex. Ini sungguh tidak wajar."
Junex terkejut saat Elid juga paham atas pikirannya meskipun sebelumnya ia tidak pernah mengatakannya. Bagaimana bisa ia tahu isi hatiku? Ia menunduk sejenak dan tahu bahwa Elid benar-benar peduli terhadapnya. Selain itu, ia juga bisa melihat kegelisahan menghantui wajah Lea, Sacquin, Tobi dan Mondi. Mereka benar-benar sangat takut dan khawatir. Selama ini hanya mereka lah yang senantiasa menemaninya. Mereka selalu mendampinginya dan selalu menghabiskan waktu bermain dan bercanda bersama. Ancaman Jack Rose membuat Junex sempat tersudut di mata siswa-siswi Sayon. Tidak ada satu pun mau mendekatinya. Namun kehadiran Elid dan Lea, serta disusul Mondi, Sacquin dan Tobi berangsur-angsur telah membuat perubahan atmosfer di sekitarnya.
Junex menunduk semakin lesu. Batinnnya berperang saling bertautan. Di satu pihak, ia harus berjuang bersama-sama sahabat Daydream-nya itu untuk terus menghadapi Jack Rose. Namun, di sisi sebelahnya, ia benar-benar tidak tega melibatkan mereka dalam hal ini. Apalagi ancaman teror ini mungkin akan merajalela, merasakan bahwa ini akan menjadi momok awal untuk mereka. Jelas, ia tidak mau membuat mereka mengalami semua ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daydream*
Teen FictionMenjadi transformasi paling berbeda di keluarga bukanlah hal yang mudah bagi Junex. Ayahnya, Antonio adalah polisi. Ibunya, Cecilia adalah polwan. Kakaknya, Tommi adalah polisi muda. Adiknya, Ria, bercita-cita menjadi polwan, serta adik bungsunya, D...