Chapter 16 : Pentas Olahraga Sekolah

15 3 0
                                    

"KALIAN BERLIMA!!"

Suara Joe menggelegar. Kelima siswa yang tidak merasa berdosa itu berhenti melangkah. Kedatangan guru itu tidak mengubah ekspresi mereka sedikit pun. Mereka memilih cuek dan tidak peduli.

"Pagi, Pak Bro!" sambut Junex dengan penuh ceria. Seperti biasa ia pasti bermain-main dulu dengan guru itu. Ia langsung lari mendahului semua temannya, lalu menemui Joe.

Urat di kening Joe muncul. "Dasar murid tak sopan. Sudah terlambat, masih berani bercanda," katanya buas sambil memukul kepala Junex dengan segulung kertas. Ia menunjukkan jam tangannya secara membabi buta. "Lihat ini!"

"Bapak jam baru?" kata Junex bingung sambil menyentuh bibir. Lalu alisnya terangkat dan ia menatap Joe dengan sinis. "Oh, aku tahu. Bapak pasti berusaha pamer, bukan? Benar-benar sombong."

Sekali lagi Joe memukul kepala Junex sangat kuat. "Kamu tahu sekarang jam berapa? Kalian benar-benar kelewatan, ini sudah dua jam lebih kalian terlambat!" seru Joe dengan buasnya.

"Pak, nenek-nenek..."

"Tidak ada istilah 'nenek-nenek' lagi, Elid," potong Joe dengan gemasnya seraya memukul kepala Elid.

"Pak, aku telat lagi nih," goda Junex.

"Jangan paksa aku mengatakan istilah 'nenek-nenek' lagi," sergah Joe sambil memukul kepala Junex untuk kedua kalinya.

Seperti biasa Joe pasti mengamati kelima anak badung ini dengan seksama. Namun tampaknya kali ini Junex dan Elid begitu mencurigakan. Wajah pura-pura polos mereka belum bisa langsung dipercaya. Tunggu dulu!

"Bagaimana bisa kalian memakai gelang tengkorak yang sudah aku tahan kemarin," kata Joe dengan gemas.

"Ups, ketahuan deh," kata Junex sambil memegang tengkuknya.

"Kalian mencurinya!???"

"LAARIII!!!" seru Junex dan Elid dengan heboh.

"Hei, kalian jangan lari," katanya meninggalkan pesan kepada ketiga siswa lain. "Kalian jangan lari. Kalian dihukum lari lapangan sebanyak sepuluh kali," katanya dan langsung mengejar kedua siswa yang lari itu.

Selama lima menit berlangsung, mereka tidak tahu apa yang terjadi sehingga mereka bersembunyi di balik lorong samping gedung Ruang Seni. Tapi yang pasti mereka melarikan diri dari kejaran super maut Pak Joe. Entah kenapa hari ini guru itu bisa kalah. Biasanya larinya begitu cepat.

Terdengar suara percakapan. Suaranya berasal dari koridor depan. Mereka bertiga sigap langsung bersembunyi.

"Yang benar saja. Bagaimanapun kelas Jack Rose pasti menang dalam Pentas Olahraga nanti," kata seorang siswa. Mereka berhenti di depan lorong di mana Elid dan Junex berada.

"Tapi, aku sedikit nggak yakin dengan kelas XII IPA 2," sahut lawan bicaranya.

"Alah, mereka itu kelas paling bodoh yang pernah ada. Rating nilai baru-baru ini menyatakan bahwa kelas itu paling rendah. Memalukan, bukan? Bukan hanya itu, kelas itu terkenal akan keributannya, kebrutalannya, dan ketidakpeduliannya terhadap guru, terutama kelompok yang bersama Junex itu," kata cowok itu.

"Sial, mereka pikir mereka itu hebat?" keluh Junex di sela persembunyiannya.

"Tapi, yang mereka katakan sedikit ada benarnya, Jun. Kelas kita memang sangat drop," balas Elid tidak setuju.

Bagai tersentak, Junex menepuk dahinya. "Kenapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya," katanya dan segera membisikkan sesuatu kepada Elid.

Daydream*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang