Gue punya pacar.
Mengingat itu, gue tersenyum lagi. Terlebih kalau gue mengingat apa yang terjadi dua malam yang lalu. Setelah berhasil mencicipi manisnya bibir Nilam, akhirnya cewek itu ngajak gue pacaran (beneran). Harga diri gue sebagai lelaki sebenernya tersakiti, menyadari bahwa Nilam sebagai cewek malah nembak gue lebih dulu. Tapi daripada dia narik ucapannya lagi, gue pun menerima. Yah, setelah gue memastikan kembali keseriusan Nilam.
Bagaimana pun gue punya trauma tersendiri. Papa sering sih menasihati untuk nggak terlalu mengingat masa lalu. Menurut Papa, nggak semua cewek kaya Rena yang dengan tega menduakan gue sama sahabat gue sendiri. Gue mempercayai itu, tapi hati kecil gue berkata lain. Gue takut kejadian yang sama akan terulang. Mengingat Nilam mempunyai kecenderungan yang sama dengan Rena.
Meski tidak serupa dengan Rena, Nilam secara nggak langsung juga menduakan mantan-mantan pacarnya. Gue menyebutnya selingkuh hati, yang mana Nilam masih menyimpan perasaan pada cowok lain selain pacarnya. Yah, gue berharap aja kalau dia nggak melakukan hal yang sama pada gue. Kalau pun nama cowok itu masih membekas di hati Nilam, gue bakal berupaya keras menyingkirkannya. Agar hanya ada nama gue di hatinya, Reyza Ardhian Pratama.
Baru gue berusaha memantapkan posisi di hati Nilam dengan melakukan hal-hal manis, gue dibuat sedikit kecewa dengan obrolan Nilam dengan temannya. Nilam kembali mengungkit perlakuan manis Andhika yang selalu memesankan makan siang untuknya. Mendengar itu, harga diri gue kembali tersinggung. Gue nggak suka aja kalau Nilam membandingkan gue dengan Andhika yang sekarang jelas udah berbahagia dengan istrinya.
Karena nggak mau dibandingkan lagi dengan mantan terbarunya Nilam, gue pun nggak lagi pakai cara kirim makanan. Daripada makanan, gue memilih mengirim diri gue sendiri ke hadapan Nilam. Membuat cewek gue ini kedip-kedip untuk memastikan keberadaan gue di hadapannya.
"Mas Rey? Ngapain?" tanya dia setelah memperoleh seluruh kesadarannya. Senyum gue merekah secara otomatis melihat ekspresi serta tingkah Nilam. Manis banget pacar gue. Minta dipeluk banget dia.
"Mau ngirim makan siang, sekaligus ngajakin makan siang bareng," jawab gue, menenteng satu kantong plastik berisi dua kotak makan. Sengaja gue bawa dari rumah. Mama yang bantuin gue menyiapkan ini semua tadi pagi.
Ngomong-ngomong soal Mama, beliau nggak banyak bertanya mengenai hubungan gue sama Nilam. Begitu pun Papa. Mereka sama sekali nggak membahas kejadian di pesta Reka dua malam yang lalu. Membuat gue sedikit was-was, karena masih percaya kalau sekarang Papa sedang merencanakan strategi pelaksanaan sidang gue nanti. Semoga aja gue selamat.
"Kok Mas nggak cerita kalau mau makan siang bareng?" tanya Nilam dengan kening mengerut.
"Kejutan aja sih. Biar kamu tersentuh gitu sama perhatiannya Mas," jawab gue, nggak peduli dengan tatapan jijik Farah di belakang Nilam. Yang penting Nilamnya tersipu-sipu.
"Enaknya makan di mana?" tanya gue. Nilam tidak menjawab. Dia malah menarik gue keluar. Tepatnya di gazebo belakang kantor radio tempat Nilam bekerja ini. Tempatnya lumayan, ada payung-payungnya. Membuat kami cukup terlindungi dari paparan terik matahari.
"Di sini, nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa."
Nilam tersenyum. Penasaran, dia mulai mengeluarkan kotak makan yang gue bawa. Menyerahkan satu untuk gue, dan mengambil satu untuk dirinya sendiri. "Kamu yang masak?"
Gue meringis. "Maunya. Tapi, Mama nggak ngebiarin makanan buat calon menantunya menjelma jadi racun. Mas cuma bantu ngupas bawang sama motong-motong sayurnya aja."
Lagi-lagi Nilam tersipu. Pipinya merah merona. Membuat gue nggak tahan buat nggak cium pipinya itu. "Mas!" pekik Nilam memukul lengan gue keras. "Ini tempat umum."

KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Pretend
Ficción GeneralUntuk kedua kalinya Reyza Ardhian Pratama mengakui Sekar Nilam Kusumawati sebagai kekasihnya. Berbeda dengan sebelumnya, Rey melakukan hal ini bukan hanya untuk menyelamatkan Nilam, melainkan juga untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Rey pikir hubu...