"Lagi milih e-mail dari pendengar, Lam?" Suara Farah salah seorang anggota divisi produksi mengintrupsi. Di tangannya sudah ada secangkir cokelat panas dengan uap yang mengepul. Cocok jika dinikmati ketika musim hujan begini.
"Iya, nih," jawabku setelah mempersilakan dirinya untuk duduk di bangku kosong di sebelahku.
"Banyak yang ngirim?" tanyanya sembari menyesap cokelat panasnya. Membuatku sedikit menelan ludah, tertarik dengan minuman hangatnya. Ah, seharusnya tadi aku menyempatkan diri membuat sesuatu yang hangat terlebih dulu sebelum mulai membaca e-mail yang dikirim oleh pendengar acara yang ku siarkan.
Mau bagaimana lagi, aku sendiri tidak tahu kalau e-mail dari para pendengar akan membludak seperti ini. Mungkin karena tema yang diangkat minggu ini adalah soal patah hati. Tentulah para korban patah hati berbondong-bondong meluapkan segala emosi terpendam dengan mengungkapkan kisahnya dalam acara yang ku siarkan ini.
Acara yang ku siarkan memang menyediakan tempat bagi para pendengar, baik dari kalangan tua sampai muda untuk berbagi kisah bersama. Sesuai nama acaranya-Curcol (Curhat Colongan)-para pendengar dapat berkeluh kesah, meluapkan segala masalah yang dihapinya, berbagi untuk sekadar meringankan beban pikiran. Karena pada dasarnya setiap manusia perlu berbagi. Kalau kata Vika-salah seorang sahabatku yang memang mempelajari psikologi-setiap orang paling tidak membutuhkan konsultasi ke psikiater. Hanya saja, masyarakat menganggap orang yang berkonsultasi ke psikolog adalah orang sakit jiwa, gila. Padahal untuk di negara-negara maju, konsultasi ke psikolog malah dianjurkan.
Karena itulah ku rasa acara ini cukup bermanfaat bagi seseorang yang hendak sedikit membagi bebannya dengan orang lain. Mendengarkan berbagai solusi, tanpa perlu ada yang mengetahui identitas asli si pendengar yang berbagi cerita. Acara kami memang mengedepankan kerahasiaan identitas pendengar yang bersedia berbagi kisahnya. Kami tidak akan serta merta menyebutkan identitas si pendengar jika tidak diijinkan.
"Butuh bantuan?" Farah menawarkan diri untuk membantuku, yang ku jawab dengan anggukan kepala. Aku termasuk orang yang tidak pernah menolak bantuan, terlebih jika itu meringankan beban kerjaku.
"Yang ini lumayan," kata Farah setelah mengecek secara random subject e-mail pendengar yang memuat judul kisah mereka.
Merasa tertarik, aku coba mendekat. Membaca lebih rinci lagi mengenai kisah pendengar berinisial R ini. Mulanya si R bercerita mengenai hubungannya dengan seorang perempuan selama hampir 3 tahun. Di tahun ketiga R merasa bosan, sehingga mencoba bermain-main dengan perempuan lain hingga akhirnya memutuskan si pacar. Namun, konflik memuncak ketika si mantan pacar akhirnya memutuskan menjalin kasih dengan sahabat si R setelah menyerah untuk merebut hati R kembali. Seperti yang diduga, R menyesal dan patah hati. Karena nyatanya dia baru menyesal karena menyia-nyiakan si mantan pacar.
Senyumku mengembang ketika membaca kalimat terakhir yang ditulis oleh R. Cewek jadi lebih cantik dan menarik kalau udah jadi pacar. Yah, sebuah kisah mengenai penyesalan yang cukup menarik. Bukankah kisah patah hati tidak serta merta hanya berputar pada masalah cinta bertepuk sebelah tangan, perselingkuhan, dan kandasnya sebuah hubungan? "Boleh nih. Aku tandain deh, Far," ku putuskan dengan memberi tanda bintang pada e-mail kiriman R tersebut. Tidak lupa aku menuliskan alamat e-mail yang kupilih pada sticky notes terpajang di wallpaper laptopku.
"Far ...." Aku kembali menggeser laptop kepadanya. "Bantuin lagi dong. Pusing nih milihnya," pintaku sembari menangkupkan kedua telapak tangan. Tidak lupa aku mengedipkan mata dan memasang tampang memelas. Biasanya Farah tidak akan mampu menolak permintaanku kalau sudah begini. Farah 'kan baik. He ... he ....
Farah tidak menolak maupun mengiyakan permintaanku dalam bentuk kata-kata. Ia hanya mengangguk lantas kembali menjelajahi kotak masuk e-mailku sembari menikmati cokelat panasnya. Di lain pihak, aku mencoba membuka room chat grup yang berisikan diriku dan ketiga sahabatku-Aya, Vika, dan Elis.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Pretend
Художественная прозаUntuk kedua kalinya Reyza Ardhian Pratama mengakui Sekar Nilam Kusumawati sebagai kekasihnya. Berbeda dengan sebelumnya, Rey melakukan hal ini bukan hanya untuk menyelamatkan Nilam, melainkan juga untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Rey pikir hubu...