5. persiapan

340 7 0
                                    

Sebelum magrib, cake yang aku dan mama buat telah jadi. Mama menyuruhku untuk shalat magrib terlebih dahulu. Ia juga mengingatkan untuk mandi dan berganti pakaian pesta setelah isya nanti. Aku mengangguk bingung tapi malas bertanya. Jeda antara magrib dan isya aku gunakan untuk membuka-buka buku pelajaran untuk esok hari. Beberapa PR matematika, fisika dan sejarah aku periksa ulang kalau-kalau ada jawaban yang keliru.

Setengah jam kemudian, buku untuk esok hari sudah siap di masukkan ke dalam tas dan seragam atasan putih dan rok kotak-kotak berwarna abu-abu sudah tergantung di gantungan sebelah meja belajar. Setelah selesai aku terdiam.

Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Pada akhirnya aku malah merenungkan apa yang Karel lakukan tadi sore. Yaitu.. Berbohong? Itu pasti! Tapi, untuk apa dia berbohong? Apa.. menjauhkan aku dari Ucup? What? Apa aku jadi orang yang segini pedenya sejak dekat dengan Karel.

Aku jadi ingat diriku lima yang lalu.

Cewek cupu, enggak terkenal, terlalu jenius—bikin satu sekolah ngiri setengah mati padaku, dan selalu di hindari. Aku juga bukan kalangan orang-orang yang tajir di SMP saat itu. Hingga aku sekelas dengan Karel dan satu kelompok piket dan satu kelompok belajar. Semua orang kecuali Karel menganggapku saingan dan merasa terintimidasi. Tapi, Karel menganggapku benar-benar sahabatnya. Sahabat pertamaku sejak menginjak usia remaja. Dan perlu diingat, dia cowok.

Banyak orang yang bilang aku dan Karel itu pacaran atau sebagainya. Tapi, hal itu terpatahkan saat Karel memacari seorang cewek setengah bule bernama Indah. Setelah itu, beberapa kali Karel mengganti pacarnya tapi, aku selalu ada di sebelahnya. As his best friend, of course. But..

Eh, kok jadi ngelantur gini sih! Aku menggeleng-geleng untuk mengusir masa lalu. 

Mama mengetuk pintu kamarku dan mengingatkanku untuk siap dalam sepuluh menit. Aku mengiyakan dan segera menuju lemari pakaianku. Aku agak bingung ingin memakai pakaian apa. Kalau tidak salah, masih ada dress merah dan bolero hitam yang aku beli minggu kemarin. Aku berdandan sedikit. Setelah semuanya terlihat bagus, dari riasanku, yg tidak terlalu tebal, dress selutut berwarna merah, dan bolero hitan sesiku. This is perfect! Gumamku.

Baik mama atau papa, tidak memberitahuku akan pergi ke mana. Limosin perak meluncur hingga ke sebuah perumahan elite. Mobil kami masuk ke sebuah rumah yang sangat besar. Mungkin hampir mendekati istana di tengah-tengah hiruk pikuk kota bandung.

supirku membukakan pintu penumpang dan mempersilahkan orang tuaku untuk keluar dari mobil. Setelah itu, aku ikut keluar mobil.

Pada saat yang sama aku berhadapan dengan pasangan yang tidak cocok sama-sekali.

between Kirana, friendship, and Love (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang