Satu-satunya yang bisa aku lihat adalah warna putih yang menyilaukan mataku. Kepalaku pusing. Ada suatu suara yang berbisik-bisik agak pelan dan membuat kepalaku tambah cenat-cenut. Terdiri dari dua… tidak, tiga orang sepertinya. Aku mencoba menggeser kepalaku yang berada di atas bantal empuk.
“She’s awake…” kata sebuah suara merdu. Tiga orang tadi mendekatiku dan menatapku dengan cemas.
“Kamu gak apa-apa?” Tanya seorang cowok. Aku berfikir lebih keras lagi dan mendapati nama Fabian di otakku.
“Aku…”
“Kejeduk tembok, bego banget sih!” Sambung Fabian dengan sinis.
Wanita setengqh baya di sebelahnya memeberikan pelototkan maksimal.
“Ada pusing gak, sayang?” Tanya seorang wanita lagi yang memakai jas putih. Aku hanya menggeleng pelan.
” coba.. matanya lihat ini..” wanita tadi menaikkan jari telunjuk kanan, sedangkan tangan kiinya menyalakan sebuah senter kecil. “Enggak ada hal yang serius, sepertinya..” lanjutnya.
“Terima kasih, dok..” ucap wanita yang kuingat sebagai ibunya Fabian. ” mama antar dokter Lisa dulu ya..” katanya, sebelum menghilang dibalik pintu bersama Dr Lisa.
“Fab—”
“Udah, istirahat aja bentar, nanti gue anter elo pulang,”
Aku hanya bisa mengangguk patuh.
Selanjutnya, hariku sangatlah cepat. Aku diantar oleh Fabian sejam kemudian,. Mama Fabian memaksa kami menggunakan mobil beliau beaerta supirnya—yang tentu aja ditolak oleh Fabian—namun, perdebatan itu dimenangkan sang ibu dengan syarat tidak ada supir.
Setengah jam yang canggung bersama Fabian dan berakhir di depan rumahku. Fabian memaksa mengantarku hingga depan kamar. Mama histeris melihat perban di pelipis kananku. Aku menenagkan beliau dengan senyum lemah. Mama memperbolehkan Fabian untuk mengantarku hingga aku berada di atas tempat tidur. Mama langsung menuju kamar tanpa permisi. Aku yakin, dia menelepon ayahku untuk cepat pulang.
Begitu aku tertidur, Fabian menyelimutiku dengan selimut hingga perutku tertutup. Tatapan kami hanya berjarak 15 senti.
“Tau gak? Mama ngajak kamu buat makan bareng itu untuk membicarakan sesuatu..”
“Apa?”
Fabian mendekatkan bibirnya dengan telingaku dan aku mendengar sesuatu yang bisa membuatku serangan jantung tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
between Kirana, friendship, and Love (completed)
Teen Fictionkirana. karel. fabian. ucup. persahabatan antar lelaki dan perempuan itu enggak pernah murni! yakin? awalnya sih Kirana merasa yakin, hubungan antara sahabat-sahabatnya itu tanpa ada rasa sama sekali. tapi, cinta kan gitu.. datang gak di jemput, pul...