7. mawar, permata, cake

321 6 1
                                    

"kok bisa sih?" tanyaku hampir tertawa melihat wajah cowok di depanku.

"haha.. ternyata Rana itu Kirana toh.. gak tahu!" kata cowok di sebelahku sembari tertawa. aku ikut tertawa bersamanya. “eh iya, thanks cake-nya!” aku hanya tersenyum.

aku mengedarkan pemandangan di taman belakang rumah ini. begitu indah dan asri. keteraturan taman membuatku tahu, pasangan aneh tadi sangat mencintai dunia pertamanan. di belakang kami, terdapat mawar berbagai warna yang ditanam dengan teratur.

"suka banget mawar ya?" tanyaku penasaran.

cowok itu memetik mawar putih yang masih kuncup di sebelahku dan memberikannya padaku. aku tersipu-sipu dan menerimanya. aku mencium harumnya mawar putih kesukaanku. beberapa titik air yang berada di atas mawar putih bagaikan permata yang di tanamkan di setiap kelopaknya.

"lihat, mawar ini terlihat berkilauan.. kayak ada.."

"permata." potong cowok di sebelahku. aku tersenyum.

"artinya Zahira fairuz apa coba?" tanyaku tiba-tiba. HP-ku yang terdapat di dalam clutch-ku bergetar. aku tahu pasti mama menyuruhku untuk segera pulang.

"apa?"

"cari tahu sendiri yaa.. nanti kalau udah tahu kasih tahu.."

aku beranjak dari dudukku dan segera pergi menuju parkiran mobil tanpa menoleh.

aku terus menatap mawar putih yang telah aku beri vas bunga dan air dingin. tapi, hatiku merasa hangat. entah kenapa hatiku terasa hangat. hari ini mungkin terlalu aneh untukku. tapi, gak apa-apa kalau lebih aneh terus kayak gini.

"senyam-senyum aja nih.. Ran!" mama melongokan kepalanya dibalik pintu kamarku yang setengah terbuka.

"mama.. enggak kok! cuma…"

"dari dia ya?" tembak mama langsung menunjuk mawar putih di atas mejaku.

"aaahh mama.. udah deh, keluar ajaa!" aku mendorong pintu kamarku dan langsung menutupnya.

"mama gak salah kan?" teriak mama dari balik pintu.

"mama salaaaahh!" balasku sambil tersenyum-senyum.

pagi hari tiba, aku sudah bangun dan setengah tujuh pagi aku sudah berpakaian lengkap. aku langsung segera turun ke lantai bawah untuk sarapan. mama memasak fish and chips pagi ini. lumayan.. daripada diet, pikirku. setelah selesai menyikat sarapanku, aku segera keluar rumah agar cepat sampai sekolah.

"engga bareng papa, Ran?" papa berteriak kearahku.

"enggak.. aku pergi—"

"pagi.." di teras rumahku, sudah ada Karel yang menatapku dengan tajam. di meja teras sudah ada teh manis panas beserta cake yang kemarin aku buat. "kenapa lo bengong? ayam tetangga mati tuh habis bengong seharian.." katanya langsung tergelak.

"kok.."

"takut lo kesiangan, yuk!" Karel menarik tanganku menuju kawasaki ninja yang terparkir di sebelah mobil mercedes hitam papa.

"eh, tapi.." aku menatap ke dalam rumah dan ke arah Karel bergantian.

"udah.. kumat deh bawelnya!" nada final keluar dari mulut Karel. aku hanya bisa terdiam dan mengikuti permintaanya.

"ngomong-ngomong, nama lo artinya permata, kan?" tanya Karel tiba-tiba sebelum aku duduk di boncengannya.

aku kaget dan menatapnya bingung. Karel menunggu jawabanku. aku hanya mengangguk pelan. Karel mengangguk-ngangguk. ia menyalakan motornya dan menyuruhku untuk segera naik.

between Kirana, friendship, and Love (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang