30. Sesuatu Terjadi

241 4 0
                                    

All this money can't buy me a time machine (Nooooo)

Can't replace you with a million rings (Nooooo)

I should've told you what you meant to me (Whoa)

'Cause now I pay the price

Karel memindahkan lagu yang terpasang di radio mobilnya. Menatap jalanan dengan agak tidak fokus. Ia kembali mendengarkan lagu yang mengalun dengan lembut. Jalanan sepi membuatnya menerawang akan kejadian yang baru saja dia lalui.

Letting you go is

making me so cold yeah

and i’ve been tried to make believe it doesn’t hurt

but that’s make it worst

Karel lagi-lagi menekan tombol pindah saluran dengan kasar. ia menggeram kesal dan berusaha fokus kembali ke jalanan. Entah mengapa, jalan yang biasanya bisa dia tempuh hanya satu jam jadi lebih lama. Padahal sudah hampir satu setengah jam dia menyetir. Ia kembali mendengarkan lagu untuk mengusir gelisahnya.

Tak kan pernah habis airmataku, 

Bila ku ingat tentang dirimu, 

Mungkin hanya kau yang tahu, 

Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri

Air mata Karel tiba-tiba saja menggelegak keluar. Untuk saat ini Karel terlihat sangat rapuh dan tidak ingin menghentikan suara vokalis kerispatih jaman dulu itu. Ia ingin sekali ini saja merasakan kesakitan yang ia rasakan. Rasa sakit itu tetap sama. Tidak pernah bisa menghilang dari hidupnya.

Air mata seorang lelaki seperti Karel bukanlah tanpa alasan. Malah, alasan itu begitu kuat hingga ia sendiri tidak bisa menghentikan dirinya menyakiti dirinya sendiri. Untuk kesekian kalinya, Karel jatuh pada rasa sakit itu. Ia menepikan mobilnya ke pinggir jalan dan mulai menangis. Benar-benar menangis.

“elo.. elo enggak tahu sakit ini masih ada, Ian..” ucapnya lirih.

Karel menghapuskan air mata yang ada di mukanya. Meminum beberapa teguk air mineral yang ia simpan di dashboard-nya. Ia mengatur napasnya dan mulai melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Dalam keheningan malam.

*

Hari pertama UN

Hari itu semua orang memasuki ruangan yang telah di tentukan. Baik Karel, Fitri, dan Ucup sudah mempersiapkan segalanya. Seperti biasanya, mereka berkumpul di area depan sekolah bersama beberapa teman sekelas mereka. Mereka bersendau gurau untuk menghilangkan ketegangan yang dirasakan.

Namun, semua orang dapat melihat kegelisahan yang Karel rasakan sedari tadi. Ucup yang sudah mulai agak sebal melihat senyum dan tertawa setengah hati milik sahabatnya itu menyikut rusuknya dengan keras.

“apaan sih lo?” Karel melotot pada Ucup.

“elo tuh yang kenapa, ikhlas dikit dong tuh ketawa.” Tegur Fitri. Semua orang yang duduk di dekat mereka hanya nyengir gak jelas.

“eh, hhmm.. gu-gue Cuma dari tadi enggak liat keberadaan Kirana. Padahal jam masuk tinggal 10 menit lagi.” Ucap Karel.

Ucup dan Fitri melongokkan area sekolah yang dapat mereka lihat seluruhnya dan mendapati kebenaran yang dikatakan oleh Karel. Mereka memelototi area pintu masuk untuk memastikan. Namun sampai bel berbunyi, kehadiran Kirana tidak terlihat. Ucup merangkul bahu sahabatnya itu untuk segera masuk ke ruangan mereka.

“Kiran udah di kelas dari pagi kali, Rel.. yuk! Nanti telat,” ajak Fitri dengan tenang. Karel yang belum sepenuhnya menghapuskan ke khawatirannya mengikuti langkah keduanya menuju ruangan.

“KAREL!”

Karel yang sedang bermain basket di lapangan menoleh dan mendapati Fitri yang bermuka pucat. Ia yang hendak melemparkan bola di tangannya untuk three point terhenti. Ucup yang berada di depannya pun menatap pacarnya dengan bingung.

“ada apa, Fit?” tanya Ucup mendahului Karel yang ingin bertanya hal yang sama.

Fitri mendekat dan mengatakan hal yang mengejutkan bagi kami, “Kirana enggak ada yang ikutan UN.”

what?!

between Kirana, friendship, and Love (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang