12. pengganggu

280 5 0
                                    

"Hah?"

“Eh, maksudku kenapa?”

“Karena.. sejak pertama aku suka…” muka Ardhi memerah.

“Yoooi.. Dhi!” Panggil seseorang dari belakang Ardhi. Aku melongok sari balik badannya dan mendapati kembaran Ardhi, Rizky, berjalan mendekat. Terdengar sumpahan yang selama ini tidak pernah aku dengan dari mulut Ardhi.

“Apa?” Tanya Ardhi membalik. Suaranya terdengar seperti sedang menahan amarah.

“Emmm.. itu, Pak Iyus..” mata Rizky seperti menangkap sesuatu yang sedang terjadi. Dia melihat kearahku dan raut wajah bersalah langsung tergambar jelas di mukanya. “eh, ada Kiran..” sapanya dengan kakau.

Aku hanya tersenyum sekilas dan menatap ke arah Ardhi yang seperti sedang memutar bola matanya. “Dhi, urgent niih.. kata Pak iyus, kalau kita gak cepet-cepet menghadap dia, kita bisa dikasih tugas tambahan. Gue kutip yaa.. ‘bisa bikin kita ada di tempat yang tidak kita inginkan’” kata Rizky. Mukanya jelas-jelas terlihat horor.

Aku yang mendengar omongan itu tidak langsung dan bukan untuk diriku saja sudah bikin bulu kudukku merinding. Guru satu itu memang tidak pernah kehabisan akal. Pikirku.

“Arrggh.. tuh guru ya! Sudah, elo ke sana! Bentar lagi gue nyusul.”

Rizky yang tidak mau menghadapi Pak Iyus sendirian terlihat enggan namun menuruti kata-kata Ardhi. Asik yaa kalau kembaran tuh! Pikirku lagi.

“Kenapa ketawa?” Tanya Ardhi bingung.

“Emang aku ketawa?” Tanyaku balik.

“Haha.. ya udah, untuk mempersingkat waktu, gimana, Kiran?”

“Emmm..” aku tergagap mendengar pertanyaannya yang langsung. Sejujurnya. Aku memang menyukainya. Siapa yang tidak, cowok tinggi, berwajah lumayan, hobby main baseball, ramah, dan humoris pula. Banyak teman sekelasku yang ngeceng padanya, tidak terkecuali aku. Wajar kan kalau kita ngceng banyak cowok? Hehehe..

“Aku—”

“Ran, ayo pulang.. gue gak bisa nunggu lama-lama,” omel Karel dari belakang ardhi.

“Emm.. bisa nunggu—”

“Kalau mau pulang sekarang! Elo gak ada pilihan sih sebenernya. Ucup udah pulang dari 2 jam sebelum bel keluar, Fitri juga udah di jemput sama kakaknya. So, the last choice is just me!” Ucap Karel panjang lebar. Begitu selesai, matanya terarah pada Ardhi.

“Tapi..”

“Kalau dalam 5 menit elo gak ada di lapangan parkir, gue tinggal.” Ancamnya sambil berbalik.

“Tuhh orang marah-marah mulu dari kemarin. pms kali yaa..” omelku pelan.

“Haha udah jangan ngomel, susul aja. Aku gak bisa nganter soalnya.. emm.. jawabannya besok pulang sekolah yah?” Senyum Ardhi membuatku tenang dan aku pun mengangguk.

“See you tomorrow..” ucapku selembut mungkin.

Ardhi mengangguk. Aku segera berlari ke lapangan parkir karena yaki, kali ini Karel serius dengan ancamannya.

between Kirana, friendship, and Love (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang