29. Tragedi II

215 4 0
                                    

“gue sayang sama elo!”

Dari sekian kata yang melintas di pikiran aku sekarang, aku tidak bisa mengaudiokannya melalui pita suaraku. Hanya satu kata yang dapat keluar dari mulutku.

What?!

“gue... gue.. gue rasa gue gak pantes bilang hal ini. Tapi, kalau hal ini yang bisa bikin elo bisa stay dan tetep ada di samping gue. Gue bakal bilang sekali lagi. Ran.. gue sayang elo. Gue mau elo jadi saha—“

“stop! Stop!”

Dari arah kananku, aku melihat seorang security mulai mendekati kami. Aku harus segera pergi dan tidak terlibat disini. Bisa panjang urusannya.

“elo salah! Dengan cara elo bilang gitu, elo makin kehilangan gue!” aku berlari meninggalkan toko buku tanpa membeli buku satupun. Aku menstater mobil dan segera meninggalkan area parkiran toko buku.

Aku menahan tangisku untuk meledak saat pernyataan kurang ngajar yang keluar dari mulut Karel. Namun, begitu mobil meninggalkan gerbang tol, tangisku langsung meledak. Air mataku tidak bisa berhenti keluar. Aku melihat HP yang terus menerus mengeluarkan suara tanda panggilan masuk. Berpuluh-puluh kali. Namun, tetap aku diamkan.

Setelah setengah jam tanpa henti menangis disertai dengan kebut gila-gilaan di jalan tol, aku ingin cuci muka. Aku melongok kanan kiri untuk mencari papan tanda rest area, namun tidak ada satupun papan yang aku inginkan muncul.

Aku memutuskan untuk mengelap mukaku terlebih dahulu menggunakan tissue basah. Namun, tissue tersebut ada di tas kecilku—yang aku taruh di jok depan penumpang. Aku membuka resletingnya dan mengeluarkan semua isinya di jok. Tapi, benda yang aku inginkan malah jatuh. Aku mengomel pelan dan meraihnya tanpa mengalihkan pandanganku ke depan. Aku masih menyetir.

Setelah dapat, aku malah melihat bungkusan tissue basah tersebut dan tersenyum senang. Namun, sesuatu yang besar ada di depanku. Sesuatu yang membuatku seketika panik.

Aku menginjak rem di sebelah kanan kakiku dan berharap mobil segera berhenti. Bukannya melambat, malahan mobil semakin kencang. Aku terpekik kaget dan menatap kakiku yang menginjak gas dalam-dalam.

BRUUKKK

AAAAAHHHH

between Kirana, friendship, and Love (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang