“maafin kami—gue dan Ucup—untuk segalanya, Na..”
“buat?” tanyaku dingin.
“segalanya, terutama hal-hal yang berurusan dengan Ucup. Baik itu sikap, perasaan dan lain-lain..”
“sejak dulu sampai sekarang, gue Cuma nganggep elo sebagai adik, Kir..”
“ap—“
“biar gue selesaiin dulu..” potong Ucup.
Aku langsung menutup mulutku.
“gue deket elo awalnya karena gue tertarik sama elo. Elo yang sobatnya sobat gue—si Karel—elo yang selalu terlihat serius padahal sebaliknya, elo yang sangat-sangat menghargai segalanya.. gue tertarik sama elo. Tapi, waktu gue udah mulai kenal Fitri lewat elo..
“gue mulai mencoba mendekati Fitri. Dan ternyata Fitri adalah seseorang yang gue rasa gue cari selama ini..” saat kata-kata Ucup terus mengalir untuk mendeskripsikan perasaanya, hatiku seperti di paku pelan-pelan oleh ribuan paku. Sakit.
“maafin gue.. gue jadi ngerasa nge-manfaatin elo. Tapi, kami dekat bukan karena itu. Fitri itu ternyata anaknya sobat baik mama. Dan seperti yang kamu tahu, mama enggak bisa bertahan lama. Saat mamanya Fitri dan Fitri datang ke rumah, permintaan itu muncul. Mama minta aku untuk mencoba mendekati dan bahkan bertunangan dengan Fitri..” aku menatap cincin perak yang melingkar di jari manis Fitri. Rasanya seperti tertindih balok ratusan kilo di kepala. Mengapa aku tidak menyadarinya?
“aku senang, dan tanpa memikirkan perasaan siapapun yang terlibat, aku langsung nembak Fitri.”
“gue nerima dia dengan syarat enggak bilang-bilang sama elo. Karena elo suka sama Ucup, kan? Gue berusaha menyembunyikan semuanya supaya elo gak tersakiti oleh kami. Tapi ternyata, elo lah seorang yang kita sakiti pada akhirnya, gue tahu kami salah..
“waktu akhirnya ketahuan saat berada di Infinity Cafe, gue rasa itu adalah akhir dari kucing-kucingan yang sudah terjadi..”
“kenapa elo gak cerita sih?” kataku dengan lirih. Air mataku tiba-tiba saja menetes tanpa bisa kukomando. “kenapa gak jujur aja? Kenapa enggak cerita dari awal? Kenapa bohong lebih baik dari pada jujur ke gue? Kenapa ini semua kejadian?” bombardir pertanyaan pun keluar dan diakhiri dengan tangisku yang pecah. Aku jatuh lunglain dengan posisi lutut dan betisku yang mengenai tanah. Tanganku menutup kedua mataku yang sudah mengeluarkan air matanya.
“maafin—“
“udah cukup kalian nyakitin perasaanya, Kirana..” sahut Fabian dengan tegas.
“tapi—“
“coba rasain posisi kalian kalau jadi Kirana!” teriak Fabian.
“Ian, gue tahu mereka—“
“elo juga kenapa ikut-ikutan nutupin?! Gue tahu elo juga tahu!” dan terdengar suara seseorang meninju seseorang. Aku membuka mataku dan terperangah melihat situasi di sekitarku.
Fabian berdiri dengan sikap tubuh menyerang dan Karel yang sudah membungkuk sambil memegang pipi kirinya yang sudah lebam. Baik Ucup atau Fitri hanya bisa terdiam di tempat.
“gue..”
“banyak bacot lo!” pukulan kedua melayang ke wajah Karel. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya mereka bergumul berdua di atas tanah. Ucup yang melihatnya berusaha melerai mereka namun berakhir dengan tinju-tinjuan bertiga.
Hampir saja Karel, Ucup, dan Fabian di skors oleh sekolah. Namun tidak jadi pihak sekolah lakukan karena UN akan berlangsung tidak kurang dari dua hari lagi. Karel dan Ucup yang tak pernah masuk ke ruang kepala sekolah karena berbuat onar terlihat sangat pucat. Sedangkan Fabian yang menjadikan ruang kepala sekolah itu ruangan—yang setidaknya—wajib dikunjungi minimal seminggu sekali, sangat santai. Aku dan Fitri juga dipanggi oleh pihak sekolah untuk menjelaskan kejadian tempo hari. Namun, kami hanya mengatakan ada salah paham diantara kami berlima. Kepala sekolah kami pun tidak dapat mendesak kami lebih jauh. Terlebih aku, si anak emas yang tak pernah melakukan kesalahan, ikut terlibat di dalamnya.
Karena kejadian kemarin, konsentrasiku nyaris buyar. Aku hampir saja tidak bisa berkonsentrasi untuk UN-ku. H-1 UN, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke toko buku untuk menyegarkan otakku. Namun, hal ini akan aku sesali seumur hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
between Kirana, friendship, and Love (completed)
Ficção Adolescentekirana. karel. fabian. ucup. persahabatan antar lelaki dan perempuan itu enggak pernah murni! yakin? awalnya sih Kirana merasa yakin, hubungan antara sahabat-sahabatnya itu tanpa ada rasa sama sekali. tapi, cinta kan gitu.. datang gak di jemput, pul...