Chapter 15

6.8K 371 6
                                    


Di tempat lain, tepatnya di balkon kamar hotel yang mewah. Ali termenung, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Entah kenapa pikirinnya tertuju pada prilly dan perasaannya menjadi tak enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa pikirinnya tertuju pada prilly dan perasaannya menjadi tak enak. Ia merasa sedang terjadi sesuatu pada prilly di Indonesia.

Dan kenapa pula ia merasa menyesal karna telah membentak prilly saat itu. Ia merasa menjadi suami yang tak berguna bagi prilly. Tapi, ketika ia ingat saat-saat dimana prilly yang keluar rumah tanpa seizinnya membuat ia emosi. Jari-jarinya mengeras, wajahnya memerah seperti sedang menahan emosi.

"Aahhhh.... "  teriak Ali dengan mengacak-acak rambutnya. Ia begitu frustrasi dengan semua ini.

Desta yang baru keluar dari kamar mandi terkejut karna mendengar teriakan ali dari arah balkon. Desta menghampiri Ali yang sedang menundukkan kepalanya.

" Baby kamu kenapa? "  ucap Desta bergelayut manja di lengan Ali.

Ali hanya menoleh pada Desta tanpa menjawab pertanyaan Desta.

" ihhh...Baby, aku nanya kok gak dijawab sih. "  ucap Desta manja dengan mengerucutkan bibirnya membuat Ali jijik melihatnya.

" aku gak papa kok. "  ucap Ali singkat melepaskan tangan Desta yang bergelayut di lengannya dan berlalu menuju King size menarik selimut sebatas dada dan tenggelam di alam mimpi.

Desta yang merasa di abaikan oleh Ali menghentak-hentakan kakinya kasar.

.
.
.
.
.
.

Sedangkan di rumah sakit tepatnya di depan ruang ICU. Isak tangis serta bahagia bercampur menjadi satu.

Bahagia? Ya mereka bahagia karna beberapa menit yang lalu saat Dr Verrel mengecek kondisi prilly yang koma. Dr Verrel memberitahukan jika di dalam rahim prilly terdapat malaikat mungil titipan Tuhan. Namun sayangnya, kondisi prilly tak ada kemajuan. Tn Firdausi sudah pasrah dan berserah kepada Tuhan. Ia juga berusaha meminta bantuan tim dokter untuk memberi perawatan intensif kepada menantunya. Tapi, kondisi prilly tetap sama tak ada kemajuan sedikitpun.

Di satu sisi Tn Firdausi bahagia karna sebentar lagi ia mempunyai seorang cucu. Namun di sisi lain ia sedih melihat kondisi menantunya. Tn Firdausi sangat berharap jika Ali putranya yang berada di sini dan menemani prilly seperti saat-saat seperti ini.

Tn Firdausi tak mau jika nanti putranya menyesal atas perlakuannya sendiri. Ia juga tak mau jika menantunya tersakiti karna ulah putranya.

Kini sudah 1 minggu Prilly terbaring lemah di ICU. Hanya Tn Firdausi beserta ketiga pembantunya yang menemani prilly. Tn Firdausi menatap nanar kearah prilly yang seperti mayat hidup.

Tak lama setelah itu, deringan ponselnya membuat Tn Firdausi mengalihkan tatapannya.

Matanya menyipit, dahinya berkerut saat melihat nama Ali yang tertera di layar ponselnya.

Ku Ikhlaskan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang