Chapter 32

5.8K 303 8
                                    

Disinilah Ali sedang termenung tepatnya di balkon kamarnya. Ia termenung mengingat saat-saat ia bersama prilly. Dari sejak ia dan Prilly berkenalan, dekat, lalu berteman sampai ia dengan beraninya menyatakan cintanya kepada prilly dan sampailah ia meminang prilly. Ia tersenyum sendiri mengingat itu. Masa dimana ia berjuang mati-matian untuk mendapat restu dari mamanya. Dimana masa ia yang dengan beraninya membantah perintah mamanya hanya karena prilly. Cintanya penuh dengan perjuangan dan rintangan. Banyak yang menghalangi dan menentang hubungannya bersama prilly. Tetapi, dengan usahanya bersama prilly akhirnya ia dan Prilly bisa melewati masa-masa yang sangat menyiksa bagi kisah cinta mereka.

Ingatannya kembali berputar saat-saat ia menjalani bahtera rumah tangga bersama prilly dan bodohnya ia malah menyia-nyiakan gadis secantik dan sebaik istrinya itu. Hanya karena kehadiran seorang perempuan yang baru ia kenal dan dijodohkan dengannya oleh mamanya. Dengan teganya ia memarahi istrinya itu. Sungguh bodohnya ia saat itu.

Jari-jari tangannya bergerak mengusap sebuah bingkai yang ia peluk. Dihadapkan bingkai itu menghadapnya. Matanya meneliti setiap inci isi dari bingkai itu. Dimana bingkai itu berisi sebuah foto. Ya,, Foto, di bingkai itu berisi foto prilly yang sengaja ia abadikan saat prilly sedang membetulkan hijabnya yang kurang rapi. Dengan jahilnya ia memotret istrinya itu. Saat itu prilly merengek minta di hapus fotonya pada camera yang ia pakai untuk memotret istrinya itu. Tetapi, ia tak mau menghapus foto aku. Karena baginya istrinya itu ngangenin. Jadi, ia memotret istrinya dengan segala pose agar jika ia sedang rindu dengan istrinya,ia bisa melihat foto-foto yang ia abadikan itu.

Senyumnya merekah melihat wajah cantik milik istrinya. Balutan hijab coklat yang menutupi kepala istrinya membuat kadar kecantikan istrinya semakin bertambah. Tangannya tak berhenti untuk mengusap foto itu. Senyumnya tak pernah pudar melihat foto itu. Dengan melihat foto itu, ia merasa seperti sedang bersama istrinya. Bahkan, ia merasa istrinya masih di sisinya. Menurutnya, yang pergi meninggalkannya hanyalah raga istrinya, bukan cinta prilly yang tulus untuknya.

Foto ini yang paling ia sukai dan yang paling sering ia peluk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Foto ini yang paling ia sukai dan yang paling sering ia peluk. Karena menurutnya foto ini yang paling bagus dan menarik dari foto-foto istrinya yang lain yang ia abadikan. Matanya tetap fokus pada foto itu. Sampai tak terasa buliran bening membasahi mata dan pipinya. Ia menangis, tak tau kenapa saat ia melihat foto istrinya. Air matanya selalu jatuh seiring ingatannya yang berputar mengingat masa-masa indah saat ia bersama istrinya.

Beruntung saja saat ini tak ada illy di kamar. Jadi, ia dengan leluasa menumpahkan rasa rindunya kepada istrinya melalui sebuah foto istrinya yang sengaja ia letakkan di meja kerjanya. Illy pun tak keberatan soal itu. Jadi, ia tak perlu merasa terbebani karena illy yang begitu mengerti akan posisinya. Sifat illy dan Prilly sama. Tetapi, hanya sikap dan penampilan saja yang tak sama. Sehingga, ia dapat menyimpulkan kalau prilly dan illy kembar identik tetapi tidak memiliki sikap yang sama.

Ia tersentak kaget karena sebuah tepukan di bahunya. Ia menoleh menatap ke arah yang baru saja menepuk pundaknya. Ternyata, mamanya yang menepuk bahunya.

Ku Ikhlaskan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang