Chapter 26

8.6K 387 8
                                    

'disaat kau telah tiada, mengapa penyesalan ini selalu menghantuiku.'

______________________________________

Menyesal, menyesal dan menyesal. Itulah yang Ali rasakan kali ini. Ia hidup dalam penyesalan yang teramat dalam. Ia seperti tak punya semangat hidup. Cintanya telah pergi membawa seluruh jiwa dan raganya.

Setiap hari Ali selalu merutuki dirinya sendiri atas apa yang ia perbuat pada prilly. Benar kata orang, penyesalan itu datang di akhir setelah orang yang kita sayang telah pergi dari kita untuk selamanya.

Pikirannya menerawang pada saat ia berbohong pada prilly demi menemui Desta. Penyesalannya semakin besar kala ia mengingat semua itu. Kenapa ia baru menyesali semuanya setelah prilly pergi darinya dan tak pernah kembali. Ali merutuki dirinya sendiri. Bahkan, ia mencaci dirinya sendiri.

Baja sangat iba melihat keadaan Ali yang terpuruk. Rasanya ia juga ikut merasakan apa yang Ali rasakan kali ini. Kehilangan orang yang kita sayangi. Rasa kehilangan itu semakin membuat Ali enggan untuk melihat dunia. Ali selalu menikmati rasa Penyesalannya dalam kegelapan. Baja hanya bisa memantau keadaan Ali tanpa mencoba menenangkanknya, karena Baja ingin Ali berubah dan bangkit dengan sendirinya meski ia sendiri tak tega.

Ali dan Baja memang menginap di Bandung, karena kemauan Ali yang ingin ikut serta mengikuti tahlilan atas kepergian prilly. Setiap mengikuti tahlilan, air mata Ali selalu jatuh dari pelupuk matanya. Bukan karena cengeng, tetapi ia mengingat bagaimana baiknya prilly dulu padanya. Sikap prilly yang selalu sabar dalam menghadapi sikapnya yang tempramental.

Acara tahlilan telah usai, Ali memasuki kamar yang dulu pernah ia tempati bersama prilly. Ia mencium bau tubuh prilly pada baju muslimah yang sering prilly pakai. Ia peluk erat baju muslimah itu seakan yang ia peluk adalah prilly.

"maafin aku sayang,, maaf atas semua sikap aku yang bikin kamu sakit hati. Maaf,, maaf,, maaf,, " racaunya dalam tangisnya yang memilukan.

Baja yang menatap Ali dari pintu hanya menghela nafas kasar. Baja menghampiri Ali yang sedang menangis tersedu-sedu.

" Ali,, "

Ali menoleh pada Baja yang kini sudah duduk di sampingnya.

" jangan ganggu gue ja. " ucapnya dingin.

Lagi dan lagi Baja menghela nafasnya. Ali yang dulu ia kenal telah berubah semenjak kepergian prilly. Ali yang sekarang berubah menjadi Ali yang dingin. Ali yang biasanya bersikap konyol, kini hanya bisa bersikap datar. Ali yang dulu selalu rapi dan menjaga penampilan, kini hanya berpenampilan acak-acakan dan tak beraturan.

"Lo harus bangkit dari keterpurukan ini li." suara Baja parau.

"gue gak bisa ja. Gue gak sanggup hidup tanpa adanya cinta gue. Seluruh jiwa dan raga gue udah ikut prilly. Terutama cinta gue ja, cinta gue udah prilly bawa pergi. Prilly pergi membawa cinta gue yang amat sangat besar buat dia. " Ali berkata lirih dengan memeluk erat baju prilly.

" Gue tahu itu li, tapi lo harus bangkit dari semua ini. Prilly pasti sedih ngeliat lo yang kek gini. Prilly disana pasti gak tenang ngeliat lo yang hidup dalam penyesalan yang jelas-jelas prilly udah maafin semua kesalahan lo. " jelas Baja panjang lebar.

Ku Ikhlaskan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang