Chapter 18

8K 381 3
                                    


Happy Reading 😘

Seminggu sesudah kejadian itu dimana Ali yang mendorong prilly sampai prilly mengalami kesakitan di bagian perutnya. Sekarang Ali nampak mulai curiga dengan gerak gerik prilly yang menurutnya berbeda . Yang membuat Ali begitu curiga dengan prilly ketika ia melihat susu hamil di dapur, ia juga pernah melihat pembantunya membuat susu hamil dan saat Ali bertanya kepada pembantunya untuk siapa susu hamil itu, pembantunya hanya bungkam tak menjawab pertanyaannya. Hal itu cukup membuat Ali berpikir keras. Apa jangan-jangan prilly hamil? Jika benar prilly hamil. Akankah ia senang atau malah sedih?. Bukankah ini yang ia nantikan sejak dulu dimana prilly mengandung buah hatinya? Tapi kenapa sekarang ia menjadi tak percaya jika prilly Hamil?. Ali harus mencari tahu semua kebenarannya agar ia tak linglung seperti ini.

Ali menuruni tangga dengan setelan jas abu-abu dengan kemeja putih di dalamnya yang membuatnya sangat berwibawa. Ia menuju ke arah meja makan yang terdapat kedua orang tuanya, Desta beserta prilly disana yang menikmati sarapan paginya. Ali duduk di kursi dekat Desta dan Desta menghidangkan makanan untuknya. Ali tersenyum tatkala Desta menyapanya, sesekali ia melirik prilly yang memandangnya dengan tatapan sendu. Ali hanya meliriknya sekilas dan memakan sarapan paginya.

********

"Sampai kapan kamu menyembunyikan semua ini dari suamimu nak? "  tanya Tn Firdausi kepada prilly yang terduduk di bangsal rumah sakit dengan selang infus yang melekat pada tangan kanannya. Tn Firdausi sangat cemas ketika mendapat kabar dari pembantunya jika prilly masuk rumah sakit. Tn Firdausi yang sedang mengadakan meeting dengan kolega bisnisnya segera membatalkan meetingnya itu. Ia segera berlalu dari kantornya dan menuju rumah sakit untuk melihat kondisi menantunya itu.

"Suatu saat Ali akan tahu tentang semua ini pa, mungkin setelah aku tiada dan papa yang harus beritahu Ali tentang semua ini karna jika papa yang beritahu Ali. Ali pasti percaya dengan kebenaran yang papa sampaikan. "  jawab prilly sendu.

" husss... Kamu jangan pernah bicara seperti itu nak. Hanya Allah yang menentukan kapan hambanya akan menghadapnya. Jadi, kamu jangan jadi pesimis seperti ini nak. Seharusnya kamu sendiri yang memberitahu Ali tentang semua ini bukannya papa. "  ucap Tn Firdausi memberi penjelasan kepada prilly yang nampak enggan memberi tahu semua kebenarannya kepada Ali.

" pa, prilly mohon sama papa. Seenggaknya ini menjadi permintaan prilly yang terakhir kepada papa. "   ucap prilly dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"astagfirullah, jangan bicara seperti itu nak."   ucap Tn Firdausi yang begitu terkejut atas perkataan prilly yang menurutnya begitu pesimis.

"Aku capek pa, aku lelah, dan aku nyerah atas semua ini. Aku udah gak kuat sama semua sikap Ali yang selalu bersikap romantis dengan mbak Desta di depan aku pa. Aku nyerah pa nyerah. Aku udah ikhlas jika nyawaku dicabut detik ini juga agar semuanya terselesaikan dan Ali bahagia bersama mbak Desta. "  ucap prilly yang mulai terisak.

" apa kamu pikir dengan kamu pergi untuk selamanya, semua masalah akan selesai? TIDAK nak TIDAK. Bahkan Ali bisa saja menjadi terpuruk karna kepergian kamu nak." jelas Tn Firdausi dengan menatap prilly iba seakan turut merasakan kesedihan prilly.

"akk..akku..nyerr..nyerahhh...pa." ucap prilly tersendat-sendat dan detik itu juga prilly tak sadarkan diri. Tn Firdausi terkejut bukan main tatkala melihat prilly tak sadarkan diri.

"Astagfirullah nak, yaallah kamu kenapa nak. "  ucap Tn Firdausi yang terkejut dengan menekan-nekan tombol untuk memanggil dokter serta suster agar segera menuju ruang rawat prilly.

Tak lama setelah itu, dua orang suster beserta dokter memasuki ruang rawat prilly dengan beberapa alat medis. Tn Firdausi keluar dari ruang rawat prilly memberi kesempatan kepada pihak medis untuk mengecek kondisi prilly yang tak sadarkan diri.

Ku Ikhlaskan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang