Chapter 14

6.3K 368 5
                                    

Sabar hanya itu yang bisa prilly lakukan. Sebenarnya ia sudah Lelah dengan semua ini. Ya, prilly lelah dengan semua sikap, sifat dan cara bicara Ali yang sudah keterlaluan atau sudah di luar batas terhadap dirinya.

Ia mencoba bertahan dengan semua cobaan yang menimpa rumah tangganya dengan Ali.

'Alinya sudah berubah ' ..... Dimana Ali yang Dulu? Ali yang selalu ada untuknya, Ali yang selalu memperhatikannya, Ali yang selalu memanjakannya dengan kasih sayang, Ali yang mencintainya dan Ali suami terhebatnya.

Prilly sudah menduganya sejak awal. Jika ia tak berkata jujur pada Ali sudah pasti Ali akan mencurigainya karna ia sering keluar rumah seminggu 3 kali dan Itu pun tanpa izin dari Ali.

Ingin sekali prilly berkata jujur pada Ali tentang penyakit yang ia derita. Namun, hati kecilnya berkata jika ia tak mau menyusahkan bahkan membuat Ali sedih karna kabar tersebut. Ia bukan gadis lemah yang setiap kesusahan selalu meminta pertolongan kepada orang lain. Ia gadis kuat ya ia gadis yang kuat. Dan ia siap jika suatu saat Ali meminta cerai padanya meski hatinya sakit bahkan ia sangat siap jika ia harus melanggar prinsipnya untuk mempertahankan rumah tangganya. Yang terpenting baginya adalah kebahagiaan Ali. Ia siap berpisah dengan Ali asal Ali bahagia. Karna hanya Ali lah yang menjadi prioritas utama baginya.

Prilly menangis di dalam kamarnya. Tangisan pilu penuh luka sangat menyayat hati bagi yang melihatnya. Ia sudah tak punya siapa-siapa lagi, Mama papanya? Mereka sudah tenang di alam sana. Tante beserta omnya? Mereka juga mengikuti jejak kedua orang tuanya. Hanya Ali ya Ali, hanya Ali yang ia punya. Semua keluarganya sudah meninggalkannya sendiri. Ia hidup sebatang kara tanpa sanak saudara yang tertinggal satu pun tak ada.

Jika ia sedang rapuh seperti ini, sudah pasti ia mencurahkan beban pikirannya kepada tantenya. Namun sekarang semua berbeda, tantenya sudah tak ada. Kesepian, kata itu yang mewakili perasaan prilly saat ini. Bahkan Ali suaminya yang sangat ia cintai kini sudah tak memperdulikannya lagi. Betapa rapuhnya ia saat ini.

Tinggg....

Bunyi ponselnya membuat ia menghapus air matanya dan mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas dekat ranjangnya.

Tertera nama Dr  Verrel di layar ponselnya. Ya, Dr Verrel adalah dokter yang selama ini menanganinya saat kemoteraphy. Bahkan Dr Verrel yang mengantarkannya pulang meski ia sendiri menolak ajakan Dr Verrel.

From Dr Verrel

'prill...
Kau tak lupa kan jika hari ini jadwalmu menjalankan kemoteraphy, kutunggu kau di ruanganku maaf jika aku tak bisa menjemputmu karna hari ini aku begitu sibuk. 30 menit lagi giliranmu kemoteraphy jadi cepatlah kau siap-siap. '

Ia membaca pesan singkat yang dikirim Dr Verrel padanya. Sesaat ia teringat jika hari ini adalah waktunya ia menjalankan kemoteraphy. Ia segera bangkit dari duduknya dan memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap menuju rumah sakit.

Prilly sudah siap dengan setelah baju muslimahnya serta jilbab yang menghiasi wajah cantiknya. Saat ia sampai di ruang tamu, ia melihat Desta dan mama mertuanya melihat penampilannya yang rapi.

Ku Ikhlaskan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang