Mentari tak lagi menemani. Cahaya enggan menghampiri. Petang. Itulah kiranya waktu yang tengah menemani gadis berambut cokelat itu. Dengan angin yang sesekali menerpa wajah, suara hewan yang samar-samar menyeruak di telinga, dan air mata yang tak henti menganak sungai pada pipi yang merona.
Ditatapnya tanah menggembung didepannya, dengan beberapa baris kata yang menandakan ketiadaan.
Tak henti-hentinya bibir merah muda itu membisikkan kata-kata doa. Tak henti pula hatinya berteriak menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi.
"Ayo kita pulang, Reen...."
Gadis berambut cokelat itu menegang saat mendengar suara sang kakak.
Tak ingin membuat kakak tercintanya khawatir, ia pun menerima uluran tangan kakaknya. Menggenggamnya erat, meremasnya perlahan, menghantarkan perasaan luka yang mendalam. Dibalas pula remasan itu oleh sang kakak. Tak lupa seulas senyum tersungging apik di wajah tampannya disertai sekali anggukan.
Gadis bermata biru laut itu seolah mengerti dengan makna tersirat dari anggukan itu. Ia pun ikut mengangguk pelan seraya tersenyum.
Keduanya kemudian berjalan keluar dari tempat di mana ratusan orang terbaring tak berdaya itu.
***
Note:
Its my first story:) 🙈
Butuh keberanian besar cuma buat nge-pub cerita yang sebenarnya udah berkarat ini :v
Maafkan cerita yang abal dan membingungkan ini🙏
Maafkan juga penulisan yang ala kadarnya. Guess what? Cerita ini dibuat waktu gue 13 atau 14 :vJust enjoy :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated (JB)
FanfictionHidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendiri yang menyebabkan kerumitan itu?