9. The Wink

615 43 5
                                    

Alex tengah berjalan mondar-mandir dengan handphone yang tertempel ditelinganya, mendengungkan suara 'tut' yang tak juga mendapat jawaban dari seberang sana. Alex tengah menelpon Kayreen, namun ia tak tahu kalau handphone Kayreen tengah dalam mode silent.

"Ayolah, Reen...." gumam Alex untuk yang kesekian kalinya. Ia bahkan tak sempat memikirkan kalau ia belum sarapan dan perutnya yang beberapa kali berbunyi, menyadarkannya akan hal itu.

Alex mendengus kesal seraya berjalan menuju dapur untuk membuat sereal untuk sarapannya pagi ini. Untuk sesaat, ia memfokuskan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya itu, dan menyingkirkan kekhawatirannya akan keberadaan Kayreen yang masih belum diketahuinya.

Sungguh, Alex menyesal dengan apa yang dikatakannya waktu itu. Alex tahu bahwa dirinya telah membuka kembali luka-luka Kayreen. Namun ia tak bermaksud melakukannya. Percayalah, bahwa Alex hanya sedang emosi dan terbawa suasana saja waktu itu.

Alex sudah menghubungi beberapa orang yang bersangkutan dengan Kayreen beberapa waktu yang lalu, tentunya selain Mr. Deo yang menurutnya terlalu ingin tahu, dan Justin, sebab Alex memang tak tahu perihal Justin. Namun semua jawaban orang-orang itu sama, mereka tak tahu dimana keberadaan Kayreen.

Hanya satu harapannya saat ini... Alex berharap Kayreen baik-baik saja.

***

"Apa yang kau buat?" tanya Kayreen mendekati Justin yang tengah berkutat dengan beberapa peralatan dapur.

"Entahlah, aku bingung. Kau mau apa?" tanya Justin.

"Kukira kau sudah memasak," ucap Kayreen lalu berdiri disamping Justin. Ia melihat kesekelilingnya, menemukan beberapa bahan makanan yang mungkin bisa ia jadikan sarapan pagi ini, "hus, minggir sana. Aku yang akan memasak." perintah Kayreen dengan tangan yang mengisyaratkan agar Justin menyingkir.

Justin mendengus kesal, "Kenapa sepertinya jadi aku yang menumpang?" kata Justin berniat menyindir Kayreen. Namun tingkah Kayreen yang tengah mengambil beberapa bahan mentah itu menyadarkan Justin kalau sindirannya itu tak berpengaruh pada Kayreen. Dasar, batin Justin kesal.

Justin kemudian berjalan menuju meja makan dan menduduki salah satu kursi, kemudian menopang dagunya dengan sebelah tangannya sembari menatap Kayreen yang tengah membuat sarapan, entah apa itu. Justin harus mengakui, Kayreen terlihat piawai melakukan gerakan-gerakan memasaknya, bak seorang chef. Dan itu membuat Kayreen terlihat mempesona sekarang.

Wait, what?! Mempesona? Oh, Justin hanya kelepasan saja tadi. Namun bukankah kelepasan itu yang menandakan bahwa ia tidak sedang mengada-ada?

"This is it!" seru Kayreen tiba-tiba sambil meletakkan sebuah piring dengan tiga buah pancake yang bertumpuk diatasnya. Aroma pancake yang seketika menguar dan menusuk indra penciuman Justin, membuat rasa laparnya semakin menjadi. Kayreen kemudian meletakkan pancake yang serupa dengan milik Justin diatas meja di seberang Justin, tak lupa meletakkan sirup maple yang ia temukan di almari dapur Justin.

"Pancake? Itu mudah. Aku saja bisa membuatnya," ucap Justin meremehkan, namun tangannya tetap bergerak menuangkan sirup maple itu ke atas pancakenya.

"Memang mudah, tapi kau tak akan bisa membuatnya seenak yang aku buat." kata Kayreen merebut sirup maple dari tangan Justin.

"Oh, benarkah? Kita lihat seberapa enak buatanmu." ucap Justin yang kemudian memasukkan sepotong pancake buatan Kayreen ke mulutnya. Enak, oh bukan, sangat enak. Justin akui ini pancake terenak yang pernah ia makan. Namun tentu saja, egonya terlalu tinggi untuk mengatakannya pada Kayreen.

"Tidak enak," kata Justin lagi seraya kembali memakan pancake buatan Kayreen.

"Tidak enak? Tapi kau memakannya terus," kata Kayreen seraya tersenyum mengejek.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang